:') #1

pikiranku kini melayang pada labirin waktu.

doakan saja, aku tak tersesat.

atau mungkin yang lebih parah, hanyut dalam arus air mata.

kadang disaat seperti ini aku ingin menggunting jarak.

dan menyisakan rindu yang ingin bertemu.

beriringan, berdiri disebelahmu, atau duduk disampingmu.

aku ingin sekasta dengan bahumu. sehasta dengan tegak langkahmu

mungkin bagimu, aku hanya satu diantara jutaan ribu.

tapi bagiku, kamu adalah jutaan ribu yang menghambur terbongkar dikepalaku.

bagiku, kamu satu sang penghuni hati.

aku takut. sesaat lagi sepi kali ini akan melahirkan hampa.

lalu tumbuh berkembang menjadi mati rasa.

padahal telah kukeluarkan sayapku dari laci.

siap terbang mengarungi. bukan untuk digunting-gunting lagi.

malam belum terbiasa, berganti tanpa mengucapkan salam padamu.

begitupun dengan siang. tak terbiasa hadir jika pagi tak mendapatkan remah remah senyummu.

kini, tiba-tiba saja semua menjadi mahal.

jiwa hangatmu tak lagi mampu aku beli dengan sepotong senyum.

aku harus bagaimana?

haruskah ku tukar dengan lukisan darah saat hatiku pilu

akibat sayatan cemburu yang tak sengaja kau torehkan?

kamu memang petualang.

berlari kesana kemari.

dari kepala hinggap dihati.

kamu berlari bersama darah.

yang tak sanggup membendung rasa gelisah.

coba perhatikan. dari tadi hingga akhir aku masih ditempat yang sama.

mengawasimu dari sudut bisu pada laci suara.

terkubur dinginnya udara dan tutur katamu.

malam ini hujan tak datang mengetuk-ngetuk jendela kamar.

tapi menyelinap masuk tanpa permisi. tanpa ekspresi.

gawat, dia berhasil membuka pintu kenangan.

sebelum sanggup ku larang. jangan.

jadi, kapan bisa kusematkan sayang?

tujuh senja tujuh malam telah lewat dengan malang.

dan Tuhan masih tega menimbang-nimbang.

pantaskah aku menjadi pemenang?

kalau saja bumi hadir tanpa gravitasi.

aku tak mungkin jatuh terhempas sejauh ini.

jika kamu meminta 'maaf', bolehkah aku meminta 'kamu'?