RSS Feed
Tidak semua yang ku tulis adalah aku, dan tak semua yang kau baca adalah kamu.

Rabu, 16 Oktober 2013

Percakapan di Telepon.

kita terjebak perbedaan waktu. saat matahari menemani hariku, kau sedang bersenandung dengan bulan dan bintang. tapi kita masih berdiri di atas Bumi yang sama, yang anginnya berbaik hati untuk selalu ku titipi rinduku padamu.

pagi ini telah kusediakan untukmu. untuk sekedar bertukar sapa atau hanya sekedar mendengar suara. sesederhana itu.

Kamu : Selamat pagi. karenamu embun didaun jendelaku sedang mencair. suaramu begitu hangat di pagi hari.

Aku : Pagi. aku berharap semoga hujan yang mengguyur kotamu bukanlah wanita, karena aku bisa cemburu, dia lebih tau kabarmu daripada aku.

Kamu : Kau menggodaku lewat bahasa. padahal kau tau aku tak suka berkata-kata, karena dalam diam pun kita sudah saling mengerti rasa.

Aku : Aku pun tak mengerti tentang bahasa. cuma satu kata yang selalu muncul di benakku saat memikirkanmu. biarlah ku simpan sendiri kata itu. apa itu cukup untuk bisa mengambil tempat berjalan disisimu ?

Kamu : itu sudah lebih dari cukup. jangankan bahasa, aku juga tak tau astronomi. yang ku tau bintang timur dan bintang barat telah berkonspirasi dengan semesta mengirimkan setiap rinduku walau kita terpisah waktu.

Aku : begitukah? *aku tersipu malu* tapi aku hanya tau meracik bumbu. bumbu berbentuk puisi yang pasti kau suka, karena resepnya kucuri langsung dari surga.

Kamu : ahh~ kamu memang cahaya keduaku setelah sang surya. apalah diriku ini yang hanya tau tentang ilmu navigator. itupun yang kupahami betul hanyalah peta menuju hatimu.

Aku : Tapi kali ini aku ingin menyalahkan semesta. ruang otakku yang sesempit ini, diisinya dengan semua hal yang tentang kamu. Padahal aku telah menyediakan hatiku untuk kau isi sepenuhnya.

Kamu : janganlah menyalahkan semesta. semesta bahkan berbaik hati menggulirkan bulir bulir rasa melalui rekahan senyummu.

Aku : kamu benar. Kalau diingat-ingat semesta bahkan mengatur setiap detak jantungku agar berdetak lebih cepat setiap melihat sosokmu.

Kamu : KeMahaan semesta memang begitu baik. dia bahkan merendahkan hati sang surya yang iri melihat kehangatan senyum dan tutur katamu yang dapat melelehkan kebekuan rinduku.

Aku : Namun ingatlah, selama kita menjelajahi jarak. mungkin aku akan sering tersandung kerikil-kerikil kecil yang tak terlihat. tapi tenang saja, aku akan selalu jatuh pada dasar hatimu.

Kamu : tentu akan ku ingat. Aku ingin tidur, bukan lelah. aku hanya ingin mendatangimu, melihat senyummu merekah dalam mimpiku.

Aku : Terima kasih telah menjadi benteng hatiku. terlelaplah dan kembalilah dalam diammu :)

kututup telepon singkat tadi. kini aku hidup lagi :)

0 komentar: