RSS Feed
Tidak semua yang ku tulis adalah aku, dan tak semua yang kau baca adalah kamu.

Sabtu, 01 Februari 2014

Hari #2: Kepada Objek Rindu

Teruntuk kamu, objek rinduku.

Halo
Siang ini, sembari menunggu saat pulang, kusempatkan menulis surat untukmu. untuk kamu pemicu jantung jemariku.

langitku begitu cerah, tak berawan apalagi sampai hujan. meski begitu langitku masih bernama rindu. bagaimana dengan langitmu? maaf kalau aku terkesan agak kaku. rindu membuat kata-kataku membeku.

sebenarnya aku tak tahu, bagaimana cara terindah untuk memulai suratku. setidaknya agar tak terlalu terkesan bahwa rinduku sudah menggebu-gebu. seakan-akan jari jemariku mati kutu. bertekuk lutut dihadapan rindu.

sudah pernahkah kukatakan kepadamu? perkara aku yang menyukai cara kita menjabarkan rindu dalam bentuk-bentuk yang sederhana. menjabarkannya lewat kata-kata, doa, petikan gitar, buku-buku tua, lagu-lagu cinta, tatapan mata, secangkir jus melonku, dan sebatang rokok tuamu. kebahagiaan memang sesederhana itukan harusnya?

jangan salahkan hatiku, jika dia merindukanmu lebih dari hari kemarin. tapi kau tenang saja, aku telah menasehatinya agar tidak bertingkah terlalu terburu-buru. hatiku kadang memang susah untuk duduk diam mendengarkan kata-kataku, dia hanya mendengar suara detak hatimu. entah mengapa bisa begitu. tapi semalam, telah aku tekankan padanya, meski dengan nada sedikit mengancam. bukannya aku mau sok mengatur alur cerita kita, tapi bukankah Tuhan lebih tahu? jika kita memang ditakdirkan untuk bersatu, kamu dan aku tak akan pergi kemana-mana. bukankah begitu?

sejujurnya, semua yang kutuliskan di atas hanya untuk menenangkan hatiku. jika kamu mau tahu, hatiku berdetak hebat saat huruf demi huruf aku ketikkan. itu jika kamu mau tahu.
sejujurnya lagi, tujuanku menuliskan surat ini, hanya untuk bertanya. jika nanti kita bertemu, tak maukah kamu menemaniku menemui neptunus. sudah lama aku tak mengunjungi dan bermain bersamanya. aku takut dia akan menganggapku sombong. padahal sudah lebih dari lima tahun dia tak pernah letih mendengar segala keluh kesahku.

jika suatu saat nanti, kita akan benar-benar bertemu. tak ada lagi jarak yang membentang diantara jemari kita. maukah kamu menemaniku melepaskan rindu di laut neptunus? itu jika kamu juga rindu padaku.

yang menunggu jawabanmu.

Aku.

0 komentar: