RSS Feed
Tidak semua yang ku tulis adalah aku, dan tak semua yang kau baca adalah kamu.

Rabu, 30 Oktober 2013

20 tahun.

tangan saya bergetar. dingin. dan berkeringat. jantung saya berdegup lebih cepat dari biasanya. 20 tahun. ahh~ waktu terlalu cepat berlalu dan umur lama kelamaan semakin mengerikan.

mungkin kini saatnya, saya telah sampai pada lembar terakhir buku harian 'remaja'ku. segera mengambil buku baru dengan label 'dewasa' di sampulnya. ahh~ itu terlalu sulit. terlalu. saya malas menjadi dewasa dan terlibat berbagai masalah. malas sekali.

jadi 20 tahun. dan apa yang telah saya lakukan?

ingin rasanya mengkambinghitamkan takdir Tuhan. toh, saya yang hanya begini-begini saja adalah saya yang sudah menjadi takdir tuhan. Tapi, jangan. bukankah semua orang punya potensi? dan setiap potensi bisa dikembangkan? ahh~ mungkin saat ini halaman seberang memang sedang hijau, tapi sebulan sekali, tepat seperti siklus halaman saya. Kebetulan saja mereka selalu hijau saat saya menguning dan sebaliknya.

ingin rasanya saya berhenti. cukup seperti ini. memang saya adalah anak yang mudah untuk dibahagiakan. hidup begini saja, saya sudah bahagia kok. Tapi sayangnya, saya tak punya cara untuk menculik dan menyandera waktu hingga memenjarakannya rapat-rapat. ahh~ saatnya kembali pada cetak biru dan menata ulang mimpi-mimpi.

20 tahun.
entah mengapa, mengingatnya saja saya menjadi gugup.
entah bagaimana, rasanya tuhan memelukku lebih erat hari ini.
entah siapa, penggagas romantisme tiup lilin.
entah apa, ucapan dan doa yang terapalkan hari ini.
entah berapa, kenangan yang tercipta dan mengintip malu-malu dari balik ingatan.
tetaplah disana. jangan kemana-mana.
biar kutulis dengan jemariku yang tak tahu arah.
bantu aku mengeja kata 'dewasa'.

31 :)

31 moment.
bahwa lupaku semakin sering menyusahkanku.
bahwa rabunku membuatku sering salah menyapa.
bahwa jemariku lebih senang mencipta puisi.
bahwa imajinasiku yang liar telah menghapus batas-batas kenyataan.
bahwa pikiranku adalah kantor tersibuk yang pernah ada.
bahwa ada bekas cacar di dahiku.
bahwa ada bekas luka di tanganku.
bahwa aku suka hujan tapi membenci petir, kilat dan gunturnya.
bahwa aku suka kesunyian, menikmati kesendirian tapi bukan dalam kegelapan.
bahwa aku malas jadi dewasa, dan terjebak masalah.

31 pertanyaan.
tentang hikmah masa lalu.
tentang arti masa kini.
tentang misteri masa depan.
tentang pikiranku.
tentang jiwaku.
tentang rasaku.
tentang batinku.
tentang mahluk.
tentang alam.
tentang tuhan.
tentang kenalan.
tentang teman.
tentang sahabat.
tentang keluarga.
tentang dia.
tentang aku.

31 bulan.
31 minggu.
31 hari.
31 jam.
31 menit.
31 detik.
dan aku -semestinya harus- berhasil berubah total. 
dan aku -semestinya harus- menjadi sosok yang tak lagi manja.
dan aku -semestinya harus- bertumbuh dewasa.

selamat. hidupku sukses melangkah. :)

Sabtu, 26 Oktober 2013

haruskah kuberi judul 'sajak pemuda' ?

malam. gelap. senyap.
dilembar catatan lusuh kakekku
yang sudah lama lupa akan kata merdeka
tertulis singkat sebuah pesan.

negeri ini butuh pemuda pemberani.
berani mengayunkan belati
melangkah pasti dan tak akan berhenti.
disisi buruh dan para petani
hingga keadilan dijunjung tinggi.

negeri ini butuh pemuda pemarah.
marah ketika janji sumpah kini tinggal gema.
dan tak lagi bermakna.
marah ketika para penguasa merajalela.
sedang penindasan dimana-mana
marah ketika rakyat sengsara.
akibat permainan para korporat.

negeri ini tak butuh pemuda apatis.
melihat rakyat mengemis.
disaat penguasanya korupsi.
melihat anak kurang gizi, mati.
sedang birokrasi memperkaya diri.

dilembar catatan lusuh kakekku.
yang telah lupa akan kata merdeka
terselip sebuah pesan.
wahai pemuda masa kini.
teruslah merapalkan doa
untuk para pemuda yang telah lalai hati.
berkatilah mereka.
semoga esok, bangkai mereka tak diendusi babi.

Selamat malam, Penyair Malam :)

Hai, penyair malam.
jangan terlalu sering mengajakku bercanda.
takutnya aku bisa jatuh cinta.
hanya berjaga-jaga.
karena tentangmu, aku tak tahu apa-apa.

Hai, penyair malam.
jangan terlalu sering berbagi hari denganku.
takutnya aku bisa terperangkap rindu.
hingga sehari tak ada kabarmu.
aku hanya bisa membisu, menunggu.

Hai, penyair malam.
jangan terlalu sering membuatku melayang.
takutnya aku tak lagi bisa membedakan.
yang mana hayalan dan mana yang bukan.
bahkan,
mungkin aku lupa kembali ke daratan.

Hai, penyair malam.
jangan terlalu dalam menambatkan peduli.
takutnya aku merasa bagaikan bidadari
hanya untuk berhati-hati.
aku tak ingin sayapku patah lagi.

tapi jangan berhenti.
jangan dulu pergi.
aku masih ingin menikmati.
rekahan senyummu disore hari.
yang selalu berhasil membentuk rona merah muda di pipi.

Selamat malam, penyair malam :)

Jumat, 25 Oktober 2013

Embun

satu, dua, tiga detik berlalu.
embun sedang duduk diberanda hotel, menunggu.
bersamaku juga ibuku yang terpaku melihatku tersipu.

wahai embun,
sepertinya aku punya pertanyaan yang tertimbun.
tentang kisah sepotong rindu yang kubaca.
mungkin kurang
mungkin lebih
mungkin tak terbaca
mungkin tak berjawab
mungkin bukan apa-apa
mungkin basa-basi
mungkin benar dari hati.
mungkin rindu itu tentangmu.
tapi mungkinkah itu tentangku ?

sejak saat itu.
hatiku seperti dikelilingi kupu-kupu.
aku bahkan malu.
pada semesta yang mengawasiku.
untung, datanglah taksi yang kutunggu.
menyelamatkan aku dari senyum tersipu.
tenanglah hati, jangan terburu-buru.
kata embun padaku.

-Bogor, 24 Oktober 2013-

Rabu, 16 Oktober 2013

Percakapan di Telepon.

kita terjebak perbedaan waktu. saat matahari menemani hariku, kau sedang bersenandung dengan bulan dan bintang. tapi kita masih berdiri di atas Bumi yang sama, yang anginnya berbaik hati untuk selalu ku titipi rinduku padamu.

pagi ini telah kusediakan untukmu. untuk sekedar bertukar sapa atau hanya sekedar mendengar suara. sesederhana itu.

Kamu : Selamat pagi. karenamu embun didaun jendelaku sedang mencair. suaramu begitu hangat di pagi hari.

Aku : Pagi. aku berharap semoga hujan yang mengguyur kotamu bukanlah wanita, karena aku bisa cemburu, dia lebih tau kabarmu daripada aku.

Kamu : Kau menggodaku lewat bahasa. padahal kau tau aku tak suka berkata-kata, karena dalam diam pun kita sudah saling mengerti rasa.

Aku : Aku pun tak mengerti tentang bahasa. cuma satu kata yang selalu muncul di benakku saat memikirkanmu. biarlah ku simpan sendiri kata itu. apa itu cukup untuk bisa mengambil tempat berjalan disisimu ?

Kamu : itu sudah lebih dari cukup. jangankan bahasa, aku juga tak tau astronomi. yang ku tau bintang timur dan bintang barat telah berkonspirasi dengan semesta mengirimkan setiap rinduku walau kita terpisah waktu.

Aku : begitukah? *aku tersipu malu* tapi aku hanya tau meracik bumbu. bumbu berbentuk puisi yang pasti kau suka, karena resepnya kucuri langsung dari surga.

Kamu : ahh~ kamu memang cahaya keduaku setelah sang surya. apalah diriku ini yang hanya tau tentang ilmu navigator. itupun yang kupahami betul hanyalah peta menuju hatimu.

Aku : Tapi kali ini aku ingin menyalahkan semesta. ruang otakku yang sesempit ini, diisinya dengan semua hal yang tentang kamu. Padahal aku telah menyediakan hatiku untuk kau isi sepenuhnya.

Kamu : janganlah menyalahkan semesta. semesta bahkan berbaik hati menggulirkan bulir bulir rasa melalui rekahan senyummu.

Aku : kamu benar. Kalau diingat-ingat semesta bahkan mengatur setiap detak jantungku agar berdetak lebih cepat setiap melihat sosokmu.

Kamu : KeMahaan semesta memang begitu baik. dia bahkan merendahkan hati sang surya yang iri melihat kehangatan senyum dan tutur katamu yang dapat melelehkan kebekuan rinduku.

Aku : Namun ingatlah, selama kita menjelajahi jarak. mungkin aku akan sering tersandung kerikil-kerikil kecil yang tak terlihat. tapi tenang saja, aku akan selalu jatuh pada dasar hatimu.

Kamu : tentu akan ku ingat. Aku ingin tidur, bukan lelah. aku hanya ingin mendatangimu, melihat senyummu merekah dalam mimpiku.

Aku : Terima kasih telah menjadi benteng hatiku. terlelaplah dan kembalilah dalam diammu :)

kututup telepon singkat tadi. kini aku hidup lagi :)

Selasa, 15 Oktober 2013

untitled



Engkaulah pelita tempat berkumpulnya cahaya harapan.
Engkaulah penujuk jalan yang diselubungi kabut-kabut kepercayaan.
Engkaulah semesta berisi partikel-pertikel cinta kami.
Engkau, dimana segala harapan digantungkan
Padamu, yang segala percaya ditautkan
Untukmu, yang segala cinta diberikan
Wahai, pemerintah :’)
 (catatan kecil yang ditulis disela-sela bingkai kekecewaan-masyarakat)

Aku ingin bercerita. Tentang sebuah kisah yang cocok menyandang predikat ‘miris’ terlebih ‘ironis’. Cerita ini berkisah tentang harapan yang dibumbung tinggi tapi kemudian dijatuhkan. Berkisah tentang rasa percaya yang dijaga sepenuh hati tapi kemudian dihamburkan penuh kesia-siaan. Tentang rasa cinta yang terlalu dalam tertanam tapi justru kabur terseret arus gelombang keserakahan. Kisah ini tentang  yang sering kalian sebut sebagai Masyarakat dengan yang kalian elu-elukan sebagai Pemerintah.

Bagai kain polos tanpa motif Masyarakat punya sejuta harapan, berlapis-lapis kepercayaan, hingga cinta yang terang benderang. Masyarakat berharap memiliki sosok yang bisa dijadikan tempat bersandar dikala susah, sosok yang bisa diandalkan ketika yang lainnya sibuk dengan diri mereka sendiri. kemudian hadirlah dia disaat-saat yang tepat. Pemerintah hadir dengan sejuta kata-kata manis. Kata-kata manisnya melantun menemani Masyarakat mengawali dan mengakhiri harinya. Pemerintah selalu datang, membuat Masyarakat melayang dengan wibawa dan janji-janji.

Senin, 14 Oktober 2013

Kematian

Kini laut tak lagi bergaram.
dan senja semakin temaram.

satu persatu kerang bersembunyi di balik karang.
satu persatu tangis pecah.

isak hati yang begitu lirih.
mengantar kawan yang hendak berlayar pulang.
ditemani debur ombak dan air laut yang berbuih.

para pelayat kini telah pergi.
meninggalkan aku yang berdiri sendiri di atas pasir putih.
dihujam tanya yang entah mengapa tak mau pergi.

mengapa Tuhan menyuruh maut berlayar bersamamu.
cukup buatkan dia sekoci yang aman.

aku letih berdiri dan menunggu.
aku tak fasih menanti dan mengenang.

lubang dihatiku yang kosong.
tertutup air mata yang mengenang.

kawan. ini sajak kematian.
tentangmu yang takkan pernah tergantikan.

Minggu, 13 Oktober 2013

Pejuang

Bahwa dunia itu abu-abu
kamu tau, Pejuang.
telah hilang batas antara hitam dan putih.
tapi aku lupa mengingatkan.
hanya dibutuhkan kata tanya yang tepat untuk menguaknya.

Bahwa kekhawatiran selalu membelenggu.
kamu selalu tau, Pejuang.
tapi aku luput menceritakan.
kisah tentang seorang tua.
dibayar mahal karena keberaniannya.
melepas segala bentuk ketakutan.

Bahwa hidup membawa dadu.
bermain judi dengan harapan jadi taruhannya.
kamu yang paling tau, Pejuang.
tapi aku salah, tidak mengenalkanmu pada sahabat lama.
namanya konspirasi. dimana kaki tangan tak lagi bersahabat.

Dan bahwa aku bersembunyi.
cuma aku yang tau, Pejuang
yang sampai di telingamu, hanyalah yang ingin kuperdengarkan padamu.
selebihnya, masih ku simpan dalam kotak pandora.
rapat-rapat.
rapi-rapi.

Jadi..
jangan pernah menjadi cenayang.
tetaplah pada koridormu.
jadilah pejuang.

Sabtu, 12 Oktober 2013

Rewriting Story : "The Little Mermaid"

tersebutlah seekor raja duyung sekaligus dewa laut, bernama Neptunus. mempunyai 3 anak yang dengan kelebihan masing-masing. Anak pertama, duyung dengan sirip ungu, bernama Putri, akrab dipanggil puthe dikalangan para geng hiu. kelebihannya? cerdas. nilainya rata-rata A untuk semua mata pelajaran yang ada di akademi mermaid. mulai dari mata pelajaran "pengantar kesamuderaan" hingga "teori kehidupan bawah laut" dikuasainya. tak ada yang bisa mengalahkan nilainya pada pelajaran "teknik penguasaan sirip". soal akademik, semua takluk padanya.

anak keduanya yang bernama Nunu, mempunyai sirip berwarna merah. nunu menguasai berbagai macam bahasa. mulai dari bahasa kuda laut hingga bahasa kura-kura semua dikuasainya. tak heran dia mempunyai lingkup pergaulan yang luas. dipagi hari dia biasa bergaul dengan para ikan buntal, membicarakan ganggang laut yang semakin langka juga gosip asmara para artis Aqualywood. di siang hari, dia bisa dilihat berkumpul dengan para belut listrik. membahas tentang peta perpolitikan menteri menteri laut. dan di malam hari, waktunya dia bercengkrama dengan sang kura-kura, merenung tentang arti hidup dibawah air.

si bungsu, dengan sirip berwarna biru, bernama Ayu. si bungsu ini suka sekali menulis dan melukis. dia suka melukis siluet bulan di setiap karang yang ditemuinya. atau menulis keseharian para duyung diistana. jadi jangan heran jika karang-karang yang ada disekitar istana telah penuh dengan lukisan si bungsu, atau jika kalian masuk ke perpustakaan istana, akan ada banyak sekali puisi ataupun cerita karyanya.


Aku Bukan Kartini

Aku bukan kartini
anak bangsawan yang taat pada adat istiadat.
Aku bukan kartini
gadis anggun berkebaya dengan sanggul di kepala.
Aku bukan kartini
yang dipingit sambil menunggu perjodohan tiba.
Aku bukan kartini
yang hobi menulis surat menceritakan penindasan negeri sendiri.
Aku bukan kartini
yang bersembunyi kala menyantap kitab demi kitab pengetahuan.

Aku bukan kartini
aku perempuan, yang membangkang pada setiap bentuk pembodohan.
Aku bukan kartini
aku gadis berkerudung, lengkap dengan sendal gunung.
Aku bukan kartini
aku berkeliaran, tak jarang terperosok jatuh ke dalam jurang.
Tak seperti kartini
yang ku tulis hanyalah sajak-sajak penolakan.
Tak seperti kartini.
ilmu bebas berkeliaran, siap untuk kusantap

Terima Kasih :)

Rabu, 09 Oktober 2013

detik ini tidak sama dengan detik yang baru.

pernah dengar tentang prinsip identitas?
dimana "sesuatu" hanya akan sama dengan "sesuatu" pada ruang dan waktu yang sama.
singkatnya, segala yang ada pada detik ini, tidak akan sama dengan yang berada pada detik yang baru.

Detik ini bayi mungil datang ke pangkuan bumi.
Detik ini juga seorang tua berpulang ke rumah abadi.
Detik ini sehelai daun gugur.
Detik ini juga sebenih pohon tumbuh.
Detik ini ada yang terbaring dilanda sakit.
Detik ini juga ada yang sembuh dari derita menahun.
Detik ini ada tangis yang pecah.
Detik ini juga ada senyum yang merekah.
Detik ini seorang miskin menang undian.
Detik ini juga si raja minyak gulung tikar.
Detik ini yang gila tiba-tiba waras.
Detik ini juga semuanya menggila.
Detik ini orang yang kamu cinta pergi mematahkan harapan.
Detik ini juga seseorang yang lain menjatuhkan cinta padamu.

Detik tadi, relakan pergi. Saatnya sambut detik yang baru :)

*catatan kecil setelah teringat ttg prinsip identitas*

Selasa, 08 Oktober 2013

Siapa ?

Ditertawakan senja, diperolok oleh malam. Sejak awal ini adalah jejak kebodohan. mau saja diperintah rasa penasaran. memusingkan diri menyibak pertanda semesta. sampai langit biru jadi serpihan abu-abu. Jadi siapa kamu sebenarnya ?

Menunggu. Bersabar. lelah. memutuskan untuk tak peduli lagi. membiarkan bayang-bayang tersapu dari ingatan. hilang tak membekas. lalu di penghujung hari selembar salam yang dititipkan olehmu sampai ke telingaku. dan terus saja seperti itu. lagi dan lagi. Jadi siapa kamu sebenarnya ?

pagi selalu terlambat menceritakan rahasia-rahasia. siang selalu pemalu menyibak kabar burung. senja terlalu malas untuk berbasa basi busuk. dan malam terkadang pelit bahkan untuk sekedar menyeletuk. aku harus apa kalau semua memilih membisu. Jadi siapa kamu sebenarnya ?

Martir

Seorang martir menenggelamkan rindu.
pada bulir-bulir keringat para buruh.
martir yang tetap mengganas.
hingga tak lagi ada peluh para buruh yang terlalu.

Seorang martir memborgolkan harapan.
pada bibit-bibit semangat bapak ibu tani.
Martir yang tetap mengaum.
hingga lapuk seluruh tunas energi yang terhimpun.

Seorang martir mengikatkan reformasi.
pada tegap tapak langkah mahasiswa.
martir yang tetap menggalak.
hingga pincang jari-jari pergerakan.

seorang martir yang dibenaknya berteriak kenangan.
tentang mandi darah pahlawan pahlawati
tentang gelimpangan bayi-bayi kurang gizi, mati.
tentang ibu yang tek berASI.
tentang aborsi juga mutilasi.
ditambah tingkah birokrasi negeri ini.

Sabtu, 05 Oktober 2013

Cerpen : "Snow White Sang Janda"

Snow White digugat cerai. Enam bulan setelah penikahannya, sang Ratu meninggal dunia. Dibunuh lebih tepatnya. Disekujur tubuhnya terdapat tanda-tanda bekas penyiksaan. Semua bukti-bukti tindak kriminal mengarah pada kesimpulan Snow White adalah pelakunya.

Snow White diseret keluar dari istana dan dibawa ke penjara kerajaan. sesaat sebelumnya, dengan tangan terikat dibelakang, dia bercerita.....

***

apa yang kalian ketahui tentang kisah hidup Snow White? bahwa dia adalah contoh teladan dari sebuah kesabaran? bahwa keserakahan sang Ratu adalah contoh terbaik atas perasaan iri hati yang harus dihindari? bahwa sang pemburu adalah contoh terbaik untuk tingkah laku yang welas asih? atau para kurcaci adalah contoh terbaik dari persahabatan? semuanya mungkin benar, jika kalian hanya melihatnya dari satu sisi. Sisi Si Snow White yang terzalimi.

yang kalian tahu, Snow White adalah korban kedengkian sang Ratu, ibu tirinya, atas kecantikan yang dimilikinya; kulit seputih salju, bibir semerah darah dengan rambut sehitam bingkai jendela. Sayangnya, ada yang tak kalian ketahui.

Jumat, 04 Oktober 2013

Bagian 2 "Dialog : Nalar dan Rasa"

setelah sekian lama bersitegang, akhirnya Nalar dan Rasa kembali bertemu. "Ingin berdamai dengan sungguh-sungguh" kata Rasa. Sedangkan Nalar kasihan dengan pemilik tubuh yang selalu terisak tiap malam karena Rasa yang tak pernah diam. Sengaja mereka berjanji untuk bertemu di ruang hati terdalam, agar tak ada gangguan dari siapapun atau apapun.

Mau kamu sebenarnya apa sih ?

Kamu sendiri maunya apa ?

aku mau berdamai. ayo kita buat kesepakatan.

Percuma. Aku tidak akan pernah sepemahaman denganmu.

loh ? kenapa ?

karena kamu absurd. nonsense !

itu karena kamunya yang terlalu perhitungan. setiap detil dipikir hingga dalam.

buat apa memperjuangkan sesuatu kalau peluang untuk menang tak sampai 50 % ? buang-buang tenaga dan air mata tau!

nah. itu dia. kamu terlalu pesimis.

bukan pesimis. namanya realistis. memangnya kamu! kerjanya cuma menaruh harapan setinggi angkasa.

kamu tidak tahu kapan keajaiban akan datang.

memangnya kamu tau ? tidak juga kan ? 

siapa tau saja benar, harapan itu nanti akan jadi kenyataan.

kalau salah bagaimana? kasian si pemilik tubuh ini, harus berapa banyak lagi air mata yang mengalir hanya karena kau terlalu gampang membumbungkan harapannya ?

sudah.sudah.
ayo berdamai. hentikan pertengkaran ini.

sudah ku bilangkan, kita tidak akan pernah cocok.

aku tak memintamu untuk mendukungku, aku hanya minta kamu untuk diam.

tidak bisa. kalau aku diam, artinya si pemilik tubuh ini tidak akan pernah sadar.

ku mohon. setidaknya hingga hatinya sembuh benar. kalau kau diam, aku juga tak akan banyak bicara. kasihan si pemilik tubuh, kerjanya hanya menangisi konfrontasi kita. hanya hingga hatinya kembali utuh entah karena transplan atau hasil hibah dari seseorang yang lain. hingga saat itu tiba, mari bekerja sama.

oke. aku juga kasihan padanya.

Dan perjanjian gencatan senjata mereka di perpanjang.

 

Kamis, 03 Oktober 2013

Dialog : Nalar dan Rasa

Pernahkah kamu mencoba, sedikit saja, untuk belajar dari pengalaman ?

berkali-kali, hanya saja Harapan menarikku lebih dalam dari yang sudah-sudah.

Aku bosan, setiap kali menengok, yang kudapati kau sedang merugi.

oh yah? aneh yah.. padahal aku tak pernah merasa kehilangan apa-apa dari sebongkah ketulusan.

kamu sudah bosan hidup yah ? mau cari mati ?

aku tidak sebodoh itu hingga mau mati, aku hanya teledor telah kecurian hati.

kau memang aneh. membatasi diri tapi hanya setengah-setengah. kenapa memangnya? tidak sanggup ?

bukan tidak sanggup. aku hanya membebaskan diriku untuk tumbuh. karena hati bebas merdeka tanpa intervensi.

sudahlahh, biarkan aku saja yang mengambil alih. aku tau kapan harus berhenti dan kapan harus melangkah.

masalah hati bukanlah perang strategi. tanpaku hati hanya akan kau jadikan permainan.

Suatu Hari kita akan sependapat. seiya sekata. sepahaman tentang sosok manusia. hingga hari itu tiba, berdirilah disampingku. temani aku memelihara diri.  

Seperti

Tuan, tahukah kamu seperti apa rasanya mengenalmu ?
seperti ini :

seperti menunggu senja padam di ujung langit barat.
semburat merah menyalakan harapan.
diperhalus awan sewarna ungu sendu.

Tuan, tahukah kamu seperti apa rasanya melihatmu ?
mungkin, seperti ini :
seperti melihat teratai dalam sejuk terik surya.
mengapung di lumpur kenangan.
di hiasi rona merah jambu tanda malu.

Tuan, tahukah kamu seperti apa rasanya di cintai olehmu ?
pastilah seperti ini :

seperti melihat aurora di ujung-ujung kutub
semua kata kehilangan makna dihadapannya
takluk atas hadiah semesta untuk dunia.

Selasa, 01 Oktober 2013

Aku tak lagi butuh Pelangi

Merah, dirimu.
Jingga, ruam-ruam senja.
Kuning, tembok tempatku mengadu.
Hijau, rumput bergoyang pelan ditiup sepoi angin saat mata kita beradu.
Biru, menghamparkan diri dalam bingkai langit sendu.
Nila, menyembul tipis pada aurora di kutub hatiku.
Ungu, menggandeng fajar di ufuk timur

Merah, rona-rona pipiku.
Jingga, manis jeruk semanis senyummu.
Kuning, direbut guguran daun saat angin menghantarkan rinduku.
Hijau, padang tempatku terlentang.
Biru, menenangkan hati dalam lantunan nada-nada ombak.
Nila, sepintas cahaya kecil yang mengundang malam.
Ungu, diriku.

lihatlah!
sejak mengenal dirimu.
aku tak lagi membutuhkan pelangi.

*catatan kecil untuk sang Putri Malu