RSS Feed
Tidak semua yang ku tulis adalah aku, dan tak semua yang kau baca adalah kamu.

Kamis, 27 Maret 2014

Kind of "Sebuah Usaha Menulis Surat Cinta"

aku tak perlu repot menulis surat cinta padamu, karena semua telah seterang bintang kejora ataupun seperti langit pada bulan purnama. Tak ada cinta di antara kita. Sesugguhnya kita hanya saling menukar sepi dan mengisinya dengan hari-hari yang presisi. Kau dan aku adalah dua manusia yang sedang tidak bahagia. Dua orang yang sedang menjaminkan luka untuk digadai dengan kebahagiaan.
Karena pada mulanya semua adalah luka. Rentetan kisah sedih yang coba disulap menjadi sepotong cinta, namun gagal bahkan setelah berkali-kali mencoba. Bersama mencoba merajut harapan-harapan fiksi dalam kabut realitas yang semu dan tak bisa tertebak lagi.

Atau mungkin tidak. Ini mungkin memang sebuah surat cinta yang ditulis malu-malu dan dirangkai ragu-ragu. Tapi tunggu dulu, aku tak mungkin jatuh dalam dekapan cintamu. Karena sejak dahulu telah berulang-ulang kali diriku kupasangi perisai titanium, sehingga cintamu akan bertekuk lutut bahkan sebelum sempat mengecup.

tapi toh aku memang pemalu, dan kau mungkin seorang peragu. jadi percayakah kau pada waktu? aku sendiri sudah sedari dulu membunuh jenuh dan memilih tidur membisu. Ini mungkin benar-benar surat cinta yang kaku. Yang tidak berbicara soal sayang-sayang melulu.

terima saja, jemariku telah muak menuliskan rindu-rindu pada punggung kokohmu. dia telah berdarah-darah merah dan lelah menggerogoti nadinya sendiri. jangan kau pikir aku cinta, karena kamu tak lebih dari sebongkah permata. kalah jauh dari gemerlapnya berlian.

aku pencemburu ulung yang lebih suka menyepi dalam hening tengah malam. kau lelaki tak tahu malu amatiran yang sesumbar tentang kesetiaan. aku tukang pamer kesenyapan yang pelit perkara senja-senja yang kesepian.

mengingatmu, hanya membersitkan suasana hati yang sebeku badai salju. memikirkanmu terlalu lama mengembalikan ingatan kembali ke titik nol. kau tak lagi bernilai seperti aku yang memang tidak menilai. aku seolah-olah berada di sebuah lorong sempit yang di ujungnya tak ada kamu berdiri. menihilkan semua etikat-etikat baik yang kadang memikirkannya pun aku jijik setengah mati.

kau tak mengerti? sama. aku juga tak menuliskan arti. sejatinya, kata-kata adalah puisi yang telah mati suri. prosa-prosa yang kutulis telah memunafikkan diri sedari tadi. ini hanyalah benar-benar sebuah surat cinta yang diselubungi gengsi tinggi. tak usah kau balas dan segeralah amnesia.

Rabu, 26 Maret 2014

Perjalanan

ada banyak pelajaran yang bisa kau pelajari dari sebuah perjalanan.

perjalanan mempertemukanmu dengan banyak orang asing yang tak lama lagi kau panggil teman, sahabat, saudara, kekasih, atau mungkin musuh abadi. Dalam perjalanan kau mungkin saja bertemu dengan lelaki melancholis dalam ekspresi kebahagiaan yang terlalu nyata atau perempuan sanguinis yang menampilkan kesedihan buat-buatan. perjalanan memberimu sebuah misteri yang kadang hanya perlu kau cicipi dan mengambil saripati.

perjalanan menyuguhkanmu berbagai rintangan. mulai dari jalan pulang yang penuh kerikil-kerikil dan berlika-liku ibarat labirin, mengarungi samudera luas yang tak kelihatan ujungnya dan kau harus berkali-kali meyakinkan diri bahwa samudera ini pasti bertepi, bolak-balik berlari diatas cinta-cinta yang penuh duri sambil bertelanjang kaki, sebelum kau sempat menyadari sakit hati yang meninggalkan perih, hingga menerobos terik matahari karena -entah muncul dari mana- ada keyakinan yang begitu mencengkeram bahwa kau akan menemui kota kebahagiaan jika terus melangkah, meski kau tak tahu arah.

perjalanan tak pernah pilih kasih. suatu hari kau diantarkannya pada keramaian pesta yang membuatmu gigit jari. hari esok kau diantarkan pada goa sepi tempat merenungkan diri. tak ada yang tahu pasti dimana perjalanan ini akan berakhir. sekali lagi, perjalanan adalah bagian dari misteri itu sendiri.

ditengah perjalanan, mungkin kau akan bertemu dengan penulis yang penanya lebih tajam dari pada belati, dengan penyair yang puisi-puisinya lebih sering membuatmu melayang lupa diri, dengan pendongeng yang tertidur akibat cerita sendiri, dengan pelukis yang kanvasnya penuh dengan tinta hitam putih, dengan pemahat yang jari-jarinya patah dan kehilangan mimpi-mimpi, dengan peselancar yang lebih merindukan senja yang romantis ketimbang ombak-ombak ganas memunculkan diri.

ucapkan salam pada mereka yang kau temui, dan teruslah berjalan hingga habis cinta terkikis.

Kamis, 20 Maret 2014

Penunggu Mading Fakultas

Sore ini aku sedang dibungkus hangat. Mungkin bagi mereka yang tak percaya pada kekuatan cinta akan menudingku berlebihan. Aku sedang menggenggam hatiku demikian eratnya kali ini. Takut debar debar kebahagiaan yang tak bisa aku tahan lajunya, membuat hatiku melompat keluar dan tak bisa kembali ke asal. Tahukah kamu? dari balik mading fakultas, aku mengagumi setiap tingkah lugumu. Kau adalah salah satu alasanku bersemangat melajukan motorku ke kampus setiap paginya.

Sore ini, lagi-lagi, aku menikmati sosokmu dari balik mading fakultas. Senyumku tak berhenti melengkuh sementara bibirku kebas dalam rasa yang tak mau terkikis habis. Sebulan yang lalu, aku telah resmi menjadi 'Penunggu Mading Fakultas'. Tak ada rasa bosan yang hadir ketika aku sedang menontonmu melenggang di sepanjang koridor bersama teman-temanmu dari kejauhan. Seperti teduhnya menikmati rintik hujan yang jatuh ke tanah satu per satu sembari menyesap secangkir kopi. 

Aku tak pernah segila ini sebelumnya. Hanyut dalam denting piano yang memainkan nada penantian. Menikmati setiap detik yang dicipta waktu dengan memujamu dari kejauhan. Kau tak akan percaya, siluetmu ketika tertawa memecah debar dengan seketika. Jika cinta yang membuat aku manjadi gila, katakan pada dunia, aku tak ingin disembuhkan.

Jika poster-poster di belakangku bisa bicara, mungkin mereka telah lama mengeluh kebosanan. Menonton punggungku yang begitu-begitu saja di setiap penghujung senja. Tak ada dialog yang terdengar, semua serba kesunyian atau sesekali ditemani lantunan gerimis. Kuharap mereka bisa bersabar lebih lama. Mungkin besok, lusa atau entah kapan, telah ada kau berdiri disini menemaniku. Saat ini, aku hanya sedang menyusun bongkahan nyaliku pelan-pelan.


Rerintik hujan menghiasi soreku kali ini. Dinginnya membalut rasa yang sebentar lagi membeku setelah sekian lama ditinggal oleh pemilik. Telah datang hari-hari, dimana cinta tak lagi sehangat dini. Hangatnya memuai bersama kedatangan sepi di hari-hari sendiri. Saatnya menunggu ksatria baik hati datang menghampiri. Membawakanku keranjang besar penuh dengan mimpi-mimpi manis. Dibawah mading fakultas aku berteduh dari hujan yang mengalunkan irama mistis tempat aku menghiburkan diri.

Senja kali ini terlalu cepat menggelapkan diri. Terburu-buru mengundang rembulan untuk menduduki tahta langit bersama bebintang. Padahal aku masih menunggumu disini. Bersama deretan huruf warna-warni yang tak pernah pergi walaupun ingin. Sebentar lagi, hanya sebentar lagi. Biarkan aku berteduh dibawag mading fakultas ini sebentar lagi. Mungkin di menit ke enam belas akan datang pangeran berkuda putih.

Kekasih, lukaku kini telah sembuh dimakan masa. Tak ada lagi dia yang menari-nari di lantai bernama hati dengan menggunakan sepatu dansa penuh duri. Kini saatmu untuk bertamu telah tiba. Datanglah, dan bawakan aku punggung yang akan menjadi tempatku bersandar saat ragu menggiringku berjalan jauh dari kebenaran. Segeralah menyegerakan diri, karena aku tak mau menunggu terlalu lama seperti cerita kemarin.

Tak bisakah rotasi Bumi diperlambat? agar kertas-kertas dibelakangku tak lusuh dimakan jaman. Hingga mereka akan tetap setia menemaniku menunggu. Aku memandang lekat-lekat pintu kaca disebelah sana. Terlalu lekat, sampai berkedip pun aku enggan. Aku memandangi dari jarak yang terlalu jauh dijamah oleh mataku. Sebelum senja benar-benar habis dikikis bulan, masuklah melangkah dari pintu kaca. agar senyumku segera merekah.

Diam-diam, ada cerita yang terajut mesra dari keberadaan mading fakultas. Saat senja masih menjadi tontonan orang-orang dan bulan belum lagi merajuk di beranda jendela meminta perhatian, ada kisah terpilin rahasia dari kumpulan rasa yang berterbaran di sepanjang koridor fakultas. Diam-diam saling memperhatikan. Diam-diam saling menunggu jawaban. Diam-diam saling memberi harapan.

Bertumpuk-tumpuk rindu telah tertancap halus pada permukaan mading fakultas. Ditancapkan rapi oleh para penunggunya yang telah lama saling bertukar kata yang belum tuntas. Permukaan mading fakultas, saksi bisu dari segala sunyi yang dicipta rasa malu-malu untuk saling mengenggam.

Betapa hidup telah menjelma mencadi ibu tiri yang kejam. Memisahkan cinderella dari pangerannya, bahkan sebelum lonceng jam dua belas malam berbunyi lantang. Betapa takdir telah tega mempermainkan kehidupan, menciptakan pandangan yang belum juga saling bertaut hingga sekarang. Betapa semesta telah berubah menjadi labirin yang jahat. menyesatkan dua hati yang telah lama saling mendatangi satu sama lain.

Tuhan, beginikah potret manusia yang saling mendoakan dalam diam? Semoga nasib baik menghampiri mereka berdua.



*catatan penulis: prosa bersama foto di atas tidak lebih dari rekayasa belaka.

Jumat, 07 Maret 2014

Yang Tidak Terucapkan

sebut saja aku hebat. setengah tahun ku pendam rasa ini, sampai sekarang tak juga berani ku bahasakan langsung di depannya. ada rasa gugup setiap kali bersamanya, melihat wajahnya. ada yang tak terucapkan di antara aku dengannya. ada.

berkali-kali selama enam bulan belakangan, telah kucoba merepresi segala perasaan ini. mencoba melupakannya. menganggap semuanya baik-baik saja. mendorongnya jauh ke alam bawah sadar. tetap berinteraksi seperti biasa saja dengannya. seolah-olah biasa saja. seolah-olah tak ada yang terjadi diantara kita. iya semuanya hanya seolah-olah.

aku seakan-akan sedang berdramaturgi. didepannya ku usahakan selalu tersenyum dan memberikan tanda seolah-olah (lagi) aku baik-baik saja. didepannya aku tetap menari dibawah hujan seperti biasanya, aku tetap duduk membaca buku seperti biasanya, aku tetap diam mengamati seperti biasanya. tapi didalam hati? aku bertanya-tanya. kenapa semuanya menjadi seperti saat ini? kenapa semuanya berubah?

seorang kawan pernah berkata. "tersenyumlah, karena senyum akan membawamu pada kondisi yag lebih baik. meskipun itu hanyalah senyum palsu." jadi setiap kali rasa itu hadir menggerogoti kesadaranku, akan ku pasang senyum terbaikku sebagai tameng. berharap perlahan semua akan baik-baik saja. tak pernah kurasa sebelumnya, tersenyum bisa jadi sesulit itu. seakan bibirku kaku, ditarik sedikit saja perih rasanya.

wajahnya, ekspresinya, mimiknya juga tingkah lakunya. semua ku tafsirkan negatif. seakan-akan mereka berbicara kepadaku, bahkan cenderung berteriak lantang. menyuruhku pergi dari kehidupannya. bahwa aku tak dibutuhkannya lagi. bahwa aku adalah parasit yang hanya akan menghambat segala aktifitasnya. bahwa aku hanyalah anak kecil yang tak perlu tahu apa-apa. bahwa akan lebih baik baginya jika keberadaanku tak ada lagi disekitarnya. benarkah seperti itu?

pernah sekali, aku tak tahan lagi memendam semuanya, ku putuskan untuk membuat janji untuk bertemu dan membicarakan semuanya. kami bertemu. semalaman aku telah menyiapkan kata-kata apa saja yang akan kugunakan untuk mengungkapkan semua perasaan ini. hatiku telah mantap. akan kuterima segala resiko yang akan terjadi. tapi, detik pertama kulihat wajahnya, detik itu pula gembok bibirku tertutup rapat. aku tak lagi bisa bersuara.

sebenarnya apa yang salah dari hubungan ini? adakah aku secara tak sengaja menyakitinya?

Rabu, 26 Februari 2014

DUNIA AKUNTANSI: SCREENING LKTM FE-UH 2014 MEMBERIKAN BANYAK PELAJA...

DUNIA AKUNTANSI: SCREENING LKTM FE-UH 2014 MEMBERIKAN BANYAK PELAJA...:    Setelah melewati empat dimensi yang awalnya hanya sekedar ikutan-ikutan semata dan ingin menyerah diawal, akhirnya bisa kuselesaikan ini...

Senin, 24 Februari 2014

Hari #25: Surat Izin mengagumi

KOMITE PENGGEMAR RAHASIA
Jalan Misteri No.1, Makassar
Telepon:08124122xxxx email: nrlwhyn@gmail.com twitter:@nrlwhyn

Nomor: 025/30HariMenulisSuratCinta/Februari/2014
Perihal: Permohonan Izin Mengagumi
Lampiran: 2 (dua) lembar penuh puji-pujian

Kepada :
Yang Tercantik dan Tergagah
Kanda @Jusma_dhi dan @rarabidja

Di_
       Padang Rumput atau Kolong Bumi

Bersama surat ini, saya menyampaikan rasa kekaguman saya kepada kanda-kanda sekalian. Seperti layaknya cinta, saya juga tidak tau sejak kapan rasa kekaguman ini bersarang dan mendekam di hati saya. Semua berjalan biasa-biasa saja, hingga saat saya menulis surat ini, saya seakan tersentak dan sadar, selama ini ternyata saya telah lama kagum sama kanda-kanda. Mungkin terdengar janggal, tapi begitulah, kanda-kanda sekalian memang masuk kategori 'orang-orang yang wajar punya pengagum'. Cukup tau dan terima saja yah kak :)

Perihal mengapa serta alasan-alasan yang mendukung kekagumanku pada kalian, telah saya sertakan dua lampiran yang masing-masing untuk kalian. Demikian Surat ini saya kirimkan, untuk kedepannya ditindak lanjuti sebagaimana mestinya.

Tertanda

Salah Satu adik yang mengagumi kalian

******
Lampiran 1
A. Jusmatang.
Halo kak Jus. Rasa-rasanya aneh menyapa lewat surat seperti ini. Bukankah kini setiap malam kita bertatap muka? Haha. Saya sudah lupa, bagaimana awal pertemuan kita. maklum saja, ingatanku memang jarang bisa diandalkan. Jadi harus bagaimana saya menjelaskan kekaguman saya pada kanda?

Kak Jus, terima saja, kalau sekarang salah satu orang yang kujadikan patron di kampus adalah kak Jusma. Banyak pelajaran-pelajaran kehidupan yang saya dapat dari sosok seorang kak Jusma. Salah satunya adalah bagaimana berani mengambil peran sebagai bentuk tanggung jawab aras pengetahuan yang kita peroleh. Mempertanggungjawabkan pengetahuan itu susah yah?

Kak jusma juga tidak pernah capek menyediakan wadah untuk belajar. Mulai dari kelas filsafat saat masih berstatus sebagai 'mahasiswa baru' dulu, terus lanjut kelas keperempuanan yang berhenti ditengah jalan akibat masa-masa KKN kak jusma dulu. Masih teringat jelas bagaimana kita bersama beberapa teman yang lainnya, duduk-duduk di pinggir danau kampus, membicarakan tentang bagaimana hakikat seorang perempuan. jadi kapan kelas perempuannya dilanjut? Kak jusma, sedang tidak menyibuki sesuatu lagi kan? atau kesibukan mengerjakan skripsi tak lagi menyisakan waktu yang cukup untu sekedar membahas tentang perempuan?

Masih banyak hal-hal lain yang saya kagumi dari kak Jusma, kekonsistenan kak jusma mengawal kerja-kerja lembaga juga salah satunya. Tetap setia mengawasi kerja-kerja organisasi, sementara  teman-teman kak jusma telah lulus satu persatu. rasa-rasanya kalau saya berada di posisinya kak jusma, saya tidak bisa sekonsisten begitu. apa lagi ya? ahh, kak jus masih ingat curhat-curhatan tentang 'teman' kak jusma yang saya kadang tak mengerti maunya apa. haha. masa-masa gregetan seperti itu kadang lucu kalo diungkit-ungkit lagi.

Sebegitu saja yah kak, saya tak pandai memuji-muji sesama wanita. rasanya aneh. haha. Assalam.

*****

Lampiran II
A. Rara Bidja Gading

kak raraaa....

Pertama kali dekat sama kak rara itu, dari tulisan di blog yang judulnya "ku nikmati kau disetiap zaman". Tulisan itu yang selanjutnya membuat saya memutuskan untuk jadi pelanggan tulisan-tulisan kak rara. tak pernah kecewa, saya menikmati setiap penggalan cerita-cerita kak rara. saya suka dengan pemilihan-pemilihan katanya. Tidak monoton, kreatif, dan sederhana.

beberapa cerita sempat membuat saya penasaran. Siapa itu Ray dan Jane? *kalau nda salah ingat nama tokoh* saya juga suka bagaimana kak rara menganalogikan cerita dalam benda-benada mati.

saya juga kagum dengan keluasan pergaulan kak rara. Jilbab besar yang kak rara gunakan tidak pernah sekalipun menjadi penghalang untuk berkreasi. Belum lagi keterbukaan pemikiran kak rara yang tidak dengan mudah menjustifikasi orang. ahh, saya mau menjadi seperti itu, buku apa yang harus dibaca kak?

saya juga masih ingat, masa-masa screening dimensi keilmuan sama kak rara. Waktu itu saya keliahatn bodoh sekali yah? haha. maklum sajalah kak, saya memang tak begitu menguasai dimensinya.

dari kak rara juga, saya belajar untuk menngejewantahkan pengetahuan yang telah saya dapatkan ke rana praksisnya. cerita kak rara tentang diskusi 2 jam tentang 'epistemologi' membuat saya berusaha untuk sebisa mungkin berintegrasi. meski masih perlahan dan sedikit demi sedikit tak mengapa kan? :)

 alasan-alasan diatas rasanya sudah cukup menjelaskan, kenapa saya mengagumi kanda. ;)

Minggu, 23 Februari 2014

Hari #23: Aku Berparadigma Ganda

Halo Kekasih.

Hujan seharian ini membuatku gondok setengah mati. entah apa yang membuat hujan jadi tak bersahabat lagi denganku. aku mulai berfikir untuk mengadakan perjanjian dengan hujan. hujan tak lagi mendukungku untuk bertemu denganmu. aku mulai berfikir, 'rasa' yang hadir dalam hatiku tak lagi seberkuasa yang dahulu. Jika dahulu hujan sekalipun masih tetap mengantarkan rinduku padamu, kini hujan malah memisahkan kita, membuat hatiku terpaksa menciptakan persepsi-persepsi yang jauh dari khayalan yang indah-indah

kemarin, saat-saat indah dulu, saat-saat aroma cinta bertaburan dilangit kita, tak ada lagi aku ataupun kamu. yang ada hanyalah kita. rasa-rasanya aku tak melihat kedirianku maupun kedirianmu. kata Emile Durkheim, Hatiku sedang memakai kacamata Fakta Sosial. Dimana 'rasa' yang hadir begitu terasa nyata, hingga memaksaku bertingkah laku menuruti semua yang diinginkan kita. Aku seakan tenggelam dalam 'rasa' yang terlalu dalam. melakukan ini dan itu mengatasnamakan 'rasa' itu sendiri. 'rasa' yang begitu kuat, memaksaku bertindak diluar kemauan logika.

beberapa hari pun berlalu. logika yang merasa tersingkirkan mulai membuat perhitungan. Logikaku ingin mengambil alih kuasa tubuhku. Tak mau lagi terkungkung dalam 'rasa' yang memenjarakan. Logika perlahan-lahan memberontak. berjalan keluar dari koridor-koridor yang telah ditetapkan oleh 'rasa'. kini bukan lagi 'rasa' yang mendikte sana sini, logika mulai bermain kreatif. tak lagi tunduk pada fakta sosial yang diciptakan 'rasa'. Logika memaksa hati melihat dari perspektif definisi sosial. Max Weber pun ikut mendukungnya. Logika mulai menyuruhku untuk tidak terlalu tunduk pada 'rasa' yang menggebu-gebu.

akhir-akhir ini, aku mulai melihat dari perspektif lain. aku mulai mempertimbangkan perkara untung rugi yang ku dapatkan. jika aku memanjakanmu, apa yang akan kudapatkan? jika aku cuek padamu, akan tersiksa seperti apa hatiku nanti?

jadi sebenarnya, aku harus seperti apa padamu? sungguh, perasaan ini sangat dilematis.

Tertanda

Panggil saja 'Sayang'

Rabu, 19 Februari 2014

Hari #19: Tanda-tanda realitas hatiku

Untuk Priaku -Sudah bolehkah aku memanggilmu seperti itu?-

Kamu yang tak pernah berjanji tapi selalu menyuguhkan yang lebih dari ekspektasi.
Dengan segenap cinta -tentu saja, inikan surat cinta-, aku kirimkan surat ini.

Kurasa kita telah sepakat, bahwa kita hidup dalam dunia postmo. Dunia anti kemapanan. Dunia dimana tak ada lagi patokan yang jelas mengenai segala sesuatunya. Kebenaran tak lagi mutlak. Definisi kebenaran tergantung pada subjektivitas masing-masing. Dimana makna dari sebuah realitas ditafsirkan berbeda oleh masing-masing persepsi. Jadi saat kamu berkata, "aku sayang kamu", bagaimana aku harus menafsirkannya? Dan saat aku bercerita perihal hatiku yang dilanda musim semi sejak kedatanganmu ke duniaku, bagaimana kamu menafsirkannya?

Beberapa jam yang lalu, kamu mengenalkanku pada seseorang yang telah meninggal pada 6 Maret 2007 silam. Mungkin lebih tepatnya, aku yang minta diperkenalkan padanya. Jean Baudrillard. Melaluimu, aku telah berbicang banyak dengannya. Tentu saja kamu adalah topik utama perbincanganku dengannya. Dia membantuku menafsirkan setiap kata, gerak-gerik, perilaku, sikap, bahasa tubuh, dan semua hal tentang kamu. Selain tentang kamu, kami juga membicarakan tentang aku. Dia menjelaskan padaku perihal tanda-tanda seperti apa yang harus kugunakan untuk merepresentasikan realitas hatiku.

Katanya aku bisa menggunakan enam tanda. aku dipersilahkannya untuk memilih tanda mana yang akan kugunakan sesuka hatiku.

Pertama dia menjelaskan tentang 'tanda sebenarnya'. 'Tanda Sebenarnya' ini adalah jenis tanda yang jujur. Tanda yang menjelaskan realitas dan paling mendekati kebenarannya. Sebut saja ketika ada jarak yang menyusup diantara tautan jemariku dan jemarimu dan kemudian aku berkata 'aku rindu kamu', seperti itulah 'Tanda Sebenarnya'

Kedua, ada yang namanya 'Tanda palsu'. Katanya 'Tanda Palsu' adalah tanda yang mereduksi realitas sebenarnya. Tanda ini memaparkan sebagian realitas dan menyembunyikan sebagian realitas lainnya. Sama seperti ketika kamu bertanya 'kamu baik-baik saja?', sesaat setelah aku melihatmu 'bertengkar' mesra dengan salah satu wanita yang tak aku kenal, yang ku jawab 'iya aku baik-baik saja'. Itu adalah tanda palsu. Kenyataan bahwa 'aku baik-baik saja' memang benar adanya. Yang kusembunyikan darimu, adalah perihal aku yang sedang dilanda cemburu. 'iya, aku baik-baik saja. aku hanya sedang cemburu melihatmu dengannya'

Tanda jenis ketiga, adalah 'Tanda Dusta'. Sederhananya, 'Tanda Dusta' adalah suatu kebohongan. Antara tanda dan maknanya berbeda satu sama lain. Seperti ketika aku bersikap biasa-biasa saja saat melihatmu datang dari kejauhan dengan senyum yang terlukis di wajahmu. aku membohongi diriku sendiri. Perilakuku membohongi kata hatiku. Karena saat itu aku setengah mati melawan hasrat yang muncul terburu-buru untuk menyambutmu dan mengaitkan lenganku pada lenganmu. Tapi kadang, hal ini mengkhawatirkanku. Sikapku yang berpura-pura bahwa kau adalah sosok yang biasa-biasa saja bagiku akan kau anggap sebagai realitas yang sebenarnya. kuharap tidak begitu.

Selanjutnya, Tanda yang keempat. 'Tanda Daur Ulang'.  Kata Jean Baudrillard, 'Tanda Daur Ulang' adalah tanda yang sengaja dihadirkan kembali, padahal realitasnya berada dalam ruang dan waktu yang lain. Sederhananya seperti ini, saat jarak sedang mencari perkara denganku, memisahkan kita dalam bentang jeda yang selalu saja menciptakan rindu, aku mencoba menghadirkanmu dalam bentuk yang lain. Berhujan-hujan ria salah satunya. Tuhan tahu, ada rahasia kecil antara kamu, aku dan hujan. Berhujan-hujan akan mengembalikan ingatan-ingatan, nuansa-nuansa, kenangan-kenangan, sensasi-sensasi dan perasaan-perasaan 'aneh' yang sempat terlintas di masa yang lalu. Dengan berhujan-hujan aku bernostalgia dengan sosokmu di kala dulu. Seperti itulah caraku merekayasa realitas ketika realitas kedirianmu tak bisa ku jangkau langsung.

Yang kelima adalah 'Tanda Artifisial'. Tanda ini menciptakan sesuatu yang tidak memiliki realitas didunia nyata, namun realitasnya diciptakan melalui teknologi. Kau ingat ceritaku tentang neptunus? Neptunus selalu kujadikan kambing hitam setiap kau bertanya dari mana aku mendapatkan informasi tentang dirimu, tentang nama wanita yang selalu menelponmu, tentang apapun yang tak kau sangka aku tahu. Begitulah~ Neptunus adalah 'Tanda Artifisial'ku. Dia tak nyata. Realitas yang kubuat untuk menutup-nutupi tingkahku yang sering mencari tahu apapun tentang kamu. Jadi jangan pernah membenci Neptunus yah? :)

Terakhir, 'Tanda Ekstrim'. Ini adalah tanda yang dilipatgandakan. Jika realitasnya cuma satu, maka tanda yang ditampilkan ada dua. Jika realitasnya dua, maka tanda yang ditampilkan menjadi empat. dan begitu seterusnya. Sepertinya aku terlalu sering menggunakan tanda ini. Aku terlalu ahli dalam hal melebih-lebihkan. Jika sehari saja tak bertemu, aku bertingkah uring-uringan seakan sudah seminggu aku tak melihatmu. Jika kepalamu sakit, aku bertingkah seakan ada tumor yang menggerogoti kepalamu. Jika kau lama membalas pesanku, aku kadang menganggap tak lagi dipedulikan olehmu. berlebihan sekali bukan? Anggap saja begitu caraku memastikan bahwa kau tau, aku memperhatikanmu, aku mengkhawatirkanmu, dan aku menyayangimu.

Seperti itulah realitasnya..
Terima Kasih telah mengenalkanku pada Baudrillard. Aku berhutang banyak padanya.

Tertanda


Perempuanmu -Kamu boleh memanggilku seperti itu-

Minggu, 16 Februari 2014

Hari #16: Surat Gencatan Senjata.

Teruntuk Si bungsu keluargaku.

Rasa-rasanya ada yang salah, mengingat aku sekarang sedang menuliskan surat cinta untukmu. Kita tak pernah akur kan selama ini. Menulis surat ini, rasanya aneh. Tapi biarlah, anggap saja ini semacam surat gencatan senjata.

Tahu tidak apa yang tak kusukai darimu? Umurmu baru Sepuluh tahun, tapi tingkahmu sudah seperti remaja kebanyakan. Tingkah lakumu di depan orang-orang yang berlagak bak orang dewasa kadang menjengkelkan. Anak-anak sepertimu, harusnya pergi bermain dengan sebayanya di sore hari. Bukannya tinggal di rumah dan menonton seluruh pertunjukkan Artis K-pop sepanjang hari. Waktu aku seumuran kamu, sore hari adalah waktu yang ku tunggu, bermain petak umpet, bermain layangan, atau 'dende', yang mana saja ku mainkan, asal tidak berada di dalam rumah. Jangan terus-terusan berteman dengan laptopmu itu, aku khawatir, kamu akan susah beradaptasi dengan banyak orang. Aku tahu kamu sering di 'bully' oleh anak-anak tetangga, tapi cobalah untuk tidak terlalu cepat menangis, berlari masuk ke dalam rumah dan melaporkan semuanya ke ibu dan bapak. Cobalah untuk bertahan, perlihatkan pada mereka kelebihan-kelebihanmu.

selanjutnya, cobalah untuk berhenti menjadi orang yang antikritik. Percayalah, orang-orang yan mengkritikmu sesungguhnya mau melihatmu menjadi lebih baik lagi. Jangan cepat ngambek kemudian menangis, hanya karena ku beritahukan ada sesuatu yang salah dari perbuatanmu. Tak usah sibuk mencari pembenaran-pembenaran, kalau nyata-nyata kamu telah salah. Ada kalanya mengakui kesalahan itu lebih baik.

Dan mulailah membaca buku. Meskipun komik, yang jelas biasakan lah membaca. Aku punya ratusan komik di kamarku, mengapa tak pernah kau sentuh-sentuh? Suatu saat nanti kau akan bersyukur jika menjadikan membaca sebagai salah satu kebiasaanmu. Percayalah.

Ahh, aku memang tak bisa bertutur halus padamu. Tapi sungguh, himbauan-himbauanku sebelumnya tulus ku beritahukan padamu. Terakhir, jadilah anak-anak sebagaimana anak-anak seharusnya. :)

Tertanda

Kakakmu.

Sabtu, 15 Februari 2014

Hari #15: Kepada Laut

Kepada Laut

Halo, laut. Apa kabar? Ini bukanlah pertanyaan basa basi. Kita memang telah lama tidak bertukar kabar. Mungkin, akulah putri duyung paling durhaka seantero samudera. Bukannya mendatangimu, aku malah terkesan cuek padamu. Kalau aku minta maaf sekarang, sebelum ku paparkan padamu semua alasan-alasan pembenaran tingkahku, masih maukah kamu memaafkanku?

Jangan kau anggap pembelaanku ini adalah bahasa-bahasa apologi. Karena sungguh, aku tidak berniat untuk tak peduli lagi padamu. Aku sangat ingin menemuimu, hanya saja aku memang tak punya wakttu belakangan ini untuk mengunjungimu. Kini waktumu telah disita oleh dia. Aku tahu, kau pasti marah besar kali ini. Aku sadar kesalahan terbesarku padamu. Kau pasti berfikir aku jahat, karena sampai sekarang aku bahkan belum mengenalkan dia padamu. Aku benar-benar putri duyung yang durhaka bukan? Salahkan waktu, meski rinduku telah mengebu-gebu, rinduku masih bertekuk lutut dihadapan waktu.

Aku takut, waktu masih tak mengizinkanku menyentuh airmu lagi. Biarkan kini aku ceritakan padamu tentang dia. Setidaknya kau mengenalnya, walau hanya lewat tulisan.

Namanya? Aku pikir kita telah sepemahaman, perkara nama yang hanya sekedar kata-kata. Seperti kata William Shakespeare “what’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet-Apalah arti sebuah nama? Andaikata kau memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi”. Bukankah esensi seorang manusia terletak pada sifat-sifatnya? Maka mari kujabarkan sifatnya saja.

Dia dan aku berkebalikan. Jika seluruh tingkah laku dan gerak tubuhnya menceritakan suatu tanda, aku menceritakan tanda lewar bahasa diam. Jika dia berbicara melalui perantara kata, aku memakai senyum sebagai perantara maknaku. Duniaku dan dunianya berbeda. Puisi-puisiku menemukan dunia lain selain dunia fiksi. Fantasi-fantasiku kini mencoba berkonsensus dengan rasio-rasio. Tak salahkan jika seperti itu?tenang saja, aku tak akan lupa denganmu.

Bagaimana? Adakah sedikit gambaranmu mengenai dia? Bisakah kau berteman akrab dengannya? Bisakah kau mengenalkannya dengan neptunus? Bolehkah dia kuajak jika bertemu denganmu? Kuharap jawabanmu ‘iya’

Tunggu aku, akan kuusahakan untuk mengunjungimu dalam waktu dekat ini. Saat itu datang, aku akan mempertemukannya denganmu.

Tertanda


Putri Duyung

Kamis, 13 Februari 2014

Hari #14: Karena yang Usang Adalah Rasa Bukan Kenangan.

-Bagaimanapun yang usang adalah rasa bukan kenangan-

Kalimat itu pernah ku dengar dari salah satu sahabatku. Hari ini tiba-tiba saja aku teringat kalimat itu dan menyetujuinya dalam hati.

Kenangan memang unik. Dia bisa menyeruak masuk lewat hal-hal biasa yang tak diduga sama sekali. Seperti kali ini, kenangan muncul lewat suatu peristiwa. Siang tadi, salah satu senior dibuatkan bekal oleh kekasihnya. Kamu mau tahu bekalnya apa? Kentang Goreng. Iya, kentang goreng. Seketika aku ingat bagaimana kita menghabiskan siang bersama-sama sambil menonton film atau bermain game Rise of Nations di kamarmu sambil makan kentang goreng sebagai cemilan.

Hari ini kenangan muncul bersama-sama rindu. Iya, aku rindu tapi bukan sama kamu. Aku rindu pada seseorang yang mirip kamu. Sangat mirip kamu, gaya pakaiannya, game kesukaannya, film favoritnya, dan komik yang selalu dia baca. Kenangan itu membuatku  rindu padanya. Tenang saja, itu bukan kamu kok. Dia lebih mudah beberapa tahun darimu. Perutnya lebih buncit beberapa senti darimu. Tapi sama seperti kamu, dia juga punya dua saudara dan semuanya perempuan.

Objek rinduku kali ini, benar-benar mirip kamu. Bedanya kamu jarang sekali ada kabarnya, sedangkan dia rajin mengabariku. Kalau bertemu, kau dan aku menjadi sangat kaku, seperti dua orang yang baru saja berkenalan lima menit yang lalu, sedangkan aku dengan dia sangat dekat. Tak ada yang tak kucerita padanya, seremeh apapun hal-hal yang terjadi, selalu saja kucerita dan dia tak pernah bosan mendengarkan. Tapi dia benar-benar mirip kamu. Wajahnya mirip kamu, bentuk hidung dan matanya juga mirip kamu. Mungkin warna kulitnya yang agak berbeda. Kamu agak lebih putih dari dia.

Kamu benar, kenangan membuatku rindu pada dia -kamu dimasa lalu-

Tenang saja, Rindu kali ini tak disertai rasa. Rasa yang dulu sempat hadir, telah usang terayap waktu. Rindu kali ini hanyalah rindu tanpa ada embel-embelnya. Kalau kamu bertemu dengannya, titip salam rinduku untuknya yah :)

Tertanda

Aku yang dulu sempat menghiasi hari-harimu, menjadi bagian dari kebiasaanmu, dan mengambil peran di kenangan-kenangan yang tercipta.
(kalau kepanjangan, panggil saja 'Mantan')

Rabu, 12 Februari 2014

Hari #13: Besok, Kubahasakan Cintaku.

Kekasihku sayang.

Telah sejak lama kita merajut kebersamaan. Aku yakin kita sepakat, dua tahun lima bulan bukanlah waktu yang sedikit kan? Telah banyak kenangan yang tercipta diantara kita. Tak hanya kenangan yang bercerita tentang gelak tawa, pun tentang air mata juga terselip di dalamnya.

Aku tahu, akhir-akhir ini hubungan kita tak seromantis kemesraan masa lalu. Aku yang sedari lahir sudah menujukkan bakat sebagai orang yang pemalu, lebih suka memendam segala perkara, yang ku pikir, akan lebih baik bagimu -atau bagiku- jika tak ku utarakan. Takutnya jika aku bicara, salah satu dari kita akan sakit hati. Entah itu kau yang sakit, tapi rasa-rasanya besar kemungkinan aku yang akan menangis.

Aku tak tahu, bagaimana cara kerja Tuhan hingga mempertemukan kau dan aku yang nyata-nyata berkebalikan. Kamu paham betul perkara hatiku yang rapuh dan mudah retak. Seperti aku telah maklum, perihal watakmu yang tak segan-segan mengkritikku dengan tajam. Aku paham maksudmu baik, sangat baik malah. Kau ingin memberitahukan hatiku, bahwa dunia itu kejam dan tak ada tempat bagi hati yang mudah retak, seperti hatiku. Aku tahu, saat mengkritikku, kau sedang membantuku menjadi dewasa.

Dalam keseharian, aku telah terbiasa menyimpan semuanya dalam diam. Cukup yang 'aman-aman' saja yang ku lontarkan keluar. Aku hanya terlalu malas keluar dari zona nyamanku, kemudian berjalan menjauh dari 'damai' yang kucipta dalam duniaku. Aku tak menyangka diamku, malah mendatangkan salah penafsiran darimu.

Kekasihku sayang, aku memang lebih banyak diam dan mendengarkan. Tapi itu bukan berarti kau bisa mengambil kesimpulan bahwa aku sudah tak cinta lagi padamu. Aku memang terkadang menolak ajakanmu, tapi bukan berarti aku tidak membutuhkanmu. 

Tak banyak yang bisa kujelaskan dalam suratku kali ini. Mari bertemu, dan akan kujelaskan semua. Besok. Besok akan kubahasakan kembali perihal mengapa aku lebih memilih diam dan memperhatikan. Aku juga telah sejak lama lelah dengan perasaan aneh yang muncul setiap kali memikirkan hubungan kita. Aku ingin meletakkan kembali kebahagiaan kita dulu ke masa sekarang. Jika bisa aku ingin mengembalikannya seperti semula, saat pertama kali kita berkenalan.

Kekasihku sayang. Besok, pakailah baju terbaikmu. Bersoleklah dengan hati-hati. Kita bertemu di tempat biasa kita menghabiskan sore dan menikmati senja bersama-sama. Di sana mari menyusun ulang semua hal yang berantakan dalam hubungan kita. Serta bersama-sama merumuskan suatu konsensus yang kuharap bisa saling mendewasakan.

Sampai jumpa besok


Kekasihmu.

Selasa, 11 Februari 2014

Hari #12: Halo lagi, Casanova

Halo lagi, Casanova.

Seperti janjiku disurat terdahulu, kini kutuliskan surat kedua untukmu. Kali ini lebih panjang dan tidak sesimpel surat kemarin. Tapi coba usahakan agar tidak melayang terlalu jauh setelah membaca surat kali ini. Cukup diam, senyum, dan jangan dipamer sana-sini. Sepakat?

Jadi, sudah berapa lama kita saling mengenal? Dua? Tiga Tahun? Masihkah itu terhitung sebentar untukmu agar sesekali mengadukan masalah-masalahmu padaku? Karena rasa-rasanya, kalau ingatanku tak salah, akulah yang keseringan menceritakan masalah-masalahku padamu. Mengingat hal itu, terkadang aku menjadi sungkan untuk bercerita lagi. Aku mulai mencoba menganalisis masalah-masalahku sendiri. Heii, kamu tak bisa selamanya menyediakan telinga dan menampung semua cerita-ceritaku kan? Suatu saat akan ada masanya, aku harus memecahkan semua masalahku sendiri dan tidak merepotkanmu lagi.

Kesibukanmu hari-hari belakangan ini telah menjadi keluhan paling sering yang terlontarkan dari mulut-mulut mereka yang sebenarnya rindu akan kehadiranmu disekitar mereka. Mereka hanya terlalu menjaga citra, tak mau terlihat membutuhkan kehadiranmu di dunia mereka. Maklumi saja kalau kangennya mereka, malah tersalurkan dalam kalimat-kalimat bernada singgungan. ahh, kenapa jadi aku yang sok-sok mengajarkanmu tentang 'memaklumi'. Tanpa kuberitahu pun, kau adalah ahlinya dalam 'memahami'.

Kapan balik ke kota ini? Aku punya banyak cerita yang harus kau dengarkan. Meskipun aku tahu, teknologi sekarang sudah teramat canggih, hingga perkara jarak tak lagi semerindukan saat-saat telegram masih jadi komoditas utama komunikasi. Tapi rasa-rasanya tidak afdol bercerita denganmu tanpa bertemu secara langsung. Karena sejujurnya, selain saran-saran ala mario teguhmu, raut wajahmu yang terlihat begitu serius ketika sedang menganalisis masalahku, juga merupakan salah satu hal yang bisa menenangkanku.

Pertama kali aku mulai kembali bergelut menulis berbagai cerpen dan puisi itu karena kamu. Setelah sempat vakum beberapa saat karena satu dan lain hal, kamu datang dengan motivasi ala-ala mario teguh. Voila! aku masih menulis sampai sekarang. Meski aku tau kamu sibuk dan bahkan mungkin tak pernah lagi mampir untuk sekedar membaca kepingan-kepingan tulisanku. Sejak itu, berbagai hal datang silih berganti menjadi inspirasi tulisanku. Tentu saja kau pernah menjadi salah satu inspirasiku dalam menulis, seperti kali ini.

Bagaimana? Sudah cukup panjangkah suratku kali ini? Aku harap sudah. Surat kali ini sengaja kubuat terkesan memuji-muji dirimu. Sekali lagi 'SENGAJA'. Agar nantinya, saat kau pulang, selain es krim aku juga dapat coklat gratis darimu. haha

NB: Tidak untuk disebarluaskan tanpa seizinku :p

Salam Colek

Aku

Senin, 10 Februari 2014

Hari #11: Kakak Penjual Q**ckly

Halo Kakak Penjual Q**ckly

Masih ingat saya Kak? itu loh pengunjung yang datang buat wawancara. Yang waktu itu datangnya borongan terus minta izin buat tanya ini itu sama kakak. kakak pasti ingat, kan jarang ada pembeli yang datang sambil bertanya banyak hal.

berhubung tema Surat kali ini dialamatkan untuk orang asing yang ada di dalam foto dan satu-satunya foto di handphone saya yang ada 'orang asing'nya adalah foto kakak penjual Q**ckly, jadilah kakak terpilih sebagai destinasi Surat hari ini. Meskipun saya seratus persen yakin,  kalau surat ini tidak akan pernah kakak baca.

Di surat kali ini, saya cuma mau menjelaskan kedatangan saya waktu itu bersama teman-teman yang lain. Jadi, saat itu, kami sedang melakukan studi kesenjangan. itu loh kak, datang ke tempat-tempat yang sangat terlihat perbedaan kelas sosialnya. kenapa kami ke tempat kakak, karena jelas, jualan kakak yang harganya beda jauh sama teh p*ci di kampus adalah konsumsi kelas menengah ke atas.

sengaja disurat ini saya menjelaskan, agar kakak tak lagi ketakutan. tenang saja kak, kami bukan mata-mata yang ditugaskan pesaing produk kakak untuk mencari kelemahannya. kami juga bukan intel dari badan pemeriksa halal atau tidaknya minuman yang kakak jual. kakak tak usah ketakutan sampai tak mau berbagi sedikit informasi pun pada kami. kalau kakak bisa bercermin, kakak pasti tertawa melihat raut wajah kakak sendiri yang ketakutan dijejeli pertanyaan-pertanyaan seputar bisnis kakak tempo hari.

jadi, sekarang kakak bisa tenang. informasi dari kakak tak akan sampai ke telinga penjual minuman sejenis kok. rahasia kakak aman di tangan kami. :D

sekian surat dari saya kak. Kapan-kapan kalo saya berunjung kembali, boleh minta Q**ckly gratis? :p

Minggu, 09 Februari 2014

Hari #10: kamu pernah?

Hai. Kamu.

Kamu pernah jatuh cinta? maksudku, jatuh yang benar-benar jatuh. Jatuhnya lebih dalam dari yang telah kamu perkirakan. Hingga akhirnya kamu sadar, perlu kekuatan ekstra untuk bangkit dari jatuhmu dan kembali berjalan seperti biasanya. kamu pernah merasakan jatuh cinta seperti itu? bahkan kamu tak pernah tau, apa yang membuatmu jatuh atau mungkin justru terperosok dalam.

Kamu pernah jatuh cinta? jatuh pada cinta yang tak bisa kau ungkapkan. karena satu kata yang terucap akan mehancur leburkan kontalasi persahabatan yang sudah berdiri kokoh sejak awal pertemuan. saat dimana ketulusan tak pernah mengharapkan balasan. Saat bisu lebih bermakna dari ribuan kata-kata. Saat tatapan mata adalah ungkapan paling jujur yang pernah diperlihatkan. saat-saat cinta tidak lagi bisa dibahasakan.

Kamu pernah jatuh cinta? jatuh cinta pada seseorang yang justru mengharapkan balasan cinta dari orang lain. Takdir itu kejam yah? bagaimana dia mempertemukan kita dengan seseorang yang senyumnya bisa membuat hatimu dilanda musim panas padahal langit sedang hujan deras. Sayangnya, senyum itu bukan untukmu. Senyum itu untuk orang lain yang tak bisa juga dimiliki olehnya. Takdir senang mempermaikan manusia, kamu dibuat menunggu kehadirannya melintas dihadapanmu, padahal dia melintas untuk mencari 'seseorang'nya yang lain.

Kamu pernah jatuh cinta? Jatuh cinta pada orang yang kau jadikan prioritas utama sedang dia hanya menganggapmu pilihan kesekian. Tak keberatan hatimu terluka penuh lebam-lebam biru asal kamu bisa melihat tawa mengiasi wajahnya. seakan senyum diwajahnya secara otomatis menyembuhkan luka-luka yang menganga dengan mudah.

Kamu pernah jatuh cinta? Jatuh pada cinta yang memaksamu pergi secara diam-diam. sebelum kamu terluka lebih dalam, kau harus menyeret hatimu untuk pergi ketempat terjauh. ke tempat dimana kamu tak bisa lagi menoleh melihatnya meskipun kau sangat ingin. Jatuh cinta yang memaksamu mengasingkan diri.

tidak, tentu saja tidak. aku bukan sedang mengajarimu perihal jatuh cinta. siapalah aku ini, aku dan cupid bahkan tak bersahabat sama sekali. Semua yang telah kutuliskan, sesungguhnya yang ingin ku jabarkan bukanlah jenis-jenis jatuh cinta. melainkan tentang perpisahan. tentang kehilangan. tentang sesuatu yang tak pernah terasa menyenangkan.

Aku tahu, tak ada yang menyenangkan dari sebuah perpisahan. Semanis apapun dia dilantunkan, Sebaik apapun dia diucapkan. Perpisahan tetap saja meninggalkan luka. perpisahan tetap saja memaksa kita untuk mengasingkan diri. Pertanyaan ini mungkin klise, tapi apa gunanya bertemu jika akhirnya harus berpisah? yang jauh lebih meninggalkan luka adalah perpisahan yang terjadi tanpa pernah benar-benar bertemu sebelumnya.

maaf jika aku telah lancang menuliskan surat ini padamu. aku yakin kita akan baik-baik saja setelah ini. kita bisa melewati perpisahan ini secara baik-baik. mengambil pelajaran dari pertemuan kita dan tersenyum sambil melambaikan tangan pada masing-masing.

kamu pernah, mengucapkan selamat tinggal pada seseorang? percayalah, rasanya betul-betul tak menyenangkan sama sekali.

Selamat Tinggal

Aku

Hari #9 : Surat Mandat

Surat Mandat
No. 009/30HariMenulisSuratCinta/Februari/2014


Dalam rangka memperlancar segala 'urusan-urusan' yang telah, sedang dan akan terjadi di antara kita, maka saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama      : Nurul Wahyuni
Jabatan    : Adik paling baik hati dan pengertian

Dengan ini memberikan mandat sepenuhnya, kepada :

Nama     : Mohammad Man Azwan
Jabatan   : Kanda paling kepo dan perhatian

Untuk, Pertama, berhenti menebak-nebak semua tanda dan citra yang muncul di permukaan dan bertanya langsung kepada saya hal-hal yang memang penting untuk ditanyakan. Kedua, bersikap selayaknya Kanda baik hati yang tidak akan tega mem'bully' adiknya sendiri apalagi mengajak-ngajak orang lain untuk ikut-ikutan mem'bully'. Ketiga, tak pernah mengeluh jika disusahkan oleh saya, karena sesungguhnya permintaan-permintaanku tak pernah menyusahkan. Keempat, sering-seringlah tersenyum, karena senyum bisa membawa ke kondisi baik-baik saja meskipun itu senyum palsu. Kelima, baik-baik sama 'nyonya', karena 'nyonya' juga baik sama saya. hahaha. Terakhir, jangan lupa traktir saya quickly secepatnya :D

Hal-hal yang belum dimandatkan akan dimandatkan kemudian hari.

Demikian surat mandat ini dibuat dan disampaikan dengan penuh harap sekiranya dapat dijalankan dengan ikhlas, senang hati, dan dalam tenggat waktu minimal 1X24 jam. Sekian dan Terima kasih

Makassar, 9 Februari 2014
Adik paling baik hati dan pengertian



nrlwhyn.

Jumat, 07 Februari 2014

Hari #8: Surat Pengantar Kencan Pertama

DEPARTEMEN PENGELOLA RINDU
Jalan Kangen Kamu No 01 Di Hatimu-Makassar
Telepon:081241229XXX email: nrlwhyn@gmail.com Twitter:@nrlwhyn

Nomor     : 008/30HariMenulisSuratCinta/Februari/2014
Perihal     : Surat Pengantar Kencan Pertama
Lampiran : 1(Satu) untuk segalanya.

Kepada :
Yang Terkasih, Penunggu Senja di Dermaga Tua
di-
     Ujung Penantian.

Dengan diiringi doa penuh restu, 
Mengingat sudah berhari-hari waktu tak mengizinkan kita bertukar kabar dan berita seperti biasanya, maka ada baiknya saya mengirimkan surat pengantar ini terlebih dahulu kepada Anda. Melalui surat ini, Saya bermaksud mengutarakan niat jahat saya untuk menyita sedikit waktu Anda. Entah itu subuh, pagi, siang, sore, ataupun malam, terserah Anda. Maka dari itu, cobalah untuk jangan sakit dulu. 

Sebelum rindu ini mati suri, Saya ingin mengajak Anda bertemu. Telinga ini rindu mendengar renyah suara Anda yang bercerita menggebu-gebu. seperti anak kecil yang bercerita perihal petualangannya yang pertama kali. cerita tentang apa saja, tak jadi masalah. berbicara perihal diri Saya, berbicara perihal diri Anda, atau berbicara perihal Tuhan, apapun itu. 

Menuliskan surat ini membuat jantung Saya berdebar seperti ketika sedang menonton adu pinalti. Sengaja Saya memperhatikan setiap kosakata yang Saya tuliskan, bagaimanapun ini masih surat formal.

Melalui surat pengantar ini, Saya meminta Anda bekerja sama untuk mengosongkan satu hari dari rangkaian rutinitas masing-masing. Gamblangnya, ini adalah ajakan kencan. Perkenankan Saya untuk bisa menghabiskan waktu berdua dengan Anda, mungkin jika diizinkan untuk bisa saling mengenggam tangan sambil mengamati senja yang tenggelam secara perlahan. Karena sungguh sangat tidak mengenakkan memendam rindu kepada Anda.

Demikian Surat pengantar kencan pertama ini Saya tuliskan. Sekiranya diberikan perhatian. Semoga Tuhan yang Maha Bijaksana memberikan restunya dan menakdirkan kita untuk berjumpa. Semoga waktu dan jarak ikut berpihak pada kita dan mengizinkan kita untuk berjumpa juga. Akhir kata, Saya mendoakan Anda baik-baik saja. Terima kasih dan terima sayang.

Makassar, 8 Februari 2014
Diiringi doa

Ketua Komite Pengelolaan Rindu

Kamis, 06 Februari 2014

Hari #7: Kepada @puthekkan dan @nunu_nune

Kepada @puthekkan dan @nunu_nune

Diantara kita bertiga, mungkin aku lah yang paling sering melebih-lebihkan situasi, melebaykan diri, dan hobby meng'alay'kan kondisi. kita memang jarang bercengkerama dengan cara-cara yang romantis apalagi dengan kata-kata manis. sepertinya kita memang bukan contoh persahabatan yang menjunjung nilai-nilai melankolis. *ngaco*

beberapa orang pernah bertanya heran kepadaku, "mengapa kalian bisa bersama, sedangkan yang terlihat kalian begitu berbeda?". Biasanya hanya ku jawab dengan kalimat "aku juga tidak tahu". Selanjutnya aku akan mendongengkan kisah perjumpaan pertamaku dengan kalian kepada mereka yang tak cukup puas dengan jawaban "tidak tahu". Untuk bersama, kita tidak harus sama. bukankah begitu? karakter kita sangat berbeda, hanya orang buta yang mengatakan kita sama. hobby dan kesukaan kita pun sangat berbeda. sebut saja, aku menulis, yang satunya membaca, yang satunya lagi berdiskusi. jadi ketika berkumpul, terciptalah budaya ilmiah. haha *ini lebih ngaco lagi*

beberapa julukan sempat dicaplokkan pada kita, tiga serangkai, trio macan, tiga macan devil, tri neng getir, dan entah apalagi, jadi julukan mana yang kita pilih? :p

aku tak pernah percaya pada hal-hal yang disebut 'kebetulan'. Namun, 'kebetulan-kebetulan' itu sering kali terjadi diantara kita bertiga. pakaian dengan warna senada tanpa ada janjian sebelumnya, memperhatikan hal-hal yang sama dan kadang menertawakannya lewat 'bahasa kode' yang jarang dimengerti orang. kenapa bisa begitu, lagi-lagi aku juga tidak tahu. tapi disela-sela 'kebetulan-kebetulan' yang terjadi, tidak jarang kita berselisih paham. perihal 'semua hal' yang menjadi isu-isu perdebatan kita, kadang tak ada kata sepakat yang tercapai. peran dan tanggung jawab yang kita emban juga tak jarang menciptakan selisih paham di antara kita. akhirnya kita berusaha mengerti dan menerima jalan pikiran masing-masing. we agree to disagree.

aku suka mengenang masa-masa dimana kita berkumpul, dan yang tercipta adalah kekonyolan-kekonyolan khas kita. bagaimana kita berkumpul, menghabiskan waktu 4 jam di gazebo-gazebo depan fakultas, berdialektika tentang apa saja atau hanya sekedar diam sibuk dengan bacaan masing-masing, sembari menunggu waktu masuk kelas asistensi menjadi hal pertama yang aku rindukan kini.

setelah beberapa tahun yang kita lewati bersama, jujur saja, aku belajar banyak dari kalian. bagaimana menghadapi rasa malas yang datang tiba-tiba, bagaimana menyelesaikan konflik yang tak pernah berhenti singgah, bagaimana mengendalikan 'rasa' yang mungkin lahir prematur dan cenderung terburu-buru, dan bagaimana-bagaimana lainnya. mungkin surat ini akan menjadi terlalu melankolis, tapi terima kasih untuk semuanya dan maaf untuk segala kekuranganku.

Pemahamanku tentang kalian, memang belum sampai pada tahap sempurna. aku juga kadang masih sering salah tingkah, tak tahu harus berbuat apa ketika kalian bertingkah aneh. jadi daripada salah langkah, aku cenderung memilih diam dan memperhatikan hingga aku tahu harus melakukan apa. bagaimanapun, kalian akan selalu ada kan?

Sebelum surat ini menjadi semakin melankolis lagi, dan kalian akan muntah-muntah sendiri membaca semua kata-kata bernada romantis ini, serta sebelum aku meng'alay'kan diri lebih jauh lagi. Aku lebih baik mengakhiri surat ini. Terlepas dari segala perbedaan yang melingkupi, semoga persahabatan kita tetap abadi.

Dari

@nrlwhyn

Rabu, 05 Februari 2014

Hari #6 : Jaga dia bersama doaku.

Kepada kalung salib yang tergantung di lehermu.

Tiga hari terakhir, hujan tak pernah lagi menyapa kotaku. Ini aneh, mengingat aku masih tetap rindu pada tuanmu dan ramalan para ahli cuaca kompak menyebutkan kalau musim penghujan seharusnya tak berhenti di awal bulan ini. kamu pasti berfikir, apa hubungannya suasana langit kotaku dengan kamu yang menggantung setia di leher tuanmu. sama, aku juga. ahh~ aku memang tak pandai merangkaikan kata untuk memulai suatu perkenalan.

Aku tahu, kita hanya pernah bertemu sekali dan tak ada perbincangan di pertemuan kita kala itu. kita hanya bertemu, mataku melihatmu dan kau diperlihatkannya padaku. hanya sebatas itu, aku belum berani mengenalmu lebih jauh. aku maklum, jika kau terheran-heran mendapatkan surat dariku. aku juga bisa mengerti jika kamu tak mau membantuku. hei, siapalah aku ini. hubungan kita tak pernah lebih dekat dari predikat 'asing' sedangkan aku tak lebih dari sekedar 'teman' tuanmu.

maafkan jika aku telah lancang mengirimkan surat untukmu, aku hanya ingin meminta sedikit bantuan kecil darimu. sebelum kamu menolak dengan segera, ada baiknya kamu mengetahui dulu apa pertolongan apa yang ku minta darimu. aku yakin, permintaanku kali ini, sama sekali tak akan merepotkanmu. jangan kau robek-robek dulu surat ini, teruskanlah membaca hingga akhir.

lagi-lagi, jarak mencari perkara denganku. sebentar lagi akan ada jarak yag membentang lebar antara aku dan tuanmu. tak main-main, jarak sepertinya serius ingin memisahkan aku dari tuanmu. aku tak tahu, salah apa aku hingga jarak tega seperti itu. kamu perlu tahu, aku paling tak suka berada jauh dari tuanmu. imaji yang terbentuk di kepalaku tak dapat bisa ku bendung. semuanya menampilkan kemungkinan-kemungkinan jelek yang mungkin terjadi pada tuanmu. aku mudah sekali khawatir, dan itu kadang membuatku capek.

Dulu ketika jarak pertama kali mencari gara-gara denganku, aku masih bisa melawannya pakai sebongkah doa yang kutitipkan pada langit. tapi kurasa kali ini jarak akan berusaha lebih serius untuk menjauhkan aku dari tuanmu. sepertinya doa yang kutitipkan pada langit seperti biasanya tak akan mampu menjaga. makanya aku butuh bantuanmu.

kamu, kalung salib yang tergantung di lehernya.
bantu aku. jaga dia yang sedang jauh dariku. akurlah bersama doa-doaku. berkonspirasilah, dan ciptakan benteng pengaman paling dahsyat yang pernah ada. jaga dia dari segala kemungkinan yang tidak menyenangkan. jaga dia selama tak ada tanganku yang menjaganya. jaga dia selama jarak berada ditengah-tengah aku dan dia.

aku berjanji jika kau mengabulkan permintaanku, aku tak akan menutup diri darimu lagi. aku akan coba mengenalmu, berteman denganmu, dan tak akan menatapmu sinis lagi. aku akan menerima dirimu yang telah tergantung lama di leher tuanmu. aku tahu, meski kita berbeda dalam keyakinan, kita sama dalam hal objek kesayangan.

tertanda.

Aku dan doaku.

Selasa, 04 Februari 2014

Hari #5 : Casanova Abad Dua Ribu

Selamat Siang, Casanova Abad Dua Ribu

Surat di hari kelima ini, kutulis disela-sela waktu jeda antara jadwal-jadwal perkuliahan yang padat.
Aku cuma ingin mengucapkan 'terima kasih', untuk waktu-waktumu yang kutahu sangat berharga tapi tetap kau luangkan hanya sekedar mendengar keluh kesah ku yang kadang sangat kekanak-kanakan. terima kasih.

kau termasuk salah satu orang yang bisa membuatku tenang, entah karena kau sudah terbiasa menghadapi berbagai macam orang atau kau terlalu lihai menghandle masalah-masalah. ini yang ingin aku pelajari darimu. sayangnya, kau tidak punya banyak waktu luang untuk mengajariku.
jangan salahkan aku, jika nanti kedepannya kau akan semakin ku banjiri dengan banyak cerita-cerita  kekanak-kanakan lainnya.

kalau aku bilang, kau termasuk salah satu motivatorku untuk tetap menulis, aku dapat apa? traktir es krim yah? hahaha.
tapi begitulah adanya. beberapa cerpen lahir karena aku ingin kau membacanya, mengomentarinya atau mungkin memujinya. hehe.

disurat kali ini, aku cuma mau berkata. jangan pernah bosan disusahkan olehku. karena menyusahkanmu adalah salah satu hobby yang menyenangkan. sebenarnya surat ini mau ku kemas dalam bentuk yang menarik, sayangnya waktu ku tak tersisa banyak. 10 menit lagi aku harus masuk ruang kuliah. mungkin nantinya akan ada surat untukmu lagi dalam bentuk yang lebih rapi.

ya sudah, surat kali ini, begini saja dulu.

PS: sering-seringlah berkunjung. jangan terlalu sibuk. :)

casanova abad dua ribu
menjadi bintang sukses di panggung palsu
setelah memenangkan perang
casanova duduk manis diatas kursi
menikmati musik ditemani nuansa pagi
sibuk sendiri mengikat sepatu kaki
hingga embun tak kuasa tak mencair.

Suatu hari, ia muncul begitu saja di ambang pintu
usai bergiat dengan ilmu.
wajahnya dibalut misteri
mengungkap senyum yang terikat simpul berpeluh.
ahh, casanova lagi sibuk

tidak mudah mendapatkan waktu untuk menjumpa.
pagi hari dia kerja.
malamnya pergi menjaga.
demi cita-cita katanya.

casanova abad dua ribu.
dengan halusnya melukiskan darah pada bibirku
melelahkan airmata pada senyumku.
ahh, ini hanya masalah waktu.

Sudah tujuh senja, tujuh fajar berlalu.
casanova belum juga pulang.
bahunya kini ku rindukan
oleh keluh kesah lidahku. 


Hari #4 : kepada mbak @deelestari

Halo, mbak dee.
Salam kenal.

Saya Ayu, salah satu dari sekian banyak orang yang menjadikan tulisan-tulisan mbak sebagai tulisan-tulisan favoritnya. Berhubung tema #30HariMenulisSuratCinta hari ini adalah menuliskan surat untuk para selebtwit, saya memutuskan memberanikan diri untuk menulis surat yang ditujukan pada mbak. sekali lagi mbak, salam kenal yah :)

untuk ukuran 'mengidolakan' saya mungkin tidak termasuk dalam golongan 'fanatik'. saya biasa-biasa saja. Saya hanya mengkonsumsi buku-buku mbak dee. mulai dari serial Supernova, filosofi kopi, madre, perahu kertas dan rectoverso. Saya mengagumi cara mbak memadupadankan kata-kata, baik dalam bentuk catatan-catatan kecil atau pun puisi yang ada dalam setiap buku mbak. Salah satu Puisi favorit saya adalah 'Barangkali Cinta' yang tercetak dihalaman terakhir 'Madre'. Mungkin karena saat pertama kali saya baca, puisi itu pas menggambarkan kondisi hati saya.

Sewaktu kecil saya terbiasa disuguhi dengan buku cerita anak-anak, dongeng-dongeng pengantar tidur.  sejak mengetahui salah satu dongeng disney yang berjudul "the little mermaid", saya menjadi pemuja neptunus. Sama seperti Kugi dalam Perahu Kertas. Bedanya, dalam khayalan saya, saya adalah jelmaan seorang putri duyung sedang Kugi adalah seorang agen Neptunus. Perahu Kertaslah yang membuat saya memberi perhatian pada karya-karya mbak selanjutnya.

Dalam persepsi saya, Mbak adalah sosok yang cerdas, berpengetahuan luas dan membagi pengetahuannya lewat media sastra. Itu semua tercermin dalam serial Supernova. bagaimana mbak dee mengkritik konsep 'cantik' yang berkembang selama ini, atau menjelaskan beberapa konsep dengan bahasa yang sederhana. aku juga suka cara mbak menjelaskan realitas dari sudut pandang yang jarang dipakai oleh orang-orang. Seakan membuka pintu baru dalam koridor kerangka berfikirku. menyadarkanku untuk terus berusaha melihat segala sesuatu secara holistik.

Saya mengidolakan mbak. Sayangnya dua kali mbak datang ke kota saya, dua kali pula saya kehilangan kesempatan bertemu mbak. Pertama kali adalah saat mbak menyelenggarakan acara book signing di gramedia salah satu mall di kota saya. Sayangnya saat itu bertepatan dengan jadwal kuliah. menjadi fasilitator dalam perkuliahan saat itu membuat saya tak bisa meninggalkan kuliah. Kedua kalinya adalah saat mbak menjadi salah satu pembicara di event #MIWF2013. dari berminggu-minggu sebelumnya, saya telah menyiapkan rencana. saya mengosongkan semua jadwal, membuat janji dengan seorang teman yang akan menemani saya -maklum saja mbak, rumah saya jauh dari Fort Rotterdam- dan menyiapkan diri agar nanti jika bertemu dengan mbak, saya berani bersalaman dan foto bersama -saya anaknya cukup pemalu-. Tapi mau bagaimana lagi, kalau keesokan paginya, teman saya tiba-tiba mengabarkan kalau dia tak bisa menemani saya. sedangkan teman-teman saya yang lain sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. terus terang saat itu saya sedih sekali mbak, tak bisa bertemu dengan mbak dee. mungkin di lain waktu dan di lain kesempatan kita akan bertemu yah mbak. *amin*

sepertinya, suratku kali ini sudah terlalu panjang untuk ukuran 'surat perkenalan' mbak. hehe
tetaplah berkarya mbak. saya menunggu karya-karyamu selanjutnya :)

Ayu

Minggu, 02 Februari 2014

Hari #3: Putri Duyung Merah Muda

surat ketiga ini aku tujukan buat kamu, saudara seperduyunganku. 
Sang Putri Duyung Merah Muda. LA

Aku percaya tak ada yang namanya kebetulan. Seganjil apapun kejadiannya, selalu ada tangan Tuhan yang bekerja di baliknya. Semenjak bertemu kamu, Tuhan sering kali bekerja pada hal-hal yang tak biasa. Aku tak pernah berfikir akan mengatakan ini, kamu membawa keajaiban masuk dalam hidupku. *anggap saja saya lagi mengigau mengatakan ini*

Seandainya kamu jadi kekasihku, mungkin aku tak akan ragu melamarmu saat ini juga. karakter kita sangat berbeda tapi jiwa kita berada di frekuensi yang sama. kau tahu semua sejarah kehidupanku, dari yang terkelam hingga yang sedikit terang. dari yang sedih berlebihan hingga bahagia yang menyenangkan. aku senang, Neptunus mempertemukan kita.

kita telah lama tak bertukar pandang. aku tahu, kamu semakin kurus, sedangkan aku semakin subur. mau bagaimana lagi, akhir-akhir ini aku memang sedang bahagia. tapi tenang saja, kegalauanmu tentang si 'dia' akan selalu ku dengar. terakhir kali kita bersua, itu terjadi di luar rencana. Saat itu aku sedang berjalan-jalan di kotamu -kita memang telah dipisahkan laut sejak 2 tahun yang lalu-. berkali-kali sejak seminggu sebelumnya, kita saling mencocokkan jadwal, mencari waktu kosong dimana kita bisa bertemu. tapi nihil. kamu sibuk dengan perkuliahanku, sedang aku hanya sebentar di kotamu. aku ikhlas tak bertemu kamu saat itu.tapi lagi-lagi Tuhan bekerja dengan caranya sendiri. kita bertemu di gerbong kereta. dari sekian banyak jadwal keberangkatan kereta, dari sekian banyak gerbong di kereta, dari sekian banyak waktu pemberhentian. kita dipertemukan di kereta yang sama, gerbong yang sama. aku sedang pulang menuju penginapanku, sedang kamu akan berangkat menuju tempat praktikmu

Di suratku kali ini, aku cuma mau bilang. aku kangen berat. giliran kamu yang mengunjungi kotaku. kadang sedih rasanya mengingat bukan aku lagi yang selalu ada disisimu. mengingat posisiku perlahan diganti oleh orang-orang yang kau panggil dengan kata sahabat. mengingat bukan aku lagi yang menyediakan bahu untukmu, menepuk-nepuk pundakmu, dan menggenggam tanganmu saat kau membutuhkan seseorang di sampingmu. kini aku malah terlihat lemah. hanya bisa menyediakkan telinga untuk mendengar keluh kesahmu, yang bahkan kadang tak bisa kucari solusinya.

tapi, bukankah kita sudah berjanji untuk berpisah sejenak. berjanji untuk melangkah tegap di jalan masing-masing. dan bertemu kembali di ujung kesuksesan. tanggal 20 Februari tahun 2020. sampai jumpa di tanggal itu.

Tertanda

Putri Duyung Biru