RSS Feed
Tidak semua yang ku tulis adalah aku, dan tak semua yang kau baca adalah kamu.

Minggu, 31 Maret 2013

"Kehilangan" bukan rasa yang menyenangkan!

kehidupan itu bagaikan rumah. punya pintu, jendela, dinding dan atap. kita bebas membiarkan pintu kehidupan kita terbuka, dengan begitu akan banyak orang yang datang masuk dalam kehidupan kita, akan banyak kenalan baru yang bertambah. begitu juga dengan jendela, terkadang beberapa orang tidak tau caranya masuk melalui pintu, maka jendela hadir untuk orang-orang yang lebih nyaman masuk dalam kehidupan tanpa melewati pintu. bahkan beberapa orang kadang merobohkan dinding juga menghancurkan atap hanya untuk bisa masuk dalam kehidupan seseorang.

terutama jika menyangkut hati.


seorang wanita bernama Putri, telah sampai pada titik lelah untuk mengurusi masalah hatinya. terakhir kali dia percaya pada hati, yang dia dapatkan hanyalah sakit hati. ketika jatuh pada hati untuk pertama kalinya, dia merasa seperti orang paling bahagia didunia. hatinya jatuh pada hati sang penasehat. putri melihat ada kedewasaan pada sang penasehat. siapa yang tidak akan bahagia jika telah tersentuh 'rasa' yang dinamai 'cinta' oleh manusia? tidak terkecuali Putri. dan selayaknya pengalaman pertama, bahagianya akan selalu berkali-kali lipat. tapi sang Putri harus  teriris hatinya karena ternyata kedewasaan sang penasehat hanya sebatas bibir. sang penasehat terjerumus pada konsep ketidaksetiaan. sang penasehat tergelincir dalam lembah penghianatan. kehadiran orang ketiga yang tak pernah disangka ternyata hadir dalam kenyataan. saat-saat itu merupakan moment bifurkasi Putri, momen yang mengkristal. Putri tidak bisa kembali ke sana, tapi ia selamanya ada dalam kekekalan.

selayaknya pengalaman pertama jika bahagianya berkali-kali lipat, maka ketika jatuh, hancurnya juga akan berkali-kali lipat. tapi Putri berusaha untuk bangkit menjalani kehidupannya lagi. dia tidak serta merta menutup pintu, Putri tetap membuka pintunya, berharap akan datang pangeran berjubah biru, berkuda putih dengan mahkota intelektual bertamu dalam kehidupannya. selama waktu yang dipakainya untuk menunggu, selama itu pula gelombang kesepian sering datang menggoda, hingga suatu saat seorang pemuda datang dengan cara yang agak antimainstream. pemuda yang mengaku pujangga dari negeri antah berantah, masuk melalui jendela. 

sang Putri kaget.

bermodalkan kata-kata manis dan sanjungan-sanjungan yang melangit sang pujangga membuat deretan puisi hiperbola. berusaha untuk merebut hati sang Putri. hingga Putri hanyut dalam arus gombalan tak berujung. hampir tenggelam lebih tepatnya. Putri bahkan terkesan diperbudak oleh pujian-pujian pasaran yang dikeluarkan atas nama cinta. Putri seakan tidak punya kuasa lagi ketika satu-persatu dari 'rumah'nya digerogoti bak rayap. perlahan-lahan harta sang Putri berpindah tangan kepada sang pujangga, dan untuk mencap ke'bersedia'an sang putri semuanya telah distempel atas nama 'cinta'. ketika semuanya telah habis, raup, hilang dimakan kerakusan sang pujangga, Pujangga pergi tanpa meninggalkan jejak. meninggalkan putri yang sekarang hanya memiliki sekeping hati. putri kembali sendiri.

kini Putri belajar, kalau pangeran baik-baik akan datang lewat pintu bukan meloncat lewat jendela. ia mengunci setiap jendela yang ada di 'rumah'nya, dan hanya membuka pintu yang ditopang dengan sedikit harapan kalau pangerannya akan tetap datang.

di suatu senja, yang ditunggunya datang. pintunya diketuk oleh pangeran. dengan hati-hati sang pangeran masuk. sang pangeran melihat putri dalam kondisi sekeping hati yang lelah. dengan penuh rasa perhatian sang pangeran merawat luka-luka putri yang ditinggalkan oleh sang pujangga. bahkan sang Pangeran memberikan kepingan hatinya untuk melengkapi kepingan hati sang Putri. perlahan putri membaik. telah ada setitik senyum yang terukir di wajahnya. kebahagiaan juga secara perlahan menghampiri. pangeran selalu ada untuknya disaat seperti apapun untuk mendampingi. kali ini tidak seperti pujangga yang selalu meminta, Pangeran malah selalu memberi. tidak juga seperti penasehat yang gampang sekali tergoda, Pangeran setia.

di suatu fajar yang tenang, Pangeran menghilang.

Pangeran sempat pamit kepada putri untuk pergi ke taman bunga. Pangeran ingin memberikan bunga lily putih kesukaan putri pada hari ulang tahunnya. tapi sejak hari itu, pangeran tak pernah kembali. beberapa hari setelahnya putri baru tau alasan menghilangnya sang pangeran. bukan karena tergoda oleh putri-putri lain. tapi ditengah perjalanan pulangnya, sang pangeran bertemu dengan segerombolan bandit. sang pangeran mati karena dia melawan. bukan karena takut kehilangan harta, kuda, ataupun mahkotanya. dia melawan karena segerombolan bandit tersebut ingin mengambil bunga lily putih kesukaan Putri.

kali ini lebih dari sekedar rasa kehilangan. putri merasa hampa. yang dia punya hanya hati yang diberikan oleh sang Pangeran. Putri berniat untuk menjaganya agar selamanya seperti ini.  kini putri menutup pintunya rapat-rapat. jendela dia kunci dengan tambahan gorden hitam gelap yang menutupi. Putri tak ingin siapapun lagi masuk dalam 'rumah'nya. putri memilih untuk sendiri.

dengan sendirian dia tidak akan perlu lagi merasakan 'kehilangan'. karena percayalah, 'kehilangan' bukan rasa yang menyenangkan.

0 komentar: