RSS Feed
Tidak semua yang ku tulis adalah aku, dan tak semua yang kau baca adalah kamu.

Senin, 30 Desember 2013

Pesta telah usai!

Apa yang kamu ketahui tentang kehilangan?
tentang kekalahan?
tentang ditinggalkan?
tentang penantian?
tentang perpisahan?

Sabtu, 28 Desember 2013

Bagian 3: "Dialog Nalar dan Rasa"

Hati, kamu dimana? aku tak bisa menghubungimu. kita perlu bicara. penting.

maaf, sekarang aku sedang sibuk berbenah diri untuk dia. sepertinya dia sebentar lagi akan datang. kita bicara lain kali saja.

yang ingin ku bicarakan juga tentang dia, aku tak setuju dengannya. ada perasaan yang tak enak mengenai dia.

'perasaan' katamu? sekarang kamu juga pakai perasaan? kemana logikamu?

terserah kamulah. yang jelas kita harus bicara. kalau tidak aku akan menghilang.

aku sibuk! tinggalkan aku sendirian!

.....................................Hening...................................

Nalar, kamu kemana? tempat ini kosong. kamu benar. dia tak akan pernah datang.

Senin, 23 Desember 2013

Hujan.

/1/ Hujan kali ini mati.
Hujan kali ini punya cerita. Tentang canda yang terurai jarak. mengalun mesra dalam rintik-rintik kenangan. menghantarkan rindu yang belum sempat bertukar pesan.

Hujan ini merekam tapak. Tentang jejak langkah yang menuntun pada rasa. menjelma dalam tautan jemari yang menjadikannya hangat. hingga dingin menguap bersama sepi ke ujung-ujung awan.

Jumat, 13 Desember 2013

Pelukan

akhirnya malam tiba juga, memaksaku lelah dan pulang ke peraduan. tapi lelah tidak cukup kuat hingga dapat memaksa kantuk menyergap. lelah belum cukup berkuasa menyuruh tubuhku bermimpi. malam ini, boleh kuminta sebuah pelukan?

Selasa, 03 Desember 2013

Ayah.

Ayah. Malam ini.
biarkan bibir ini menghujammu dengan keluhku.
relakan lidah ini memukulmu dengan peluhku.
ikhlaskanlah punggungmu, lebam oleh pengaduanku.

Malam ini

andai jemariku bisa menari lincah dalam lelap.
telah sejak dulu kutuliskan semua yang berasal dari mimpi.
andai suaraku bisa merayap perlahan dalam kebisuan.
telah sejak dulu kuucapkan semua yang berasal dari benak.
Mentari, bersembunyilah. Reduplah sementara.
sinarmu sebentar lagi membakar habis keping-keping rasa yang baru saja kucoba rajut kembali.
dan Angin, diamlah. Damailah untuk sekejab.
hembusanmu sebentar lagi menyapulenyapkan pohon-pohon hasrat yang semenit lalu coba kutumbuhkan.
kini malam mulai menerkam.
dan kesunyian semakin terlihat mencekam.
detik ini, izinkan mulutku membungkam.
detik selanjutnya, biarkan mataku yang memejam.
Gerimis kecil, deraslah. hujani malam ini.
biarkan rintik-rintik yang turun, mengetuk-mengetuk pintu hatinya.
mengantarkan surat yang sarat makna.
bersabarlah. kau tak sendirian menanggung rindu.
hatikupun begitu.
mari berdoa. semoga.
di hari lain, nadi ini masih punya nyali.

Senin, 02 Desember 2013

Jodoh Ditangan Tuhan

selamat dini hari Tuhan.
sengaja kusapa Engkau di pergantian hari.
pada pagi yang teralu larut.
pada malam yang terlalu pagi.

Minggu, 01 Desember 2013

7 Ratu Di Negeri Cinta

Dua tahun. bukan waktu yang singkat. tapi tidak juga terlalu lama.
dalam dua tahun, ternyata orang bisa berubah banyak, tapi bisa juga tetap sama.
Apalagi jika Cinta dijadikan alasan.

Saya takjub. betapa banyak hal yang bisa merubah pribadi kawan-kawanku selama dua tahun. hanya dua tahun. jika dalam 2 tahun saja perubahan yang ada sudah seperti ini, apa jadinya nanti jika kita bertemu pada tanggal 20-02-2020? janji kelingking yang iseng kita buat dulu. semoga masih terpatri diingatan kita masing-masing.

Sabtu, 30 November 2013

Pembunuh (2)

kotak pandoraku terbuka. kuharap isinya tak terhambur, terbongkar kemana-mana.

minggu lalu, seseorang berhasil memecahkan tanda yang iseng-iseng ku tampilkan di dunia maya.
aku ketahuan. pacarku juga ketahuan. kenakalan kami ketahuan.
perlukah kubunuh orang itu? sekalian. supaya ceritaku tamat pada lidahnya.
tak akan sulit untuk melenyapkannya. hanya satu nyawa. ditambah satu mayat lagi yang harus ku bakar di lapangan dekat apartemenku.

Langit.

selamat malam, langit.

malam ini aku rindu sekaligus cemburu.
ingin bertemu, biarkan pandang saling beradu.
tapi mana bisa, jika nyali hanya sebatas suam-suam kuku.

Jumat, 29 November 2013

:') #3

inilah saat saat dimana aku benar-benar ingin melompati waktu.
hujan menggelisahkan dalam balutan kegaguanku.
menggelamkan rindu. membasuh bisu.
senyumku masih tak cukup lebar untukmu berteduh.
kali ini kau harus ikhlas dibasahi rindu.
jika kedinginan, bilang padaku.
akan kuhangatkan dirimu lewat pelukan senyumku.

:') #2

gemuruh petir di langit luar.
tak mampu menahan teriakan-teriakan rindu didinding hati.
mataku ingin bertemu dengan matamu.
pun suaraku ingin bercengkrama diruang-ruang pendengaranmu.

:') #1

pikiranku kini melayang pada labirin waktu.
doakan saja, aku tak tersesat.
atau mungkin yang lebih parah, hanyut dalam arus air mata.

Selasa, 19 November 2013

Lelaki dan Bukunya

Lelaki usia muda berjalan mantap.
mondar-mandir tegap didepan papan.
yang telah bersih tak berbekas sisa-sisa perdebatan.
yang pada permukaannya telah ditinggalkan oleh kata-kata.

Selasa, 12 November 2013

Malu

Kemarilah, dan akan kuceritakan kepadamu bagaimana rasanya terjebak malu. Malu menyebabkan hatimu merona. merah jambu. meninggalkan ruam-ruam hangat yang tak tampak dipermukaan.

Senin, 11 November 2013

Selamat Malam.

Di suatu malam, yang berlalu begitu-begitu saja. Di antara tumpukan tugas serta kertas-kertas doublefolio. Tercium wangi aroma magis rindu yang samar-samar. 

Minggu, 10 November 2013

Hidup.

kalian tahu tidak? hidup kini mulai bertindak semena-mena.
kok bisa? entahlah. aku pun juga tak tahu.
mungkin Tuhan telah memberi hadiah berupa kuasa pada hidup.
hingga dengan berani dan leluasanya hidup memperolok sebuah pertemuan.

Sabtu, 09 November 2013

Alibi Kata-kata

mari mengetuk pintu surga.
tak siang tak malam.
aku gelisah.
kita masih menunggu.
kelanjutan fragmen hidup.
kita ternyata hanya menjalani.
entah. apa bakal terjadi.
dan coba terima.
kadang, kita hanya ingin.
meninggalkan segalanya.
dan berlayar ke laut.
biarkan laut dan senja merasuk.
menghanyutkan pikiran-pikiran jahat.
dunia ini rumit bukan?
kita tidak selamanya bisa memilih.
tapi kita selalu bisa memutuskan.
dan apa pula makna puisi ini?
tak ada, sayang.
puisi ini hanya sekedar alibi.
alibi kata-kata, sayang.

Senin, 04 November 2013

Untuk Kana :)

Gadis Penyuka Kata dan Aksara
Gadis penyuka kata dan aksara.
belasan tahun dilaluinya.
dalam lingkar kolong surga.
badai salju meleleh akan senyumnya.
terik surya tunduk pada gigihnya.

Gadis penyuka kata dan aksara.
matanya sayu meneduhkan hati.
mimpinya tergantung pada langit.
bahkan hujan sekalipun tak mampu padamkan
semangat membara milik sang gadis.

Gadis penyuka kata dan aksara.
melangkahlah.
menarilah.
menulislah.
hingga jatuh langit dari sarangnya.

Karlina Ghazalah Rahman, selamat merayariakan pertambahan usia.
teruslah bermimpi, seperti nasihat 'The Alchemist':

“Dan saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu untuk membantumu meraihnya.”

“Katakan pada hatimu, rasa takut akan penderitaan justru lebih menyiksa daripada penderitaan itu sendiri. Dan tak ada hati yang menderita saat mengejar impian impiannya, sebab setiap detik pencarian itu bisa diibaratkan pertemuan kembali dengan Tuhan dan keabadian.”



PS : terima kasih bukunya. terima kasih teddy bear ciliknya. terima kasih. terima kasih. :)

Minggu, 03 November 2013

Lima ke-Putus Asa-an

/1/
tak usah bicara tentang akal.
tak usah elu-elukan keadilan.
aturanmu tak pernah berlaku padaku.
sejak awal alam telah menggariskan.
lewat kepasrahan awan merintikkan hujan.
tak ada jalan bagi langit untuk rata dengan tanah.
tak ada.
tak akan ada.

/2/
tak usah datang.
tak usah kembali.
hanya untuk mengambil suratan kenangan.
aku telah memutuskan urat nadi kanan.
yang kiri?
ku biarkan utuh.
agar kau tetap mengenang.
tentang aku yang telah hilang harapan.

/3/
akulah sang perempuan sore.
berbaring sekarat diantara rona senja.
bersiap mati kala malam menghampiri.
ditikam dingin yang menelusuk hingga ke hati.
akulah perempuan sore.
habis menguap.
selaras dengan kedatangan bulan.
yang tega memborgolkan rindu.
disetiap inci demi inci jasadku.

/4/
susah.
sangat susah.
jadi ku sebut apa dirimu.
nama apa yang berhak kau sandang
segitiga bersisi empat? bukan.
satu yang genap? bukan.
iya yang tidak? bukan.
tawa yang membisu? bukan.
sudahlah~
toh sebentar lagi otak ini akan meledak.
biarkan hatiku yang memimpin.
kali ini saja.

/5/
ku gantungkan hidupku pada kata-kata.
yang talinya terbuat dari rentetan kalimat.
hingga tak sadar aku telah mati tercekik puisi.
ku ikatkan kebebasanku pada janji-janji.
yang rekat, hingga aku terbuai mimpi.
hingga tak sadar aku terjebak.
selamat~
hidupku berhasil kau sandera.

Sabtu, 02 November 2013

Pembunuh.

Kuberitahu kau dua fakta mencengangkan yang tak kalian ketahui.

Pertama, Kekasihku seorang pembunuh. sadis? berdarah dingin? tentu saja!
Kedua, Aku hanyalah kekasih simpanannya. tak lebih dan tak kurang.

Aku telah tinggal dengannya selama kurang lebih 15 tahun. dan umurku sekarang baru saja menginjak 20 tahun. Di usia 5 tahun aku diambil olehnya saat sedang berjalan-jalan di tepi jalan.

waktu itu aku sedang kabur dari rumah. jengah melihat orang tuaku yang bertengkar terus sepanjang hari. terlalu jengah hingga kuputuskan menikam mereka berdua saat mereka sedang pulas-pulasnya tidur siang. hanya menikam. tepat di jantung. juga paru-paru. dan tak lupa ku potong lidah mereka. agar nantinya di surga kelak mereka tak bisa saling beradu mulut lagi. setelahnya aku keluar berjalan-jalan dan tak ada niat untuk pulang.

Cermin.

Seorang Putri kini telah menjadi gila. termenung seharian di depan cermin. menatapi bayangan sendiri. terlalu mencintai diri sendiri sepertinya.

sesekali Ia bergumam tentang wajahnya yang jelita berseri-seri. pipinya yang merona merah muda. rambut dan alisnya yang hitam pekat seperti langit malam tanpa bintang. matanya bulat sempurna dengan pupil kecoklatan sewarna coklat topaz. juga hidung sempurna yang sekiranya menyimpan aroma wangi surga.

Ahh~ tapi apa daya, Sang Putri tak lebih dari seorang gila. kecantikan membuatnya gila. Ia terlalu mencintai dirinya sendiri. Hingga lupa cermin bisa saja muak dan malah memecahkan diri sewaktu-waktu.

Rindu.

Amel tak pernah percaya mitos. tak pernah sekalipun.

Tapi senja kali ini memaksanya percaya. Kata nenek dan sesepuh-sesepuh keluarga Amel, sehelai bulu mata yang lepas dari tempatnya menandakan bahwa ada seseorang di luar sana yang sedang merindukan pemilik helaian bulu mata yang terlepas. awalnya, dia menganggap mitos tentang rindu ini konyol. Dulunya Amel beranggapan, rindu haruslah diutarakan, kalau tidak, rindu tak akan pernah sampai ke tujuan dan hanya akan menguap dalam doa-doa.

hingga kemarin, dia rasakan sendiri. rupanya kadang ada rindu yang tak mampu diucapkan. rindu tak selamanya dapat diutarakan. kini Amel hanya termenung di depan cermin yang tingginya tak lebih dari satu setengah meter. menatap jauh ke dalam cermin. menemukan sehelai bulu matanya yang gugur. berharap ini adalah pertanda. bahwa rindunya terbalaskan. semoga saja.

Jumat, 01 November 2013

Aku dan Secangkir Teh.

malam ini sengaja kusediakan waktu.
untukmu dan secangkir teh hangat buatanku.
sayang kau tak datang.
tinggallah aku dan secangkir teh.
mendingin. menggenang.
tapi aku bisa apa ?
hangatnya tehku telah memuai.
tersisa maluku yang mengampas didasar cangkir.
dan aku terlalu lihai berdiam.
seperti bersembunyi disela dinginnya tehku.
dengan sabar aku menunggu.
tapi kabarmu tak jua singgah.
biarlah~

-disebuah malam yang tak seperti biasanya-
1 November 2013

Rabu, 30 Oktober 2013

20 tahun.

tangan saya bergetar. dingin. dan berkeringat. jantung saya berdegup lebih cepat dari biasanya. 20 tahun. ahh~ waktu terlalu cepat berlalu dan umur lama kelamaan semakin mengerikan.

mungkin kini saatnya, saya telah sampai pada lembar terakhir buku harian 'remaja'ku. segera mengambil buku baru dengan label 'dewasa' di sampulnya. ahh~ itu terlalu sulit. terlalu. saya malas menjadi dewasa dan terlibat berbagai masalah. malas sekali.

jadi 20 tahun. dan apa yang telah saya lakukan?

ingin rasanya mengkambinghitamkan takdir Tuhan. toh, saya yang hanya begini-begini saja adalah saya yang sudah menjadi takdir tuhan. Tapi, jangan. bukankah semua orang punya potensi? dan setiap potensi bisa dikembangkan? ahh~ mungkin saat ini halaman seberang memang sedang hijau, tapi sebulan sekali, tepat seperti siklus halaman saya. Kebetulan saja mereka selalu hijau saat saya menguning dan sebaliknya.

ingin rasanya saya berhenti. cukup seperti ini. memang saya adalah anak yang mudah untuk dibahagiakan. hidup begini saja, saya sudah bahagia kok. Tapi sayangnya, saya tak punya cara untuk menculik dan menyandera waktu hingga memenjarakannya rapat-rapat. ahh~ saatnya kembali pada cetak biru dan menata ulang mimpi-mimpi.

20 tahun.
entah mengapa, mengingatnya saja saya menjadi gugup.
entah bagaimana, rasanya tuhan memelukku lebih erat hari ini.
entah siapa, penggagas romantisme tiup lilin.
entah apa, ucapan dan doa yang terapalkan hari ini.
entah berapa, kenangan yang tercipta dan mengintip malu-malu dari balik ingatan.
tetaplah disana. jangan kemana-mana.
biar kutulis dengan jemariku yang tak tahu arah.
bantu aku mengeja kata 'dewasa'.

31 :)

31 moment.
bahwa lupaku semakin sering menyusahkanku.
bahwa rabunku membuatku sering salah menyapa.
bahwa jemariku lebih senang mencipta puisi.
bahwa imajinasiku yang liar telah menghapus batas-batas kenyataan.
bahwa pikiranku adalah kantor tersibuk yang pernah ada.
bahwa ada bekas cacar di dahiku.
bahwa ada bekas luka di tanganku.
bahwa aku suka hujan tapi membenci petir, kilat dan gunturnya.
bahwa aku suka kesunyian, menikmati kesendirian tapi bukan dalam kegelapan.
bahwa aku malas jadi dewasa, dan terjebak masalah.

31 pertanyaan.
tentang hikmah masa lalu.
tentang arti masa kini.
tentang misteri masa depan.
tentang pikiranku.
tentang jiwaku.
tentang rasaku.
tentang batinku.
tentang mahluk.
tentang alam.
tentang tuhan.
tentang kenalan.
tentang teman.
tentang sahabat.
tentang keluarga.
tentang dia.
tentang aku.

31 bulan.
31 minggu.
31 hari.
31 jam.
31 menit.
31 detik.
dan aku -semestinya harus- berhasil berubah total. 
dan aku -semestinya harus- menjadi sosok yang tak lagi manja.
dan aku -semestinya harus- bertumbuh dewasa.

selamat. hidupku sukses melangkah. :)

Sabtu, 26 Oktober 2013

haruskah kuberi judul 'sajak pemuda' ?

malam. gelap. senyap.
dilembar catatan lusuh kakekku
yang sudah lama lupa akan kata merdeka
tertulis singkat sebuah pesan.

negeri ini butuh pemuda pemberani.
berani mengayunkan belati
melangkah pasti dan tak akan berhenti.
disisi buruh dan para petani
hingga keadilan dijunjung tinggi.

negeri ini butuh pemuda pemarah.
marah ketika janji sumpah kini tinggal gema.
dan tak lagi bermakna.
marah ketika para penguasa merajalela.
sedang penindasan dimana-mana
marah ketika rakyat sengsara.
akibat permainan para korporat.

negeri ini tak butuh pemuda apatis.
melihat rakyat mengemis.
disaat penguasanya korupsi.
melihat anak kurang gizi, mati.
sedang birokrasi memperkaya diri.

dilembar catatan lusuh kakekku.
yang telah lupa akan kata merdeka
terselip sebuah pesan.
wahai pemuda masa kini.
teruslah merapalkan doa
untuk para pemuda yang telah lalai hati.
berkatilah mereka.
semoga esok, bangkai mereka tak diendusi babi.

Selamat malam, Penyair Malam :)

Hai, penyair malam.
jangan terlalu sering mengajakku bercanda.
takutnya aku bisa jatuh cinta.
hanya berjaga-jaga.
karena tentangmu, aku tak tahu apa-apa.

Hai, penyair malam.
jangan terlalu sering berbagi hari denganku.
takutnya aku bisa terperangkap rindu.
hingga sehari tak ada kabarmu.
aku hanya bisa membisu, menunggu.

Hai, penyair malam.
jangan terlalu sering membuatku melayang.
takutnya aku tak lagi bisa membedakan.
yang mana hayalan dan mana yang bukan.
bahkan,
mungkin aku lupa kembali ke daratan.

Hai, penyair malam.
jangan terlalu dalam menambatkan peduli.
takutnya aku merasa bagaikan bidadari
hanya untuk berhati-hati.
aku tak ingin sayapku patah lagi.

tapi jangan berhenti.
jangan dulu pergi.
aku masih ingin menikmati.
rekahan senyummu disore hari.
yang selalu berhasil membentuk rona merah muda di pipi.

Selamat malam, penyair malam :)

Jumat, 25 Oktober 2013

Embun

satu, dua, tiga detik berlalu.
embun sedang duduk diberanda hotel, menunggu.
bersamaku juga ibuku yang terpaku melihatku tersipu.

wahai embun,
sepertinya aku punya pertanyaan yang tertimbun.
tentang kisah sepotong rindu yang kubaca.
mungkin kurang
mungkin lebih
mungkin tak terbaca
mungkin tak berjawab
mungkin bukan apa-apa
mungkin basa-basi
mungkin benar dari hati.
mungkin rindu itu tentangmu.
tapi mungkinkah itu tentangku ?

sejak saat itu.
hatiku seperti dikelilingi kupu-kupu.
aku bahkan malu.
pada semesta yang mengawasiku.
untung, datanglah taksi yang kutunggu.
menyelamatkan aku dari senyum tersipu.
tenanglah hati, jangan terburu-buru.
kata embun padaku.

-Bogor, 24 Oktober 2013-

Rabu, 16 Oktober 2013

Percakapan di Telepon.

kita terjebak perbedaan waktu. saat matahari menemani hariku, kau sedang bersenandung dengan bulan dan bintang. tapi kita masih berdiri di atas Bumi yang sama, yang anginnya berbaik hati untuk selalu ku titipi rinduku padamu.

pagi ini telah kusediakan untukmu. untuk sekedar bertukar sapa atau hanya sekedar mendengar suara. sesederhana itu.

Kamu : Selamat pagi. karenamu embun didaun jendelaku sedang mencair. suaramu begitu hangat di pagi hari.

Aku : Pagi. aku berharap semoga hujan yang mengguyur kotamu bukanlah wanita, karena aku bisa cemburu, dia lebih tau kabarmu daripada aku.

Kamu : Kau menggodaku lewat bahasa. padahal kau tau aku tak suka berkata-kata, karena dalam diam pun kita sudah saling mengerti rasa.

Aku : Aku pun tak mengerti tentang bahasa. cuma satu kata yang selalu muncul di benakku saat memikirkanmu. biarlah ku simpan sendiri kata itu. apa itu cukup untuk bisa mengambil tempat berjalan disisimu ?

Kamu : itu sudah lebih dari cukup. jangankan bahasa, aku juga tak tau astronomi. yang ku tau bintang timur dan bintang barat telah berkonspirasi dengan semesta mengirimkan setiap rinduku walau kita terpisah waktu.

Aku : begitukah? *aku tersipu malu* tapi aku hanya tau meracik bumbu. bumbu berbentuk puisi yang pasti kau suka, karena resepnya kucuri langsung dari surga.

Kamu : ahh~ kamu memang cahaya keduaku setelah sang surya. apalah diriku ini yang hanya tau tentang ilmu navigator. itupun yang kupahami betul hanyalah peta menuju hatimu.

Aku : Tapi kali ini aku ingin menyalahkan semesta. ruang otakku yang sesempit ini, diisinya dengan semua hal yang tentang kamu. Padahal aku telah menyediakan hatiku untuk kau isi sepenuhnya.

Kamu : janganlah menyalahkan semesta. semesta bahkan berbaik hati menggulirkan bulir bulir rasa melalui rekahan senyummu.

Aku : kamu benar. Kalau diingat-ingat semesta bahkan mengatur setiap detak jantungku agar berdetak lebih cepat setiap melihat sosokmu.

Kamu : KeMahaan semesta memang begitu baik. dia bahkan merendahkan hati sang surya yang iri melihat kehangatan senyum dan tutur katamu yang dapat melelehkan kebekuan rinduku.

Aku : Namun ingatlah, selama kita menjelajahi jarak. mungkin aku akan sering tersandung kerikil-kerikil kecil yang tak terlihat. tapi tenang saja, aku akan selalu jatuh pada dasar hatimu.

Kamu : tentu akan ku ingat. Aku ingin tidur, bukan lelah. aku hanya ingin mendatangimu, melihat senyummu merekah dalam mimpiku.

Aku : Terima kasih telah menjadi benteng hatiku. terlelaplah dan kembalilah dalam diammu :)

kututup telepon singkat tadi. kini aku hidup lagi :)

Selasa, 15 Oktober 2013

untitled



Engkaulah pelita tempat berkumpulnya cahaya harapan.
Engkaulah penujuk jalan yang diselubungi kabut-kabut kepercayaan.
Engkaulah semesta berisi partikel-pertikel cinta kami.
Engkau, dimana segala harapan digantungkan
Padamu, yang segala percaya ditautkan
Untukmu, yang segala cinta diberikan
Wahai, pemerintah :’)
 (catatan kecil yang ditulis disela-sela bingkai kekecewaan-masyarakat)

Aku ingin bercerita. Tentang sebuah kisah yang cocok menyandang predikat ‘miris’ terlebih ‘ironis’. Cerita ini berkisah tentang harapan yang dibumbung tinggi tapi kemudian dijatuhkan. Berkisah tentang rasa percaya yang dijaga sepenuh hati tapi kemudian dihamburkan penuh kesia-siaan. Tentang rasa cinta yang terlalu dalam tertanam tapi justru kabur terseret arus gelombang keserakahan. Kisah ini tentang  yang sering kalian sebut sebagai Masyarakat dengan yang kalian elu-elukan sebagai Pemerintah.

Bagai kain polos tanpa motif Masyarakat punya sejuta harapan, berlapis-lapis kepercayaan, hingga cinta yang terang benderang. Masyarakat berharap memiliki sosok yang bisa dijadikan tempat bersandar dikala susah, sosok yang bisa diandalkan ketika yang lainnya sibuk dengan diri mereka sendiri. kemudian hadirlah dia disaat-saat yang tepat. Pemerintah hadir dengan sejuta kata-kata manis. Kata-kata manisnya melantun menemani Masyarakat mengawali dan mengakhiri harinya. Pemerintah selalu datang, membuat Masyarakat melayang dengan wibawa dan janji-janji.

Senin, 14 Oktober 2013

Kematian

Kini laut tak lagi bergaram.
dan senja semakin temaram.

satu persatu kerang bersembunyi di balik karang.
satu persatu tangis pecah.

isak hati yang begitu lirih.
mengantar kawan yang hendak berlayar pulang.
ditemani debur ombak dan air laut yang berbuih.

para pelayat kini telah pergi.
meninggalkan aku yang berdiri sendiri di atas pasir putih.
dihujam tanya yang entah mengapa tak mau pergi.

mengapa Tuhan menyuruh maut berlayar bersamamu.
cukup buatkan dia sekoci yang aman.

aku letih berdiri dan menunggu.
aku tak fasih menanti dan mengenang.

lubang dihatiku yang kosong.
tertutup air mata yang mengenang.

kawan. ini sajak kematian.
tentangmu yang takkan pernah tergantikan.

Minggu, 13 Oktober 2013

Pejuang

Bahwa dunia itu abu-abu
kamu tau, Pejuang.
telah hilang batas antara hitam dan putih.
tapi aku lupa mengingatkan.
hanya dibutuhkan kata tanya yang tepat untuk menguaknya.

Bahwa kekhawatiran selalu membelenggu.
kamu selalu tau, Pejuang.
tapi aku luput menceritakan.
kisah tentang seorang tua.
dibayar mahal karena keberaniannya.
melepas segala bentuk ketakutan.

Bahwa hidup membawa dadu.
bermain judi dengan harapan jadi taruhannya.
kamu yang paling tau, Pejuang.
tapi aku salah, tidak mengenalkanmu pada sahabat lama.
namanya konspirasi. dimana kaki tangan tak lagi bersahabat.

Dan bahwa aku bersembunyi.
cuma aku yang tau, Pejuang
yang sampai di telingamu, hanyalah yang ingin kuperdengarkan padamu.
selebihnya, masih ku simpan dalam kotak pandora.
rapat-rapat.
rapi-rapi.

Jadi..
jangan pernah menjadi cenayang.
tetaplah pada koridormu.
jadilah pejuang.

Sabtu, 12 Oktober 2013

Rewriting Story : "The Little Mermaid"

tersebutlah seekor raja duyung sekaligus dewa laut, bernama Neptunus. mempunyai 3 anak yang dengan kelebihan masing-masing. Anak pertama, duyung dengan sirip ungu, bernama Putri, akrab dipanggil puthe dikalangan para geng hiu. kelebihannya? cerdas. nilainya rata-rata A untuk semua mata pelajaran yang ada di akademi mermaid. mulai dari mata pelajaran "pengantar kesamuderaan" hingga "teori kehidupan bawah laut" dikuasainya. tak ada yang bisa mengalahkan nilainya pada pelajaran "teknik penguasaan sirip". soal akademik, semua takluk padanya.

anak keduanya yang bernama Nunu, mempunyai sirip berwarna merah. nunu menguasai berbagai macam bahasa. mulai dari bahasa kuda laut hingga bahasa kura-kura semua dikuasainya. tak heran dia mempunyai lingkup pergaulan yang luas. dipagi hari dia biasa bergaul dengan para ikan buntal, membicarakan ganggang laut yang semakin langka juga gosip asmara para artis Aqualywood. di siang hari, dia bisa dilihat berkumpul dengan para belut listrik. membahas tentang peta perpolitikan menteri menteri laut. dan di malam hari, waktunya dia bercengkrama dengan sang kura-kura, merenung tentang arti hidup dibawah air.

si bungsu, dengan sirip berwarna biru, bernama Ayu. si bungsu ini suka sekali menulis dan melukis. dia suka melukis siluet bulan di setiap karang yang ditemuinya. atau menulis keseharian para duyung diistana. jadi jangan heran jika karang-karang yang ada disekitar istana telah penuh dengan lukisan si bungsu, atau jika kalian masuk ke perpustakaan istana, akan ada banyak sekali puisi ataupun cerita karyanya.


Aku Bukan Kartini

Aku bukan kartini
anak bangsawan yang taat pada adat istiadat.
Aku bukan kartini
gadis anggun berkebaya dengan sanggul di kepala.
Aku bukan kartini
yang dipingit sambil menunggu perjodohan tiba.
Aku bukan kartini
yang hobi menulis surat menceritakan penindasan negeri sendiri.
Aku bukan kartini
yang bersembunyi kala menyantap kitab demi kitab pengetahuan.

Aku bukan kartini
aku perempuan, yang membangkang pada setiap bentuk pembodohan.
Aku bukan kartini
aku gadis berkerudung, lengkap dengan sendal gunung.
Aku bukan kartini
aku berkeliaran, tak jarang terperosok jatuh ke dalam jurang.
Tak seperti kartini
yang ku tulis hanyalah sajak-sajak penolakan.
Tak seperti kartini.
ilmu bebas berkeliaran, siap untuk kusantap

Terima Kasih :)

Rabu, 09 Oktober 2013

detik ini tidak sama dengan detik yang baru.

pernah dengar tentang prinsip identitas?
dimana "sesuatu" hanya akan sama dengan "sesuatu" pada ruang dan waktu yang sama.
singkatnya, segala yang ada pada detik ini, tidak akan sama dengan yang berada pada detik yang baru.

Detik ini bayi mungil datang ke pangkuan bumi.
Detik ini juga seorang tua berpulang ke rumah abadi.
Detik ini sehelai daun gugur.
Detik ini juga sebenih pohon tumbuh.
Detik ini ada yang terbaring dilanda sakit.
Detik ini juga ada yang sembuh dari derita menahun.
Detik ini ada tangis yang pecah.
Detik ini juga ada senyum yang merekah.
Detik ini seorang miskin menang undian.
Detik ini juga si raja minyak gulung tikar.
Detik ini yang gila tiba-tiba waras.
Detik ini juga semuanya menggila.
Detik ini orang yang kamu cinta pergi mematahkan harapan.
Detik ini juga seseorang yang lain menjatuhkan cinta padamu.

Detik tadi, relakan pergi. Saatnya sambut detik yang baru :)

*catatan kecil setelah teringat ttg prinsip identitas*

Selasa, 08 Oktober 2013

Siapa ?

Ditertawakan senja, diperolok oleh malam. Sejak awal ini adalah jejak kebodohan. mau saja diperintah rasa penasaran. memusingkan diri menyibak pertanda semesta. sampai langit biru jadi serpihan abu-abu. Jadi siapa kamu sebenarnya ?

Menunggu. Bersabar. lelah. memutuskan untuk tak peduli lagi. membiarkan bayang-bayang tersapu dari ingatan. hilang tak membekas. lalu di penghujung hari selembar salam yang dititipkan olehmu sampai ke telingaku. dan terus saja seperti itu. lagi dan lagi. Jadi siapa kamu sebenarnya ?

pagi selalu terlambat menceritakan rahasia-rahasia. siang selalu pemalu menyibak kabar burung. senja terlalu malas untuk berbasa basi busuk. dan malam terkadang pelit bahkan untuk sekedar menyeletuk. aku harus apa kalau semua memilih membisu. Jadi siapa kamu sebenarnya ?

Martir

Seorang martir menenggelamkan rindu.
pada bulir-bulir keringat para buruh.
martir yang tetap mengganas.
hingga tak lagi ada peluh para buruh yang terlalu.

Seorang martir memborgolkan harapan.
pada bibit-bibit semangat bapak ibu tani.
Martir yang tetap mengaum.
hingga lapuk seluruh tunas energi yang terhimpun.

Seorang martir mengikatkan reformasi.
pada tegap tapak langkah mahasiswa.
martir yang tetap menggalak.
hingga pincang jari-jari pergerakan.

seorang martir yang dibenaknya berteriak kenangan.
tentang mandi darah pahlawan pahlawati
tentang gelimpangan bayi-bayi kurang gizi, mati.
tentang ibu yang tek berASI.
tentang aborsi juga mutilasi.
ditambah tingkah birokrasi negeri ini.

Sabtu, 05 Oktober 2013

Cerpen : "Snow White Sang Janda"

Snow White digugat cerai. Enam bulan setelah penikahannya, sang Ratu meninggal dunia. Dibunuh lebih tepatnya. Disekujur tubuhnya terdapat tanda-tanda bekas penyiksaan. Semua bukti-bukti tindak kriminal mengarah pada kesimpulan Snow White adalah pelakunya.

Snow White diseret keluar dari istana dan dibawa ke penjara kerajaan. sesaat sebelumnya, dengan tangan terikat dibelakang, dia bercerita.....

***

apa yang kalian ketahui tentang kisah hidup Snow White? bahwa dia adalah contoh teladan dari sebuah kesabaran? bahwa keserakahan sang Ratu adalah contoh terbaik atas perasaan iri hati yang harus dihindari? bahwa sang pemburu adalah contoh terbaik untuk tingkah laku yang welas asih? atau para kurcaci adalah contoh terbaik dari persahabatan? semuanya mungkin benar, jika kalian hanya melihatnya dari satu sisi. Sisi Si Snow White yang terzalimi.

yang kalian tahu, Snow White adalah korban kedengkian sang Ratu, ibu tirinya, atas kecantikan yang dimilikinya; kulit seputih salju, bibir semerah darah dengan rambut sehitam bingkai jendela. Sayangnya, ada yang tak kalian ketahui.

Jumat, 04 Oktober 2013

Bagian 2 "Dialog : Nalar dan Rasa"

setelah sekian lama bersitegang, akhirnya Nalar dan Rasa kembali bertemu. "Ingin berdamai dengan sungguh-sungguh" kata Rasa. Sedangkan Nalar kasihan dengan pemilik tubuh yang selalu terisak tiap malam karena Rasa yang tak pernah diam. Sengaja mereka berjanji untuk bertemu di ruang hati terdalam, agar tak ada gangguan dari siapapun atau apapun.

Mau kamu sebenarnya apa sih ?

Kamu sendiri maunya apa ?

aku mau berdamai. ayo kita buat kesepakatan.

Percuma. Aku tidak akan pernah sepemahaman denganmu.

loh ? kenapa ?

karena kamu absurd. nonsense !

itu karena kamunya yang terlalu perhitungan. setiap detil dipikir hingga dalam.

buat apa memperjuangkan sesuatu kalau peluang untuk menang tak sampai 50 % ? buang-buang tenaga dan air mata tau!

nah. itu dia. kamu terlalu pesimis.

bukan pesimis. namanya realistis. memangnya kamu! kerjanya cuma menaruh harapan setinggi angkasa.

kamu tidak tahu kapan keajaiban akan datang.

memangnya kamu tau ? tidak juga kan ? 

siapa tau saja benar, harapan itu nanti akan jadi kenyataan.

kalau salah bagaimana? kasian si pemilik tubuh ini, harus berapa banyak lagi air mata yang mengalir hanya karena kau terlalu gampang membumbungkan harapannya ?

sudah.sudah.
ayo berdamai. hentikan pertengkaran ini.

sudah ku bilangkan, kita tidak akan pernah cocok.

aku tak memintamu untuk mendukungku, aku hanya minta kamu untuk diam.

tidak bisa. kalau aku diam, artinya si pemilik tubuh ini tidak akan pernah sadar.

ku mohon. setidaknya hingga hatinya sembuh benar. kalau kau diam, aku juga tak akan banyak bicara. kasihan si pemilik tubuh, kerjanya hanya menangisi konfrontasi kita. hanya hingga hatinya kembali utuh entah karena transplan atau hasil hibah dari seseorang yang lain. hingga saat itu tiba, mari bekerja sama.

oke. aku juga kasihan padanya.

Dan perjanjian gencatan senjata mereka di perpanjang.

 

Kamis, 03 Oktober 2013

Dialog : Nalar dan Rasa

Pernahkah kamu mencoba, sedikit saja, untuk belajar dari pengalaman ?

berkali-kali, hanya saja Harapan menarikku lebih dalam dari yang sudah-sudah.

Aku bosan, setiap kali menengok, yang kudapati kau sedang merugi.

oh yah? aneh yah.. padahal aku tak pernah merasa kehilangan apa-apa dari sebongkah ketulusan.

kamu sudah bosan hidup yah ? mau cari mati ?

aku tidak sebodoh itu hingga mau mati, aku hanya teledor telah kecurian hati.

kau memang aneh. membatasi diri tapi hanya setengah-setengah. kenapa memangnya? tidak sanggup ?

bukan tidak sanggup. aku hanya membebaskan diriku untuk tumbuh. karena hati bebas merdeka tanpa intervensi.

sudahlahh, biarkan aku saja yang mengambil alih. aku tau kapan harus berhenti dan kapan harus melangkah.

masalah hati bukanlah perang strategi. tanpaku hati hanya akan kau jadikan permainan.

Suatu Hari kita akan sependapat. seiya sekata. sepahaman tentang sosok manusia. hingga hari itu tiba, berdirilah disampingku. temani aku memelihara diri.  

Seperti

Tuan, tahukah kamu seperti apa rasanya mengenalmu ?
seperti ini :

seperti menunggu senja padam di ujung langit barat.
semburat merah menyalakan harapan.
diperhalus awan sewarna ungu sendu.

Tuan, tahukah kamu seperti apa rasanya melihatmu ?
mungkin, seperti ini :
seperti melihat teratai dalam sejuk terik surya.
mengapung di lumpur kenangan.
di hiasi rona merah jambu tanda malu.

Tuan, tahukah kamu seperti apa rasanya di cintai olehmu ?
pastilah seperti ini :

seperti melihat aurora di ujung-ujung kutub
semua kata kehilangan makna dihadapannya
takluk atas hadiah semesta untuk dunia.

Selasa, 01 Oktober 2013

Aku tak lagi butuh Pelangi

Merah, dirimu.
Jingga, ruam-ruam senja.
Kuning, tembok tempatku mengadu.
Hijau, rumput bergoyang pelan ditiup sepoi angin saat mata kita beradu.
Biru, menghamparkan diri dalam bingkai langit sendu.
Nila, menyembul tipis pada aurora di kutub hatiku.
Ungu, menggandeng fajar di ufuk timur

Merah, rona-rona pipiku.
Jingga, manis jeruk semanis senyummu.
Kuning, direbut guguran daun saat angin menghantarkan rinduku.
Hijau, padang tempatku terlentang.
Biru, menenangkan hati dalam lantunan nada-nada ombak.
Nila, sepintas cahaya kecil yang mengundang malam.
Ungu, diriku.

lihatlah!
sejak mengenal dirimu.
aku tak lagi membutuhkan pelangi.

*catatan kecil untuk sang Putri Malu

Senin, 30 September 2013

Senja Bulan Oktober

Begini Senja...
aku ingin malam ini segera berakhir
hingga fajar dapat merekah kembali pada pagi hari di bulan Oktober

Seperti ini Senja..
aku ingin hujan mereda dan tak satu tetes rintik pun jatuh ke tanah
hingga pelangi dapat leluasa berbaring di hamparan langit bulan Oktober

Mengertilah Senja..
aku ingin matahari segera membiaskan sinarnya
hingga kabut-kabut keraguan menghilang perlahan di bulan Oktober

Wahai Senjakala..
aku ingin sepi ini segera menguap, hilang dibawa angin
hingga satu per satu nada mengalun lembut diiringi petikan gitar di bulan Oktober
dan
selamat datang, Oktober..
biarkan penamu bertemu dengan sebotol tinta
hingga cerita tercipta, dalam ribuan baris kalimat indah
pada senjakala di bulan Oktober


Selasa, 24 September 2013

Kita (?)

ternyata hidup tidak sederhana.
semua yang bersebab pasti punya akibat.
tak se-elemen pun bisa memberontak.
namanya permainan alam. hukum semesta.
sewaktu waktu kita dituntut
mengepakkan sayap di tengah samudera kemunafikan
kali lain, kita didorong
terjun. terhempas bebas dalam jurang penghianatan
sesekali kita diikat
erat dalam permainan peran dan tanggung jawab
di lain waktu, kita meresah
risih akan waktu yang tak kunjung berpihak
tak jarang, kita terisak
menangisi hati yang berusaha terlihat tegar

apa kabar kita nanti ?
saat tapak jalan menuntut kita meraih sukses di ruas jalan berbeda.
bagaimana kabar kita nanti ?
saat cita menarik kita menjauhkan diri satu sama lain.
seperti apa kabar kita nanti ?
saat hidup menjadi lebih rumit dari yang sudah-sudah.

bernafas legalah~
tersenyum bebaslah~
tertawa lepaslah~

satu yang ku yakini.
tidak sepotong kenangan pun akan hilang dari hati

*catatan sesaat setelah merenungkan 2 tahun yang lalu*

Sabtu, 14 September 2013

Penjahat (?)

aku mendesiskan luka pada tepi tempat tidur
semua telah sejernih bintang gemintang
tapi bukankah, baik dan buruk itu relatif ?
dan aku terkapar tak berdaya. (?)
kalau aku sedikit beruntung, mungkin..
mungkin aku bisa lupa ingatan.
tidak ada yang harus kunapaktilasi

adakah varian benci baru dalam kehidupan ?
aku benci dengan semua paradoks yang muncul
aku hanya seorang penjahat yang tak mau memperumit kejahatan.
hanya saja, aku tak lagi dapat memilah..
mana simpul yang nyata dan mana yang dusta.
aku bahkan penjahat yang senang bertemu dengan masalah

mari merayariakan kejahatan yang baru saja kulakukan.
kejahatan serba tanggung.
dan separuh hatiku tersenyum lega
satu kejahatan baru saja selesai :)

Minggu, 08 September 2013

Aku harus beranalogi (?)

lagi-lagi aku membenci.
atas semua kebebasan yang terenggut.
semua yang bebas kini menjadi terikat.

aku membenci.
bahkan hanya untuk sekedar berkata.
aku memilih memendam.
biarkan tersamar dalam puisi tak berjiwa.

iya, aku benar-benar membenci.
melihat setiap tawa yang tercipta diatas penderitaan kaum pinggiran.
melihat bunga-bunga mati, disamping para pencakar langit.

entah kenapa, malam ini aku sangat membenci.
merasakan arah angin berubah seketika.
menciptakan rindu yang ingin memberontak.

andai aku ini awan,
telah sejak lama mendung tercipta.
tanpa ada yang tau, kapan pelangi hadir di cakrawala.
atau matahari membiaskan sinarnya.

setelah semua yang ada, masihkan aku harus beranalogi ?

Rabu, 04 September 2013

Konsep Anak Berbakti

suatu malam aku bertanya pada Ayah, "Bagaimana konsep anak berbakti menurut Ayah?"

pertanyaan ini hadir karena rasa-rasanya aku belum pernah mencapai konsep anak ideal pada umumnya, mendekati pun rasanya juga tidak. sementara bukankah menurut ajaran agama manapun, setiap anak harus berbakti pada orang tuanya. Benar begitukan?

aku melihat disekelilingku, teman-teman sebayaku. beberapa orang di antara mereka memiliki nilai IPK yang tinggi, kuliah rapi 4 tahun atau bahkan kurang dari itu. beberapa yang lainnya telah mendapat pekerjaan, tentor di bimbingan belajar ini dan itu atau sebagai wirausaha mandiri, jualan ini dan itu. sisanya mendapat beasiswa yang diidam-idamkan. adalah suatu kewajaran jika mereka berbangga hati.

mungkin begini konsep pendidikan di Indonesia saat ini. Achievement Oriented. semua serba penghargaan. wajar saja kalau orang saling berlomba menunjukkan eksistensi diri pada realitas. seakan-akan seseorang yang "biasa-biasa" saja tidak akan dianggap. Mungkin inilah hasil pengejewantahan konsep pendidikan liberal. atau mungkin juga seperti inilah pengejewantahan dari teori kebutuhannya kanda Maslow. Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan hidup yang akan selalu berusaha untuk dipenuhi sepanjang masa hidupnya. tingkatan tertinggi adalah aktualisasi diri. pada tingkatan ini, manusia berusaha untuk menunjukkan keeksistensian dirinya di dunia. dan entahlah konsep-konsep apalagi yang hadir untuk membenarkan diriku yang jauh dari konsep "anak berbakti" pada umumnya.

saat kutanya seperti itu, Ayah menjawab sambil tersenyum "cukup membuka hati pada tuhan saja".

Jumat, 30 Agustus 2013

Sorry isn't a magic eraser.

You deserve someone who knows how to make things up again, after making u feel bad. Not someone who's very good, with just the word 'sorry'.

Selasa, 27 Agustus 2013

dunia macam apa yang ku tempati sekarang ?

dunia macam apa yang ku tempati sekarang ?

aku tak lagi mengenal yang mana hitam dan putih.
semuanya serba abu-abu.
kelabu.

baru kemarin ku yakini membunuh itu dosa
semenit yang lalu, orang-orang saling membunuh di mesir sana.

aku tak lagi mengenal benar dan salah
di sudut sana, ada yang menindas atas nama kebenaran.
di sudut yang lain, menolong orang malah dipersalahkan.

kini aku ragu tentang yang baik dan buruk.
rasanya susah menjatuhkan jangkar kepercayaan.
setelah semua ditutup topeng kemunafikan.

masih adakah yang berfikir dunia itu sederhana ?
sesederhana 'iya' dan 'tidak'

ataukah
aku masih terlalu naif ?

catatan kecil, sejenak setelah diskusi berat berakhir
27 Agustus 2013

Sabtu, 24 Agustus 2013

Kenangan tentang Kalian

seberapa hebat kekuatan kenangan ?
dapatkah ia merambatkan haru ke pelupuk mataku ?
atau
menanamkan api yang menjalar pada hatiku ?

seberapa hebat kekuatan kenangan?
akankah ia selalu hadir dalam setiap rapal doamu ?
atau
menghilang seiring jejak tapak langkahmu ?

seberapa hebat kekuatan kenangan ?
tergeruskah ia oleh waktu ?
atau
 justru bertahan walau diterpa badai semesta ?

ingatan tak pernah peduli.
kenangan tak pernah memaksa.
tapi mereka kuat, terutama yang tentang kalian.

Seluruh Hidupku adalah Penjara

Seluruh Hidupku adalah Penjara

Bebas. Adakah ?
Tunjukkan padaku yang mereka sebut kebebasan !
tak pernah rasanya ku cicipi kebebasan.
di setiap sela kata, ada rasa takut yang terlalu kuat.
tapi, apalagi yang bisa kulakukan ?
semuanya sudah tergariskan.
hidup adalah penindasan.

inspired by Pasung Jiwa

membenci.

ceritakan padaku tentang kebencian?
dosakah ?
maka akan kututup telinga.
biarkan aku membenci.

aku benci pada pikiranku sendiri yang tak bisa ku kekang.
aku benci pada perasaanku sendiri yang tumbuh sangat liar.
aku benci pada lidahku yang takut bersuara.
aku benci pada senyumku yang berusaha menutupi mata sembabku.
aku benci menjadi bodoh karenanya.
aku membenci.

dosakah?

Kamis, 22 Agustus 2013

Terlalu Lemah

aku mencoba mengeja kata.
merapalkan doa dan mantra.
menolak segala bentuk pinta.
tapi terlalu lemah..
terlalu lemah...

aku menyuarakan orasi penuh semangat.
membuat suara-suara provokasi.
mendorong sisa-sisa kekuatan.
masih terlalu lemah..
terlalu lemah..

aku membaca seribu buku.
menulis ribuan halaman.
mendengar jutaan pendapat.
tetap saja terlalu lemah..
terlalu lemah..

masih tentang aku yang terlalu lemah.
semoga tangis ini bukan karena menangisi kebodohan senja.
yang selalu menghadirkan harapan.
anggap saja sebagai ucapan terima kasih yang sedikit berbeda.
karena untuk berpisah secara perlahan.
aku masih terlalu lemah. terlalu lemah.

Rabu, 03 Juli 2013

Ini Puisi, bukan cerita fiksi.

Ketika "cinta" Tiba

Meski belum bertemu Aku telah mengenal "cinta" sejak kelas 1 SMP.
Dari kotak-kotak multimedia kecil di Rumah yang kalian sebut TV
Dari cerita-cerita romantis novel-novel teenlit
Dari gosip-gosip kecil-kecilan sepupu di waktu tidur.
Aku telah tau seperti apa itu "cinta" walau belum merasakannya.
"cinta" mengenakan kemeja denim dengan topi berbahan sama.
"cinta" mengetahui semua jenis buku yang telah ku baca.
"cinta" mengenal semua nama-nama di pohon keluarga.
Ayah.
Ibu.
Nenek, bahkan sepupu jutaan kali.
"cinta" mengendarai unicorn putih yang akan terbang saat aku membutuhkan.
Begitulah Aku mengenal "cinta" di kelas 1 SMP. Jika saja Aku bisa menemukannya.
Tapi, ketika "cinta" akhirnya tiba, dia bertato dengan bau alkohol di sekeliling tubuhnya.
Dia mengenakan jeans robek-robek yang sepertinya belum dicuci dari sebulan yang lalu.
Tak pernah baca buku dan tidak jelas siapa ayah dan ibunya.
"cinta" adalah alasan satu-satunya aku harus membohongi orang tuaku.
Izin ke Rumah Siska padahal mengendap-endap ke gang belakang rumah, membantunya sadar dari mabuk beratnya.
"cinta" begitu menakutkan bagi orang-orang sekitar
Tapi bagiku, aku tak pernah kehilangan humor jika berada disekelilingnya.
"cinta" selalu menungguku pulang dari sekolah, untuk memastikan tak ada preman yang berani menggangguku.

Waktu berlari dan "cinta" berubah.
"cinta" memuai seperti udara.
"cinta" mengendur seperti kabel listrik di malam hari.
Perlahan "cinta" menghilang.
"cinta" tak berkabar selama bertahun-tahun
Dan ketika "cinta" datang kembali, aku bahkan tidak mengenalinya.
"cinta" datang dengan suara merdu yang baru
"cinta" datang dengan mimpi-mimpi manis yang baru
Dengan tahi lalat yang baru
Dengan lesung pipi di senyum yang baru
"cinta" datang dengan cinta yang baru

Sekarang ada panggilan kesayangan baru.
Lagu pengantar tidur baru.
Juga buku-buku favorit baru.

Kami menemukan lelucon yang membuat kami tertawa bersama.
Menemukan lagu yang membuat kami bernyanyi bersama.
Menemukan topik yang membuat kami larut dalam diskusi bersama.

"cinta" selalu mengatakan 'you're beautiful'
Selalu dan setiap saat.
Ketika aku sedang dalam emosi yang memuncak
'you're beautiful'
Ketika aku sedang dalam isak yang mengharukan
'you're beautiful'
Bahkan ketika aku telah bosan mendengar
'you're beautiful'
Ketika aku telah menolak untuk percaya padanya lagi, tetap saja...
'you're beautiful'
Ketika tidak ada lagi orang yang akan mengatakan
'you're beautiful'
Tapi ketika aku ingin mendengarnya, "cinta" lupa mengatakan..
'you're beautiful'

"cinta" juga membuatku menangis.
Pada setiap minggu yang tak berkabar
Pada setiap malam sunyi yang sepi

"cinta" tidak akan pernah menjadi seperti yang kuharapkan ketika duduk di bangku SMP dulu
Mungkin, "cinta" di Arab sedang tidur pulas
Sedang aku, menyantap makan siang.
Mungkin "cinta" berada di dua tempat yang berbeda, terjebak perbedaan waktu.
Mungkin "cinta" tidak siap untukku
Atau aku yang tidak siap untuk "cinta"
Mungkin "cinta" bukan datang seiring pernikahan
Mungkin "cinta" datangnya setelah perceraian
Mungkin "cinta" bisa tinggal, dan mungkin juga tidak.

"cinta" akan datang di saat seharusnya dia datang, dan pergi disaat dia harus pergi.
Ketika "cinta" datang, bukalah pintu lebar-lebar
Katakan "selamat datang dan buat diri anda senyaman mungkin"
Ketika "cinta" harus pergi, persilahkan dia lewat pintu belakang
matikan lampu dan resapi kesunyiannya, sambil berbisik
"terima kasih. terima kasih telah bersedia mampir"

*terinspirasi dari karya salah satu penyair luar negeri*

Minggu, 16 Juni 2013

Berjuang Dalam Perbedaan

terkadang perbedaan memang bisa sangat menyulitkan. bahkan bisa memisahkan.

Leony, teman yang telah kuanggap sebagai saudara sendiri, menghubungiku kemarin malam. lewat telepon seluler dia bercerita tentang kisahnya. kisah yang tak pernah kutau pernah dialaminya karena jarak dan kesibukan yang memisahkan kami.

ini kisah tentang perbedaan. lagi-lagi tentang perbedaan.

kisahnya bermula sejak 6 bulan yang lalu. dia berkenalan dengan seorang Pria. Pria yang mengenalkan dia tentang arti cinta. pertemuannya cukup sederhana, hanya karena sebuah buku, mereka pun saling mengenal nama. hobby membacanya ternyata juga dimiliki oleh Firman, sang lelaki yang mengenalkan cinta padanya.

tanpa disadari oleh mereka berdua, diskusi-diskusi hangat tentang buku yang sedang mereka baca mengalirkan suasana hatinya pada kondisi yang mendekatkan. hingga secara kasat mata, mereka telah saling memberi hati. memberi kepercayaan. memberi cinta. cinta memang sesederhana itu, Leony jatuh pada cinta, dan Firman menangkapnya.

Firman adalah mahasiswa semester akhir di salah satu perguruan tinggi di Indonesia, mengambil juruan Hukum karena idealismenya tentang keadilan. dan tentu saja itu menjadi poin plus dan menambah kekaguman Leony padanya. semakin lama mereka semakin tenggelam dalam samudra cinta. sedangkan Leony adalah mahasiswi semester 5 universitas ternama di makassar.

mereka adalah konsep pasangan ideal. saling melengkapi dan saling menutupi kekurangan. tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak bersama. tapi bukankah didunia ini tidak ada yang sempurna? begitu juga dengan hubungan mereka. konsep pasangan ideal yang dilekatkan oleh teman-teman mereka terhadap hubungan kedua insan ini terhalang satu perbedaan besar. Agama. Keyakinan. Kepercayaan.

Leony adalah seorang katolik yang taat. tumbuh di lingkungan keluarga yang religius. oma, opa, dan beberapa omnya mengabdikan dirinya menjadi pendeta di gereja di kampung halamannya. sedangkan firman, anak laki-laki pertama dikeluarganya, yang diharapkan akan memberi contoh pada adik-adiknya. menghabiskan masa SMP dan SMA nya disalah satu pesantren terkenal di daerah Jawa sana. sudah pasti adalah seorang muslim yang taat.

entah harus menyalahkan siapa? dua anak manusia bertemu, dengan polosnya menyerahkan hati tapi terhalang sebuah perbedaan besar. haruskah mereka menyalahkan semesta?

disela-sela ceritanya, aku hanya bisa berkata "sabar" sambil berusaha menenangkan isak tangisnya.

dalam hati aku heran pada mereka berdua. aku sempat bertanya "kalian sadarkan tentang perbedaan besar ini? kenapa masih diteruskan?"

Leony semakin dalam jatuh pada kesedihannya, dia terdiam lama sekali, menahan tangis yang ingin keluar lebih deras. sepertinya aku telah salah menanyakan pertanyaan.

beberapa saat kemudian, ia menjawab. pada awalnya mereka berusaha menerima, menormalkan segala sesuatunya. bertoleransi terhadap satu sama lainnya. berharap akan ada jalan keluar dengan sendirinya. tak jarang perbedaan diantara mereka dijadikan bahan candaan di malam hari menjelang tidur. tapi keadaan malah semakin memburuk.

manusia memang egois dalam hal cinta. mereka memutihkan segala macam perbedaan hanya karena keinginan bersama yang lebih kuat. inikah konsep "cinta itu buta"?

mereka berusaha mencari pembenaran atas hubungan mereka, berusaha mencari tokoh-tokoh senasib yang sukses hingga ke jenjang pernikahan. tapi sejarah berkata lain. menurutku mereka sangat romantis, memilih untuk tetap bersama walau perbedaan menghadang.

di depan masing-masing mereka saling menertawakan perbedaan, tapi dibelakang panggung, mereka saling mendoakan. berdoa pada tuhan dengan nama yang berbeda.
setiap minggu, Leony masih sering ke gereja, melipat tangan dengan kalung salib yang melingkar pada lehernya. sedangkan Firman ia rajin melaksanakan sholat malam, bersujud memohon ampun, dan meminta solusi dari tuhan. mereka saling memperjuangkan cinta dalam bahasa yang berbeda. mereka saling mendoakan dengan cara yang berbeda. Leony dengan Salib ditangannya, sementara Firman dengan tasbih digenggamannya.

ketika Leony telah selesai bercerita, aku tak tahu harus berkata apa. tak ada solusi yang bisa kuberikan. aku hanya bisa menjadi pendengar yang baik. aku tak berani menyarankan agar mereka berpisah saja. karena jika melihat dari latar belakang keluarga, sangat mustahil menyuruh salah satu dari mereka untuk berpindah keyakinan. mereka sama-sama taat juga sama-sama saling mencintai.

siapakah sebenarnya yang menciptakan perbedaan ini? tuhan kah? semesta kah? siapa yang patut disalahkan?

hingga kini mereka masih menyimpan tanya besar di benak masing-masing, apakah Cinta dan Keyakinan tak bisa di satukan?

Sabtu, 15 Juni 2013

Mungkin karena jodoh.

Mungkin.
Mungkin pipiku sengaja dibuat temben, karena jodohku suka mencubitnya.
Mungkin hidungku sengaja tak dibuat mancung, karena jodohku suka menariknya.
Mungkin kekanak-kanakanku sengaja susah untuk dihilangkan, karena jodohku jatuh cinta padanya.
Mungkin namaku sengaja dibuat sesimpel ini, agar jodohku nyaman menyebutnya dalam setiap doa-doanya.

Mungkin. Mungkin.
Mungkin bibirku sengaja dibuat tipis, karena jodohku nyaman menciumnya.
Mungkin badanku sengaja tak dibuat sekurus mungkin, agar aku dan jodohku nyaman di dalam pelukan.
Mungkin jerawat dan warna kulitku sengaja dibuat seperti ini, agar aku sadar jodohku menerimaku apa adanya.

Mungkin. Mungkin. Mungkin.
Tuhan menciptakanku sebagaimana apaadanya diriku, tidak sempurna dengan banyak kekurangan, agar aku sadar, bahwa jauh di depan sana, di masa depan kelak, seseorang yang sama tak sempurnanya, juga dengan banyak kekurangan, menantiku. seseorang yang denganku akan saling melengkapi, menutupi satu sama lain. seseorang yag nantinya kusebut "jodoh".

wanita impian

kali ini ingin membahas sedikit tentang wanita impian.
saya hanya ingin sedikit berpendapat secara bebas, beropini semerdeka mungkin.

sejak emansipasi wanita dielu-elukan, semakin banyak wanita ingin disamaratakan haknya dengan pria. termasuk dalam lingkungan keprofesian. seakan tak ada lagi pembeda, pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh pria juga telah dijamah oleh tangan-tangan perkasa wanita. semisal, tukang ojek, sopir bus, karyawan kantoran, mandor, manajer, direktur, hingga presiden sekalipun.

berbagai faktor menjadi penyebab wanita memilih untuk bekarir. entah itu karena tingkat pendidikan yang tinggi sehingga sayang jika hanya menjadi ibu rumah tangga, dorongan dari orang tua yang menuntut untuk bekerja, penghasilan suami yang belum mampu memenuhi kebutuhan keluarga, atau dengan bekerja wanita merasa lebih dihargai keberadaannya, bekerja juga menjadi ajang aktualisasi diri wanita, mampu meningkatkan wawasan yang akan berdampak pada peningkatan pola asuh anak nantinya, hingga menunjang kebutuhan finansial keluarga.

tapi disisi lain, dengan memilih menjadi wanita karir, akan ada harga yang harus dibayar sebagai bentuk pengorbanan. sebut saja pengorbanan waktu luang. dengan memilih menjadi wanita karir, secara otomatis waktu luang untuk keluarga akan semakin berkurang karena harus dibagi dengan pekerjaan kantor. urusan rumah tangga akan menjadi terbengkalai jika wanita karir lebih fokus dengan karirnya sendiri.

secara pribadi, saya agak tidak sepakat dengan konsep wanita kantoran. ada baiknya jika wanita sebagai selayaknya wanita tetap mengurusi rumah tangga tanpa harus ikut dipusingkan dengan masalah kantoran.

bukankah, menurut teori struktural fungsionalis, setiap orang mempunyai peran dan fungsinya masing-masing, dan jika ada yang melenceng dari fungsinya, maka akan terjadi konflik.

masih secara pribadi, entah saya masih kurang kritis atau tidak, saya menganggap sudah semestinya wanita yang telah menikah bertugas mengurusi keluarganya, sedangkan sang suami lah yang mencari nafkah. sedangkan sang anak bertugas untuk belajar dan mempersiapkan diri dengan bekal pengetahuan sebelum menggantikan posisi ayah dan ibu mereka.

saya menganggap menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah pekerjaan mulia yang sangat susah untuk dikerjakan. bayangkan jika seorang ibu tidak terlalu memperhatikan kondisi keluarganya, terutama anak, karena tuntutan pekerjaan. sang anak akan kekurangan kasih sayang dan akan berdampak pada kondisi psikologinya. ujung-ujungnya sang anak bisa saja memilih tempat lain untuk mendapatkan kasih sayang yang tidak dia dapatkan dari rumah.

apalagi di dunia yang telah memasuki zaman globalisasi. apapun yang diinginkan akan dengan sangat mudah didapatkan, terlebih tanpa pengawasan dari orang tua.

lagi-lagi secara pribadi, saya menyarankan untuk wanita-wanita lajang diluar sana, ada baiknya kita berkarir sebagai ibu rumah tangga saja. bagi saya cita-cita menjadi ibu yang baik lebih sulit dibanding membangun istana putri duyung di palung laut terdalam. kenapa sulit ? karena menjadi ibu yang baik tidak ada sekolahnya. semua berasal dari naluri. menjadi ibu yang baik dibutuhkan pengakuan dari seluruh keluarga. suami juga anak. bayangkan jika salah satu diantaranya terlantar?

bukankah indah rasanya jika, seorang wanita memfokuskan diri pada keluarganya. sarapan enak akan selalu tersedia setiap pagi dimeja, rumah akan selalu bersih, anak-anak akan selalu punya teman bercerita dan berbagi keluh kesah, setiap malam ruang keluarga akan hangat dengan perbincangan-perbincangan antar keluarga. bukannya sibuk dengan urusan masing pekerjaan masing-masing.

saya adalah seorang pemimpi. saya masih bemimpi suatu hari nanti akan melanjutkan pendidikan di negeri sakura sana. saya juga masih memimpikan akan meluncurkan sebuah buku yang murni hasil tulisan saya. tapi impian terbesar saya adalah menjadi seorang ibu yang baik. yang menuntut ilmu setinggi-tingginya tapi tidak sungkan untuk menunduk demi mengikat tali sepatu anak. wanita yang mampu bersosialisasi diluar tapi tetap tidak lupa untuk menyanyikan lagu untuk menidurkan sang anak. wanita yang suatu hari nanti, anaknya akan menulis blog seperti ini, dan menceritakan betapa hebat ibunya. :)

Jumat, 14 Juni 2013

Kumpulan Sajak

entah ada energi dari mana..
atau inspirasi dari siapa..
seketika jemari menari lincah di atas keyboard hape..
tanpa permisi, tanpa campur tangan logika..
beberapa sajak tiba-tiba saja tercipta..

"Sebenarnya, aku tak keberatan saat tubuhku kau isi bait-bait luka. Asal setidaknya, kau berani menunjukan aku kepadanya"

"Dirimu menjelma jadi apapun di kepalaku. Jadi lugu. Jadi malu. Jadi candu. Jadi rindu"  


"Aku ingin membaca isyaratmu lewat sinar mata karena aku jenuh menyelami harimu hanya lewat untaian aksara"

"Aku senang lepas dari ikatan kesetiaan, setia hanya mendatangkan sedih, apalagi ketika tiba saatnya berpisah"  

"Wanita cerdas tak pernah menyesal. Seperti aku yang tak menyesal membangun mimpi bersamanya. Walau hanya sebatas mimpi"  

"Yang mengubah takutku menjadi keberanian kecil, mengubah menggigilku menjadi senyuman tipis, mengapa harus kamu?"  

"Keluarkan saja pisaunya, sayat saja sesukanya, gores saja semau-maunya. Kata hati pada sekeping rindu"  

"Rindu memang tidak membutuhkan tanya, cukup sekeping keberanian untuknya menjadi terungkap"  

"seberapa sulitkah sebuah pengungkapan, mengingat ada takut yang mengekang juga gengsi yang mematikan?"

"Sajak bodoh dengan diksi yang masih berantakan. Terlalu jujur, tanpa rasa malu. Memunculkan ingatan, menyembulkan rasa" 

anggap saja saya sedang kekurangan pekerjaan. :) 

Jarak Kita Jutaan Tahun Cahaya

tadi sore kutemukan sebuah surat. surat dari lembaran alang-alang biru laut.
sepertinya surat sepasang kekasih yang dipisahkan jarak.
surat yang ditulis oleh putri duyung untuk malaikat di langit sana.
mungkin lemparan putri duyung kurang kuat, hingga surat itu hanya mengambang di permukaan laut Bumi.
seperti ini bunyinya::

Jarak.
Sebuah kata yang mampu menciptakan rindu.
Kata yang menggiring sendu, disetiap malam kelabu.
Sebuah kata yang sangat mengambil andil dalam kisahku.

kisahku bukan tentang sepasang kekasih yang dipisahkan oleh jarak berkilokilo meter, atau dipisahkan oleh lautan. kisahku juga bukan dipisahkan oleh jarak yang bernama kematian. kisahku lebih unik daripada itu. kisahku dipisahkan oleh jarak jutaan tahun cahaya, yang hanya bisa dihubungkan oleh doa-doa tulus nurani.

seorang putri duyung yang berasal dari planet ketiga di sistem tata surya, mungkin tidak akan pernah punya kesempatan menyatu dengan malaikat senja yang tinggal di planet mars sana. bahkan sejak awal kita memang dilarang menyatukan jiwa. tempatmu tinggi di langit ketujuh bersama puluhan bidadari dengan kecantikan yang berlebihan, sedang aku? aku hanya bisa merindu dari bawah palung laut terdalam. menatap nanar ke langit mars penuh rindu dan harap.

kau selalu keluar pada malam hari saat pintu langit terbuka pas setelah senja menunaikan tugasnya, sedang aku hanya bisa keluar setelah fajar menyingsing, disaat-saat laut sedang dalam kondisi pasang. seakan perbedaan lingkungan belum cukup menjadi pemisah di antara kita, kenyataan bahwa kita berada di planet yang berbeda malah memperbesar penghalang di antara kita.

kadang aku menyesal mengapa kita harus bertemu dan saling menjatuhkan hati pada pertemuan pertama yang sangat singkat itu. kita hanya diberi jatah setengah jam *menurut perhitungan jam manusia* untuk bertemu oleh semesta dihari-hari biasa. parahnya waktu yang sesingkat itu, tidak akan pernah cukup untuk mengutarakan semua rindu yang tertahan.

pernah aku memohon pada semesta, agar dia ciptakan waktu yang lebih lama, sebagai imbalannya aku akan membantunya menjaga ketentraman laut Bumi dibagian barat, tempat kerajaan neptunus berdiri. semesta berbaik hati, hingga dia menghadirkan gerhana bulan. sekali dalam satu periode revolusi Bulan.

aku tak tau, pengorbanan yang telah kau lakukan untuk memperjuangkan kita. namun, ada ataupun tidak ada, aku tak pernah menuntut.

aku hanya ingin kau tau, ada namamu di setiap doa yang kupanjatkan di kuil Aquarida. semoga doa itu sampai padamu. atas nama cinta, aku membebaskanmu untuk berlabuh ke hati bidadari lain di langit sana. aku juga tak akan menuntutmu untuk setia di tengah beribu perbedaan yang memisahkan. aku hanya memintamu bahagia. denganku ataupun tanpaku.

kita memang dipisahkan oleh jarak jutaan tahun cahaya, tapi yang kuyakini, kita satu dalam cinta.

begitulah kisah mereka. kuharap semesta akan sedikit lebih berbaik hati pada mereka.
love it!

Rabu, 12 Juni 2013

malam ini hujan mengguyur.

malam ini hujan mengguyur dengan deras, menolongku menyamarkan isak yang telah lama ingin terlihat tapi bersi keras kupendam.

malam ini hujan mengguyur, menenangkan tangis yang telah menerobos benteng mentalku yang masih lemah.

malam ini hujan mengguyur, berusaha menenangkan batin yang masih penuh dengan gejolak problematika kehidupan mahasiswa.

malam ini hujan mengguyur, menemani raga dalam sepi sunyi senyapnya malam yang semakin larut.

malam ini hujan mengguyur, dan aku merenung.

tangisku pecah, ketika satu persatu potongan soal kehidupan muncul. menyayat hati, menggores batin, bahkan menjatuhkan nalar.

aku ingin menjadi seperti sang Gadis Jeruk, yang dengan segala ketegaran jiwa, berjuang melawan rindu untuk menggapai sukses. atau seperti Athena, berjalan tegap diatas halhal yang diyakininya benar tanpa peduli dengan anggapan orang sekitar.

aku ingin menyerah dan berhenti melawan. tunduk pada rasa yang tak tahu harus kusebut apa. aku ingin mengibarkan bendera putih dan terbaring mengikuti arus. tapi rasa takut selalu datang mengetok pintu batin.

malam ini hujan mengguyur, mencoba membantuku mengurai rasa penyebab tangis ini hadir.

malam ini hujan mengguyur, membekukan nalar dan menebarkan emosi hingga kesudut batin terdalam.

aku bukan bulan yang hanya terus diam dibalik kelamnya angkasa, walau terus dihantam oleh bendabenda galaksi lainnya.
aku mahluk sosial yang perlu mengerti juga dimengerti oleh semesta.

aku masih membutuhkan telinga untuk mendengar, hingga tak perlu menunggu hujan mengguyur untuk mengeluarkan tangis.

tuhan yang baik,
aku ingin menyerah saja, berdiam diri mengikuti arus takdir yang telah kau goreskan.
tuhan yang bijaksana,
tolong hadirkan penyelesaian, aku tak ingin selamanya jadi penghianat.
tuhan yang dermawan,
tolong berikan jiwaku, kekuatan yang lebih kuat dari karang yang selalu dihempas ombak.

malam ini hujan mengguyur, dan aku termenung.

Betapa Cepatnya Dunia Berubah.

Time flies.
people change.
live sucks.
and nobody cares.

begitu cepatnya waktu berjalan, bahkan setiap detiknya terbang meninggalkan jejak. sungguh hebat sang waktu, hanya dengan tetap berdetak setiap detiknya dia sanggup menghadirkan scene yang membolakbalikkan kehidupan manusia.

sebenarnya apa itu waktu? mengapa dengan hebatnya dia bisa merubah kehidupan personal individu. Einstein berkata, waktu adalah sejenis lintasan yang berada di dimensi keempat. yang artinya di dimensi keempat akan ada salinan tak terbatas dari seluruh alam semesta pada garis waktu yang tak terbatas pula.

kukira sudah bukan saatnya lagi bagiku untuk menyalahkan waktu.

aku hanya sedang tak tahu ingin menyalahkan siapa selain waktu yang jelasjelas mengambil peran dalam perubahan yang terjadi di kehidupanku.

saat kanakkanak dulu, semua terasa seringan kapas. dengan mudahnya semua masalah hanya diselesaikan dengan cara memutuskan tali pertemanan, mengubah status kawan menjadi lawan, dan keesokan harinya kembali berteman hanya karena persoalan ingin tetap bermain di sore hari. masalah yang lalu bahkan dianggap tak ada.

beranjak remaja kita diminta untuk mengerti kondisi alam semesta beserta isinya. termasuk mengerti tentang kondisi cuaca yang tak bersahabat, kondisi psikologis kucing hamil yang tak layak untuk diganggu, kondisi hati yang diamdiam menyimpan rasa untuk orang lain diluar sana, kondisi keuangan yang kadang mencekik hasrat belanja, kondisi orang tua yang berbeda pemikiran, hingga kondisi orang lain dalam lingkup sosial.

semakin tua, kita semakin dipaksa untuk menjadi dewasa. walau sejujurnya, sampai sekarang aku belum pernah mendapatkan indikator kedewasaan seperti apa.
siap tidak siap, aku harus jadi dewasa. semesta menuntut.

status mahasiswa, umur diatas 17 tahun lengkap dengan embel-embel KTP di dompet, bukubuku yang telah dibaca, lingkungan pergaulan, tontonan tivi zaman sekarang, diskusidiskusi yang telah diikuti, serta tanggung jawab yag dibebankan oleh pengetahuan seakan memaksa, menuntut bahkan menodong untuk aku menjadi dewasa di segala hal.

dunia berubah, kawan.
dan aku belum bisa mengimbangi perubahannya. aku tertinggal. ditinggal zaman.

dunia menjadi semakin kompleks, salahkah aku jika hanya berharap akan hidup yang sederhana?
selain waktu, perlukah ku salahkan pengetahuan yang kudapatkan??

melihat dunia yang berubah dengan cepatnya, kurasa aku belum siap. aku masih harus belajar pada alam. bagaimana seharusnya memilih prioritas, antara kawan, tanggung jawab juga keluarga.

ajari aku semesta, sebelum dunia berubah lebih cepat lagi :"(

Jumat, 24 Mei 2013

penerimaan tanpa syarat

minggu ini aku belajar tentang konsep penerimaan tanpa syarat. semesta memaksaku belajar lebih tepatnya. dunia mengajarkanku bahwa ada beberapa hal diluar sana yang hanya perlu diterima saja tanpa harus dimengerti.

aku belajar bagaimana memposisikan diri sebagai personal yang bisa meleburkan ego individu. tidak segampang yang terdengar, karena mengorbankan kebahagiaan menjadi salah satu indikatornya.

ketika kau sadari bahwa kebahagiaanmu bukan lagi menjadi yang terpenting di dunia ini, adalah saat-saat terbimbang dalam menentukan pilihan. melihat yang lain tertawa bahagia, atau kau memilih tertawa sendirian.

minggu ini aku mencoba memahami rasa. sebuah rasa yang tak ingin kupercayai tapi terus bertumbuh dengan lembut namun cukup untuk menghancurkan. entah apa namanya. tapi tetap tak ku mengerti seutuhnya. aku belajar menerima tanpa syarat.

mataku, senyumku, bahkan dalam setiap tarikan nafasku menyimpan rahasia. mereka menyimpan rahasia yang tak kuasa untuk ku ungkap. aku memilih memendam. berharap ada orang diluar sana yang bisa memecahkannya.

aku merasa seakan semesta memusuhiku, tapi aku belajar menerima tanpa syarat.
aku merasa seolah semua personal memusuhiku, tapi aku belajar menerima tanpa syarat.
aku merasa seperti berdiri sendiri di tengan jembatan rapuh tanpa pegangan di kanan kiri, tapi aku belajar menerima tanpa syarat.
aku dituntut untuk menjadi orang lain, itu pun ku terima tanpa syarat.

kini aku mempunyai topeng dengan seribu emosi, yang harus kugunakan bergantian. hingga aku tak lagi tau, yang mana wajahku sebenarnya.

minggu ini segalanya terasa berat. kedepannya pun akan bertambah berat. dan ku coba untuk menerima tanpa syarat.