RSS Feed
Tidak semua yang ku tulis adalah aku, dan tak semua yang kau baca adalah kamu.

Minggu, 13 Januari 2013

Ketika cinta terkunci tatapan mata

untuk kamu
apalah arti sebuah nama, haruskan ku tulis di surat ini?

sudah menjadi tugas kornea mata untuk mengvisualisasikan cahaya yang di tangkap oleh sang retina. dan sudah menjadi fungsi iris untuk memberikan warna. warna dan cahaya adalah sedikit dari trilyunan nikmat tuhan yang ku kagumi. bayangkan bagaimana suramnya dunia tanpa ada cahaya dan warna. kegelapan total jadinya -mungkin-. dengan cahaya kita bisa mengenali bentuk-bentuk, di tambah warna semua jadi terasa lebih cantik.



mata adalah salah satu dari nikmat tuhan yang sangat ku syukuri. dengan mata aku bisa melihat luasnya samudera biru dari dalam pesawat, cantiknya gugusan bintang di malam hari, megahnya rentetan gunung yang menjulang tinggi, indahnya pelangi yang muncul dari titik titik air, juga pesonamu yang selalu terselubung kabut diam.

kini memandangmu dari kejauhan adalah salah satu hobiku, sejak semesta mempertemukan kita dalam satu ruang. lewat ruang itu aku tau namamu. di ruang itu, di saat orang-orang dalam ruangan berlomba mengeluarkan suaranya, kau malah diam memperhatikan. dan justru muncul ketika yang lainnya telah lelah berkoar-koar tak jelas makna.

seperti harimau yang sedang mengincar mangsa, sembunyi dahulu di balik layar alang-alang, ketika sang mangsa tak waspada, kau baru keluar menggertakkan taringmu. seperti itu aku melihatmu di ruang itu. diam. tapi ketika yang lain sudah habis akal, kau menerkam dengan retorika yang mengagumkan. setidaknya bagiku.

di ruang itu, mata kita secara kebetulan selalu bertatap satu sama lain, kadang kebetulan selalu menjadi awal di berbagai kebahagiaan. semoga kebetulan dengan mu menjadi awal kebahagiaan bagiku.
dari semua bagian yang sering ku tatap aku paling menyukai alismu, lengkung hitam tebal sempurna yang membingkai matamu, bagian kedua yang kusukai. matamu. sayu tapi akan berubah tajam saat kau telah berbicara.

yang ku sukai saat kau diam adalah senyum khasmu. saat senyum kau bahkan tidak terlihat tersenyum, seperti senyum monalisa yang sangat tipis, seakan kau menyembunyika sesuatu yang sangat kelam, entah kenapa senyum itu seperti mengikat mataku untuk selalu memandangmu.

maaf jika aku terlalu lancang karena selalu memandangmu dari jauh. karena untuk saat ini, memandang adalah satu-satunya cara membuatku merasa dekat denganmu.

tapi kadang kau terlalu diam, bahkan membeku oleh aliran waktu. terkadang justru kehadiranmu tidak disadari oleh orang lain *kecuali aku*. karena diammu menjadikan aku takut walau hanya untuk sekedar menyapa. kini kuberanikan diri untuk menyapamu walau hanya melalui sepucuk surat.

ibarat monopoli, biarlah kisah ini mengalir kemana pun dadu sang waktu membawanya..
akan kah aku berhenti memandangmu, atau justru hanya dapat memandangmu selamanya..

Pengagum Rahasiamu

0 komentar: