RSS Feed
Tidak semua yang ku tulis adalah aku, dan tak semua yang kau baca adalah kamu.

Rabu, 08 Januari 2014

Perempuan Sabar yang Pendendam

seperti nyala api yang membara. keinginanku melihat kematiannya tak pernah padam. dendamku selalu terisi tak pernah kosong. meskipun dia pernah menjadi yang aku cintai, yang serakah atas aku juga atas cinta-cinta yang lain. tapi aku tak bisa berbuat apapun. aku memendam dendam yang dibungkus selaput cinta.

***

tujuh tahun yang lalu, aku membuka lembaran hidup baru. berstatus sebagai istri seorang lelaki yang lidahnya manis merayu-rayu. dia adalah suami yang cukup baik, yang sayangnya kadang tidak setia.

selama 2 tahun pertama, pernikahan kami jauh dari bencana. pagi hari kusiapkan sarapan untuknya, pakaian kantornya ku sediakan, dasinya ku pakaikan, siangnya beraktivitas hingga datang malam. aku tak pernah tidur sebelum dia sampai di rumah. ketika sampai, kubukakan pintu untuknya, ku cium tangannya sebagai ungkapan selamat datang kembali. ku bantu melepaskan dasi dan sepatunya, sambil bertanya bagaimana harinya seharian ini.

memasuki tahun ketiga, ada yang berubah.

bahasa-bahasa tubuhnya, gerakan-gerakan canggung yang dia lakukan, tanda-tanda yang dia tabur. semua membuatku bingung. dia mencintaiku. aku yakin itu. tapi dia tidak lagi setia. itu yang kurasakan.

berkali-kali ku temukan bekas lipstik merah maroon menempel di kerah kemejanya, atau bill-bill hotel yang mencurigakan. aku tak pernah bertanya. aku hanya tak ingin mendengar jawaban yang tak ingin ku dengar. karena beberapa hal lebih baik tertinggal sebagai rahasia. demi kebaikan bersama. takutnya beberapa kebenaran tak sanggup untuk ku tanggung sendirian.

pernah suatu ketika, di dapur, di sela-sela aku menyiapkan makan malam perayaan 31 bulan dan 14 hari pernikahan kami, dia berhasil memecahkan nuansa romantis yang ku bangun dengan bertanya "bagiku kesetiaan bukanlah perihal mendua atau tidak, tapi tentang bagaimana kita selalu menemukan jalan pulang ke hati yang kita sebut rumah, kamu setuju tidak?"

hati seorang istri mana yang tidak hancur mendengar suaminya melakukan pembelaan tersirat atas perselingkuhan yang selama ini dilakukannya diam-diam?

"selayaknya sakit adalah bagian dari sehat, dengan sakit hati, cinta akan terasa lebih sempurna, bukannya begitu?" lanjutnya.

seandainya saja sakit hati yang kurasakan bukan pada lelaki yang sekarang ku sebut suami. status suami yang melekat padanya, menjadikan sakit hati ini berkali-kali lipat lebih sakit.

***

saat itu merupakan masa-masa yang berat bagiku. berperan sebagai istri penyabar yang begitu polos meyakini sesering apapun suaminya berpaling, dia akan selalu pulang ke istrinya. keyakinan yang bodoh.

selama rentang waktu hingga tahun ke 6 pernikahan kami, berkali-kali ku dengar kabar burung, yang percayalah, tak menghibur sama sekali. terhitung 4 wanita berbeda pernah berbagi ranjang hotel bersama suamiku. percayalah setiap lelaki punya bakat untuk kawin lagi.

namun kenyataannya selama rentang waktu itu, aku tak pernah kekurangan satu apapun. tidak pula merasa menderita. rumah tanggaku masih berjalan sebagaimana mestinya rumah tangga. seakan perselingkuhan suamiku tak pernah ada. entah karena suamiku adalah orang yang benar-benar mencintaiku sehingga benar-benar 'setia' menurut versinya, atau aku yang terlalu cinta hingga terlalu lihai menyembunyikan air mataku.

sebenarnya cinta itu apa? sejak mengetahui perselingkuhan diam-diam yang dilakukan suamiku, pertanyaan itu terus hadir mengisi pikiranku. apa itu cinta? cinta kah yang membuat aku menutup mata dan telinga? cinta kah yang membuatku tertunduk pasrah meski tau aku telah dimadu berkali-kali di belakangku? ini kah cinta?

aku ingat, dihari suamiku menyatakan cintanya padaku, aku sempat bertanya "bagaimana kamu bisa jatuh cinta kepadaku?"

"seperti yang terjadi selama ini, aku melihatmu. aku tertarik padamu. dan terjadi dramatisasi dalam seluruh kesadaranku yang berhubungan denganmu" sesimple itu dia menjelaskan.

***

hingga pertengahan tahun ke 7 pernikahanku. suamiku meninggal akibat kecelakaan pesawat. anehnya aku masih bisa menangis tersedu-sedu. merasakan kehilangan yang mendalam. meski telah diduakan berkali-kali, suamiku masih mencintaiku. aku yakin itu.

dua bulan setelah peringatan 40 hari suamiku. datanglah seorang wanita berkerudung. lengkap dengan bayi dalam gendongannya. saat bertemu denganku dia memperkenalkan dirinya sebagai istri simpanan suamiku. istri atas pernikahan bawah tangan yang dilakukan suamiku satu setengah tahun yang lalu. bayi dalam gendongannya adalah buah hati mereka yang baru berusia 15 bulan.

ketika aku bertanya kenapa dia datang menemuiku, dia beralasan tak mau lagi menyembunyikan apapun tentang suamiku. dia bercerita bagaimana awal pertemuan mereka, hingga keyakinannya menjadi istri kedua sekaligus istri simpanan saat suamiku meminangnya.

"kita ini sama-sama perempuan, mbak. hidup dalam kenyataan. bukan hanya dalam perasaan dan impian-impian, aku tau semua konsekuensi yang harus ku jalani ketika memilih menjadi istri simpanan orang, mbak. aku tidak menuntut apa-apa dari warisan suami kita, aku hanya ingin bersilahturahmi dengan mbak, wanita perkasa yang mengajari aku tentang kesabaran dan keikhlasan, terima kasih. karena kebaikan hati mbak, aku bisa merasakan cinta yang telah lama kudamba, meski hanya sebentar saja."

yang ku balas "saya sudah tau perihal pernikahan suamiku dengan mbak, bahkan sejak awal mbak menjalin hubungan dengan suami saya, tapi saya memilih untuk berpura-pura tidak tahu, itu yang terbaik yang bisa saya lakukan. dengan tetap menjadi rahasia, saya masih bisa merasakan cinta suamiku bahkan hingga hari-hari terakhir sebelum kecelakaan pesawat tersebut"

ketika wanita itu pergi meninggalkan rumahku. aku merenung sejenak. sebesar itukah cintaku pada suamiku. bahkan setelah kematiannya aku masih sanggup mengunci rapat sakit hati yang ku pendam bertahun-tahun.

sesungguhnya aku bahagia jatuh cinta dengan suamiku dan menerimanya sebagai anugrah.

0 komentar: