RSS Feed
Tidak semua yang ku tulis adalah aku, dan tak semua yang kau baca adalah kamu.

Jumat, 07 Maret 2014

Yang Tidak Terucapkan

sebut saja aku hebat. setengah tahun ku pendam rasa ini, sampai sekarang tak juga berani ku bahasakan langsung di depannya. ada rasa gugup setiap kali bersamanya, melihat wajahnya. ada yang tak terucapkan di antara aku dengannya. ada.

berkali-kali selama enam bulan belakangan, telah kucoba merepresi segala perasaan ini. mencoba melupakannya. menganggap semuanya baik-baik saja. mendorongnya jauh ke alam bawah sadar. tetap berinteraksi seperti biasa saja dengannya. seolah-olah biasa saja. seolah-olah tak ada yang terjadi diantara kita. iya semuanya hanya seolah-olah.

aku seakan-akan sedang berdramaturgi. didepannya ku usahakan selalu tersenyum dan memberikan tanda seolah-olah (lagi) aku baik-baik saja. didepannya aku tetap menari dibawah hujan seperti biasanya, aku tetap duduk membaca buku seperti biasanya, aku tetap diam mengamati seperti biasanya. tapi didalam hati? aku bertanya-tanya. kenapa semuanya menjadi seperti saat ini? kenapa semuanya berubah?

seorang kawan pernah berkata. "tersenyumlah, karena senyum akan membawamu pada kondisi yag lebih baik. meskipun itu hanyalah senyum palsu." jadi setiap kali rasa itu hadir menggerogoti kesadaranku, akan ku pasang senyum terbaikku sebagai tameng. berharap perlahan semua akan baik-baik saja. tak pernah kurasa sebelumnya, tersenyum bisa jadi sesulit itu. seakan bibirku kaku, ditarik sedikit saja perih rasanya.

wajahnya, ekspresinya, mimiknya juga tingkah lakunya. semua ku tafsirkan negatif. seakan-akan mereka berbicara kepadaku, bahkan cenderung berteriak lantang. menyuruhku pergi dari kehidupannya. bahwa aku tak dibutuhkannya lagi. bahwa aku adalah parasit yang hanya akan menghambat segala aktifitasnya. bahwa aku hanyalah anak kecil yang tak perlu tahu apa-apa. bahwa akan lebih baik baginya jika keberadaanku tak ada lagi disekitarnya. benarkah seperti itu?

pernah sekali, aku tak tahan lagi memendam semuanya, ku putuskan untuk membuat janji untuk bertemu dan membicarakan semuanya. kami bertemu. semalaman aku telah menyiapkan kata-kata apa saja yang akan kugunakan untuk mengungkapkan semua perasaan ini. hatiku telah mantap. akan kuterima segala resiko yang akan terjadi. tapi, detik pertama kulihat wajahnya, detik itu pula gembok bibirku tertutup rapat. aku tak lagi bisa bersuara.

sebenarnya apa yang salah dari hubungan ini? adakah aku secara tak sengaja menyakitinya?

0 komentar: