RSS Feed
Tidak semua yang ku tulis adalah aku, dan tak semua yang kau baca adalah kamu.

Minggu, 12 Januari 2014

Pembunuh (3)

berapa kali harus ku katakan? aku mencintai pacarku. sangat.
iya aku mencintainya.
sebagai balasan karena telah melenyapkan kekhawatiranku yang lalu. aku telah memberikannya sebuah kejutan.

sini mendekat, akan ku ceritakan padamu bagaimana kejutannya.

tiga malam yang lalu, pacarku pulang terlambat. aku telah diberitahukan sebelumnya. alasannya klasik, ada beberapa urusan penting yang harus diselesaikannya. tapi dia berjanji tidak akan membawa pulang seorang wanita. lagi malas bermain-main dengan darah katanya.

malam itu situasinya sangat tepat untuk menyelenggarakan sebuah kejutan. jadi malam itu, sengaja ku buat suasana kamar menjadi agak-agak romantis. lilin-lilin kecil sengaja ku deretkan dari pintu masuk menuju pintu kamar terus hingga berhenti di depan sebuah kursi putar, kursi yang biasa ku pakai ketika sedang melamun di dekat jendela sembari menunggu pacarku pulang.


jarum jam sudah menujukkan pergantian hari. loncengnya telah berdentang 7 kali. pacarku juga belum datang. sialnya kantukku ku sudah mulai menyerang. entah pukul berapa, aku ketiduran. besok paginya, aku bangun kesiangan. matahari telah naik sebagian. tapi ternyata pacarku belum juga datang.

aku tak bisa menghubunginya, seperti yang kalian tahu, dia yang selalu menghubungiku. aku hanya bisa menunggu.

hingga malam datang, pacarku tak kunjung datang. lilin kecil yang ku letakkan di lantai, telah habis sedari tadi. terpaksa kuganti dengan yang baru. apapun yang terjadi kejutan ini harus terealisasi. tapi ternyata pacarku baru pulang besok siangnya.

iya, siang tadi pacarku datang dengan peluh yang tergambar jelas di raut wajahnya. lilin-lilin kecil di lantai tak lagi dia hiraukan. ditendangnya kesana-kemari. ini pertama kalinya aku merasa tidak di hargai.

pacarku berjalan terhuyung-huyung menuju tempat tidur. kemudian jatuh rebah tak sadarkan diri.
aku? mematung di ujung kamar. tak tahu harus berbuat apa. jujur saja, setelah begadang 3 hari 2 malam, aku jengkel tak diperhatikan seperti ini. entah pembunuhan seperti apa yang telah dilakukannya, tapi kini secara tak langsung. dia telah membunuh hatiku.

ketika bangun, pacarku telah mendapati dirinya terikat diatas kursi. dengan mulut dibekap sarung tangan hadiah darinya atas pembunuhan ke tida belas yang telah kulakukan. tentu saja dia kaget. tentu saja. tapi dia tidak meronta, hanya membuat mimik penasaran. apa yang akan aku lakukan?

aku naik ke pangkuannya sambil membawa pisau lipat kecil yang tentu saja tajam, lagi-lagi hadiah darinya.

"kamu tahu kan aku mencintaimu. aku sangat mencintaimu. aku menyukai wajahmu yang tengah tersenyum dan tertawa sesaat setelah kita telah melenyapkan sebuah nyawa bersama-sama. momen itu mengkristal di ingatanku. tapi itu dulu, sebelum kamu membunuh hatiku. aku masih sangat mencintaimu, tapi ketimbang melihat wajahmu yang tersenyum, aku lebih suka melihatnya berlumuran darah. aku lebih suka melihat wajahmu menderita, tersiksa saat aku menyayat-nyayat tubuhmu dengan pisau kecilku ini. apalagi ketika melihat darah berceceran, menetes satu demi satu ke lantai. percayalah hanya itu yang bisa mengobati sakit hatiku yang tak sengaja kau lakukan kemarin.

sayang, memang hanya kamu yang mengerti aku. sampai jumpa di neraka. kali ini kamu duluan saja ke neraka, persiapkan semua hal di sana sampai aku datang. jangan membuatku kecewa untuk kedua kalinya. sebagai balasannya, akan ku cari penggantimu, dan ku buat dia menemanimu di sana. tunggu saja. selamat beristirahat dengan tenang, Sayang. aku mencintaimuu..."

0 komentar: