RSS Feed
Tidak semua yang ku tulis adalah aku, dan tak semua yang kau baca adalah kamu.

Minggu, 23 Februari 2014

Hari #23: Aku Berparadigma Ganda

Halo Kekasih.

Hujan seharian ini membuatku gondok setengah mati. entah apa yang membuat hujan jadi tak bersahabat lagi denganku. aku mulai berfikir untuk mengadakan perjanjian dengan hujan. hujan tak lagi mendukungku untuk bertemu denganmu. aku mulai berfikir, 'rasa' yang hadir dalam hatiku tak lagi seberkuasa yang dahulu. Jika dahulu hujan sekalipun masih tetap mengantarkan rinduku padamu, kini hujan malah memisahkan kita, membuat hatiku terpaksa menciptakan persepsi-persepsi yang jauh dari khayalan yang indah-indah

kemarin, saat-saat indah dulu, saat-saat aroma cinta bertaburan dilangit kita, tak ada lagi aku ataupun kamu. yang ada hanyalah kita. rasa-rasanya aku tak melihat kedirianku maupun kedirianmu. kata Emile Durkheim, Hatiku sedang memakai kacamata Fakta Sosial. Dimana 'rasa' yang hadir begitu terasa nyata, hingga memaksaku bertingkah laku menuruti semua yang diinginkan kita. Aku seakan tenggelam dalam 'rasa' yang terlalu dalam. melakukan ini dan itu mengatasnamakan 'rasa' itu sendiri. 'rasa' yang begitu kuat, memaksaku bertindak diluar kemauan logika.

beberapa hari pun berlalu. logika yang merasa tersingkirkan mulai membuat perhitungan. Logikaku ingin mengambil alih kuasa tubuhku. Tak mau lagi terkungkung dalam 'rasa' yang memenjarakan. Logika perlahan-lahan memberontak. berjalan keluar dari koridor-koridor yang telah ditetapkan oleh 'rasa'. kini bukan lagi 'rasa' yang mendikte sana sini, logika mulai bermain kreatif. tak lagi tunduk pada fakta sosial yang diciptakan 'rasa'. Logika memaksa hati melihat dari perspektif definisi sosial. Max Weber pun ikut mendukungnya. Logika mulai menyuruhku untuk tidak terlalu tunduk pada 'rasa' yang menggebu-gebu.

akhir-akhir ini, aku mulai melihat dari perspektif lain. aku mulai mempertimbangkan perkara untung rugi yang ku dapatkan. jika aku memanjakanmu, apa yang akan kudapatkan? jika aku cuek padamu, akan tersiksa seperti apa hatiku nanti?

jadi sebenarnya, aku harus seperti apa padamu? sungguh, perasaan ini sangat dilematis.

Tertanda

Panggil saja 'Sayang'

0 komentar: