Sini biarkan aku menceritakan
kisah pengorbanan itu. Agar kalian bisa memberitahu sahabat, saudara, teman,
mantan teman, bahkan calon teman kalian akan arti pengorbanan, hingga pada
akhirnya nanti kalian akan semakin menghargai arti pengorbanan sekecil apapun
itu. Ini adalah kisah tentang pengorbanan tanah kepada benih bunga yang
menjadikan bunga memiliki pesona yang teramat.
Kisah ini dimulai saat perjumpaan
pertama mereka. Tanah dan benih. Benih yang awalnya hanya berbentuk sederhana,
polos tanpa motif ramai yang melekat. Suatu hari Benih datang kepada Tanah untuk meminta belas
kasihan. Tanah yang subur, kaya dan penuh zat hara. Semuanya dibutuhkan oleh
Benih untuk tumbuh. Tanpa disadari oleh Benih, Tanah jatuh cinta pada kepolosan
Benih.
Benih hadir di suatu sore,
diantara senja dan tampakan bintang di langit merah. Ia bertemu Tanah, meminta
kesediaan Tanah untuk kemudian dengan ikhlas bisa berbagi unsur haranya agar
benih dapat berkembang. Karena tanpa unsur tersebut benih tak akan punya nama,
benih takkan menjadi mawar yang harum ataupun lily yang indahnya beragam. Dan
Tanah pun bersedia.
Mereka tumbuh bersama. Semakin
lama benih berkembang semakin matang. Lalu suatu hari dari benih terlihat bakal
batang. Walaupun masih kecil, tapi benih yakin ia akan tumbuh cantik. Benih
senang bukan main. Dia telah tumbuh, dan bukan lagi sebuah benih. Hari demi
hari berlalu, siang dan malam silih berganti menciptakan hari-hari yang baru
untuk di lalui. Tanah dan benih masih terus bersama. Benih semakin tumbuh
cantik, tapi tanah lambat laun mengering.
Dari hitungan hari beranjak
menjadi minggu hingga akhirnya berakhir pada hitungan bulan. 7 bulan. Tidak
kurang ataupun lebih. Kini benih telah mekar menjadi bunga tulip yang cantik.
Bunga tulip yang akan memesona siapapun yang lewat. Bunga tulip yang harumnya
menyerbakkan dada. Tidak ada lagi kepolosan benih, yang ada hanya keangkuhan
tulip atas kecantikannya, keegoisan tulip atas keharumannya. Dan tanah? Hanya
bisa mengering dan semakin kering.
Sebentar lagi tanah akan mati dan
tulip akan dipindahkan pada tanah yang lebih subur. Tanah rela mati dan
mengering hanya demi kecantikan semu bunga-bunga fana. Tanah rela menjadi
tandus hanya untuk mengharumkan bumi lewat bunga-bunga centil di padang.
Harusnya tanah yang dapat perhatian manusia karena rasa cintanya, bukannya
bunga. Tapi tanah dengan ikhlas mundur perlahan, memberi tempat untuk yang
dicintainya menerima cinta manusia.
Jika kalian berfikir rasa cinta
seharusnya membebaskan. Kalian salah. Kalian hanya membentuk konsep cinta yang
utopis. Terlalu tinggi hingga tak pernah membumi. Kita mahluk bumi, sudah
sepatutnya menganut konsep bumi bukan konsep utopis. Cinta tidak membebaskan, cinta itu tirani.
Memenjarakan dan membelenggu. Karena cintalah yang menggiring tanah pada lorong
panjang pengorbanan. Bahkan setiap unsur hara, mineral dan hal lain yang
dibutuhkan bunga menjadi tidak berarti di bawah mahligai agung kata cinta.
Cinta menjadi candu. Bahkan pengorbanan tulus pun menjadi tak berarti lagi.
Seperti pengorbanan Tanah kepada Benih yang membuatnya tandus.
1 komentar:
Hahaha.. Cinta itu memenjarakan. Adduhh!! Bahasanya jadi tambah mak #Jleb!
Posting Komentar