RSS Feed
Tidak semua yang ku tulis adalah aku, dan tak semua yang kau baca adalah kamu.

Sabtu, 19 Januari 2013

Analisis Wacana Kritis

untuk sejenak tadi saya teringat pada perkataan seseorang "sekali-kali berbagi pengetahuanlah dengan tulisan, karena terkadang beberapa orang malas mendengarkan". untuk itu tulisan kali ini akan sedikit berbau ilmiah.

berhubung beberapa hari yang lalu, saya baru saja mengikuti kajian tentang 'Analisis Wacana Kritis', jadi kali ini saya akan mencoba berbagi apa yang telah saya dapatkan.



wacana berasal dari bahasa latin 'discourse' yang dalam artian sempit dapat diartikan sebagai 'teks', sedangkan dalam artian luas dapat di artikan sebagai 'pesan'. sedangkan menurut KBBI, wacana adalah komunikasi verbal; percakapan.

kenapa sebuah wacana harus di analisis ? menurut beberapa teman sebuah wacana harus di analisis, karena dalam proses pembuatan wacana, wacana yang dibuat pasti memiliki kepentingan. karena tidak ada wacana yang bebas nilai. setiap wacana pasti membawa ideologi sang pembuat wacana. selain itu, wacana juga harus dianalisis untuk menilai benar tidaknya suatu wacana tersebut. untuk itu sebuah wacana harus dianalisis.

sebuah wacana dapat di analisis dari dua sisi. dari sisi linguistiknya, wacana dapat dianalisis mengenai tata bahasanya. sudah sesuaikah dengan gramatikal bahasa yang berlaku. penggunaan subjek, predikat, objek , keterangan, kata ganti, kata hubung dan lainnya harus sesuai dengan aturan penulisan yang baku. sebuah wacana juga dapat dianalisis dari sisi sosiologinya. pada sisi sosiologinya wacana dapat dianalisis dalam hal strutur sosial.

terdapat tiga paradigma dalam menganalisis wacana :
pertama, paradigma positivisme-empiris

orang-orang yang menganut paradigma ini berpendapat bahwa bahasa itu mengekspresikan pengalamannya, jadi mereka akan bercerita ke orang lain hanya jika mereka telah merasakan atau mengalaminya. kaum ini juga berpendapat bahwa pribadi seseorang terpisah dari bahasa dan wacananya. bahasa di sini merupakan jembatan antara sosok pribadinya dengan objek lain di luar dirinya.

menurut kaum ini pula, sebuah wacana baru bisa dikatakan sebagai wacana jika mengandung kaidah sintaksis-semantik. apa itu sintaksis dan semantik ? pada sintaksis kita berbicara tentang bentuk kalimat, pemilihan jumlah kata ganti, dan koherensi. jadi ketika suatu kalimat telah lengkap subjek, predikat, objek dan keterangannya, barulah kalimat tersebut bisa dikatakan sebagai wacana. sedangkan pada wilayah semantik kita berbicara tentang latar, kondisi, dan suasana dari wacana tersebut.

jika ada suatu wacana 'si wanita sekarang punya pacar loh', kaum positivisme-empiris akan menerima wacana tersebut begitu saja, tanpa di telaah lebih lanjut maksudnya. padahal bisa saja dalam wacana tersebut mengandung makna pamer, ataupun bermakna sebagai kode kepada orang lain kalau dia juga ingin punya pacar, atau bisa juga bermakna ajakan untuk pacaran secara terselubung.

jadi dari sudut pandang analisis wacana, kaum ini hanya menganalisis wacana dari segi tata bahasanya saja.

selanjutnya ada paradigma konstruktivisme.

paradigma ini hadir sebagai bentuk penolakan dari paradigma positivisme-empiris. kalau kaum positivisme-empiris menyatakan kalau seorang pribadi terpisah dengan objek diluar dirinya, sebaliknya kaum konstruktivisme menyatakan bahwa subjek dan objek tidak terpisah. menurut kaum ini subjek adalah faktor sentral, dimana subjek disini mempunyai kemampuan kontrol. sedangkan bahasa menurut kaum ini telah diatur sedemikian rupa sehingga mengandung pernyataan-pernyataan yang bertujuan. entah suatu wacana bertujuan untuk pengungkapan jati diri pewacana atau yang lainnya.

jadi dari sudut pandang analisis wacana, kaum ini menganalisis wacana dalam rangka untuk mengungkap makna yang terkandung dalam wacana tersebut.

yang terakhir adalah paradigma kritis.

paradigma ini berpendapat bahwa seorang individu itu tidak netral. seorang individu dalam menciptakan wacana akan dipengaruhi oleh ideologi yang dianutnya ataupun kepentingan yang ia miliki.

sebuah wacana diproduksi karena ada makna yang ingin disampaikan, sebagai contoh itu misalnya, standar wanita cantik dewasa ini. hari ini yang dianggap sebagai wanita cantik adalah, mereka-mereka yang berkulit putih, kurus, berkaki jenjang, berpinggul kecil, pokoknya yang mirip dengan artis artis korea. padahal kalau ingin menilik lebih jauh, wacana ini bisa saja diproduksi dengan maksud tertentu. misalnya ketika seorang wanita ingin terlihat cantik, maka ia akan dengan senang hari membeli produk pemutih kulit, atau tablet yang membuat badan kurus, atau mungkin pil penumbuh tinggi badan, atau yang lebih parah mereka juga akan ke dokter untuk mengoperasi pinggul mereka agar tampak lebih kecil. sehingga dampak kedepannya akan memajukan industri kecantikan korea, seperti yang terjadi dewasa ini.

atau jika alasan yang sebelumnya dikemukakan untuk mendukung suatu wacana tidak sesuai dengan realita, maka akan di produksi kembali (reproduksi) alasan-alasan lain sehingga wacana tersebut di aktualkan. sebagai contohnya, penggunaan helm standar. alasan dimunculkannya penggunaan helm standar adalah alasan keamanan untuk sang pengendara motor. tapi tahukah kawan-kawan, jika sebenarnya ada negara lain yang telah memberlakukan aturan ini, tapi justru menghapuskannya. hal ini terjadi karena menurut hasil penelitian yang dilakukan di negara tersebut, penggunaan helm standar justru meningkatkan jumlah kecelakaan lalu lintas kendaraan bermotor. jika suatu saat aturan ini juga dihapuskan, kaum ini percaya akan ada alasan-alasan lain yang dimunculkan untuk tetap melegalkan aturan ini.

selanjutnya kaum ini berpendapat bahwa suatu wacana terbentuk karena ada faktor kekuasaan atau kekuatan sosial yang bermain di dalamnya. untuk lebih jelasnya, sebagai contoh kita kembali pada wacana penggunaan helm standar. seharusnya aturan penggunaan helm standar sudah dihapuskan karena penilitian yang ada justru mengungkapkan hal yang berkebalikan dengan alasan dikeluarkannya wacana tersebut. tapi disini peran kekuasaan sosial bermain. sebagaimana kita ketahui pemilik pabrik helm standar terbesar di indonesia adalah seorang putri mantan presiden soeharto. bayangkan karena kekuasaan yang dimilikinya, ia bisa menciptakan peraturan negara yang menguntungkan dirinya sendiri.

jadi dari sudut analisis wacana, paradigma kritis menganalisis dengan tujuan membongkar kuasa.

mungkin, cuma segini yang bisa saya bagikan kepada kawan-kawan. mari menganalisis wacana yang ada di sekitar kita :)

0 komentar: